REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Syafii Maarif
Sewaktu terpilih pertama kali tahun 2008, dunia Islam, termasuk saya, banyak berharap bahwa melalui Barack Obama Amerika Serikat akan memperbaiki hubungannya dengan dunia Islam. Di ruang ini, beberapa artikel telah saya tulis tentang harapan itu.
Apalagi, Obama, presiden kulit hitam pertama di Amerika, pernah pula tinggal di Indonesia, rasanya akan ada perubahan mendasar dalam politik luar negara itu, khususnya yang bertalian dengan pemanjaan Israel Zionis. Janji Obama dalam pidatonya di Mesir tidak lama setelah menduduki Gedung Putih untuk memperbaiki hubungan dengan umat Islam menorehkan sinyal bahwa rezimnya akan menempuh arah baru yang lebih adil, terbebas dari ketiak zionisme.
Saya akhirnya kecewa berat. Obama tetap saja membela Israel di tengah-tengah keganasannya menghabisi rakyat Palestina di Jalur Gaza tanpa menghiraukan protes internasional. Di ruang ini saya telah berulang menulis bahwa zionisme, mengutip Gilad Atzmon, tidak bisa bisa menjadi bagian dari kemanusiaan karena sifatnya yang rasial dan supremasis.
Dunia beradab hanya punya satu pilihan: mengisolasi Israel dari pergaulan dunia. Memang ada tanda-tanda ke jurusan itu, tetapi gerak tanda sangat lamban, sedangkan Amerika tetap saja melindungi dan mengguyur dengan dolar anak angkatnya itu sampai detik ini. Obama tak berkutik.
Bagaimana dengan negara-negara Arab? Tuan dan puan jangan lagi berharap; mereka telah kehilangan perspektif masa depan dan tak berdaya menghadapi Zionisme yang sangat biadab itu. Dunia Arab sedang berada di jalan buntu.
Negara-negara yang kaya minyak umumnya dipimpin oleh mereka yang tunakepekaan moral. Alquran tidak mau berbicara kepada otak dan hati yang dingin membeku. Sangat tragis. Tetapi, inilah fakta yang sangat keras dan gelap yang berada di depan kita.
Negeri-negeri mayoritas Muslim, seperti Indonesia, paling-paling hanya berdaya secara verbal mengutuk Israel sambil sekadarnya membantu rakyat Gaza, tidak bisa lebih dari itu. Adapun kelompok garis keras lebih bernafsu membunuh orang Islam, umat Kristen yang tak berdaya.
Terhadap zionisme, kelompok ini diam seribu bahasa. Maka adanya dugaan mereka ini direkayasa oleh musuh Islam, bukanlah sebuah kemustahilan. Bukankah Hillary Clinton pernah mengatakan bahwa Alqaidah adalah ciptaan Amerika?
Alangkah beratnya menjadi manusia bodoh, sering benar dipermainkan oleh pihak lain. Itulah sebabnya Alquran sejak 15 abad yang lalu meningatkan bahwa “Allah akan mengangkat posisi orang beriman dan berilmu beberapa tingkat.”(Lihat al- Mujadalah: 11).
Iman tanpa ilmu akan buta terhadap realitas, dan ilmu tanpa iman akan kehilangan jangkar spiritual. Umat Islam belum juga mau paham makna yang terdalam dari ayat ini. Oleh sebab itu, jika kita terhina dalam perlombaan peradaban, jangan salahkan Tuhan, kesalahan sepenuhnya berada pada diri kita sendiri yang terlalu lama mendengkur di siang hari.
Selama umat Islam belum mampu mengawinkan kekuatan iman dan kekuatan ilmu dalam sebuah keseimbangan dan ketegangan kreatif, waktu masih akan lama lagi bagi kita untuk dapat membebaskan diri dari segala macam tipu daya pihak lain yang memang ingin menghalau Islam dari permukaan bumi.
Maka, siapa pun presiden Amerika yang akan tampil nanti sesudah Obama, umat Islam, terutama saya, jangan cepat menaruh harapan. Harapan baru akan punya alasan yang kuat, di saat umat Islam berhasil membebaskan diri dari kedunguan peradaban, di mana posisi iman dan ilmu telah saling melengkapi dan kita menjadi umat siuman sejati yang sepenuhnya paham akan tugas dan tanggung jawab sejarah sebagai wasit perjalanan sejarah kemanusiaan.
Dalam posisi sekarang, kita termasuk manusia pandir, ke kanan tak tahu jalan, ke kiri pun bingung. Kita sedang menjadi tontonan pihak lain. Alangkah hinanya.
Kita tutup dengan doa, “Ya, Allah, janganlah Engkau sampai bosan menyinari hati kami yang sering membeku ini dengan cahaya firman-Mu! Kami sedang kehilangan arah. Oleh sebab itu, berilah kami petunjuk agar kami sadar benar akan tanggung jawab kami, sebagai penerus risalah mulia dan abadi dari nabi dan rasul akhir zaman, Muhammad SAW. Dia adalah hamba dan kekasih-Mu, yang rohnya di alam barzah sana tentu sangat risau menonton kelakuan kami yang ganjil dan tidak tulus. Amin.”