REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG--Berbagai cara terus dilakukan warga perdesaan di Lampung, untuk bisa menikmati siaran langsung pertandingan Piala Dunia di Afrika Selatan 2010. Salah satunya dengan nonton di rumah tetangga meski harus membayar Rp3.000 per orang.
Salah seorang warga Desa Kampung Baru, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Tony (35 tahun), mengatakan, di Kampung Baru, Rabu (23/6) pihaknya harus pergi ke rumah tetangga dengan jarak yang cukup jauh untuk bisa menonton laga sepak bola bergengsi ini di televisi.
Bapak dari satu orang anak yang gemar bola, di desa yang berjarak sekitar 60 km sebelah barat laut Kota Bandarlampung itu, menjelaskan, banyak cara yang ditempuh warga untuk menyaksikan pertandingan Pila Dunia yang segera memasuki pertandingan babak 16 besar.
Setelah sebelumnya banyak warga yang mencoba menggeser posisi antena parabola, membeli dan meninggikan posisi antena UHF, atau pergi ke kota, ada juga warga yang membeli peralatan baru yang cukup mahal.
Tony, menjelaskan, di Desa Maja, Kecamatan Punduh Pedada misalnya, ada warga yang membeli peralatan antena tambahan seharga lebih dari Rp2 juta/set, agar pesawat televisinya bisa menangkap siaran langsung pertandingan sepak bola pada dua stasiun televisi nasional.
Guna menutup biaya yang dikeluarkan, sementara pesta Piala Dunia hanya berlangsung satu bulan, sejak 11 Juni 2010, pemilik rumah itu memberi tarif sebesar Rp3.000/orang tetangganya yang ikut menonton.
"Di sini ada warga yang membeli alat, dan tetangga yang nonton dikenai bantuan Rp3.000/orang. Agar penonton lebih banyak, TV-nya ditaruh di luar rumah, dan setiap malam yang nonton selalu banyak walaupun harus membayar," katanya.
Namun, ada pula warga Desa Kampung Baru yang juga membeli alat antena TV tamahan dengan cara iuran bersama, dan bagi tetangga yang ikut menonton tetap digratiskan. "Untuk beli alat, ada yang sokongan ada yang Rp50.000, Rp100.000/orang, dan seterusnya, agar bisa nonton sama-sama," katanya lagi.
Hingga menjelang babak 16 besar Piala Dunia Afrika Selatan itu, banyak warga desa di Lampung yang masih terus "berburu" sinyal televisi agar bisa menyaksikan rangkaian siaran langsung pertandingan sepak bola dunia empat tahunan itu.
Selain di Kabupaten Pesawaran, banyak warga di Kabupaten Tanggamus, dan Lampung Tengah, dan daerah lainnya di Lampung yang pergi ke kota, atau daerah-daerah lain yang televisinya bisa menangkap siaran langsung pertandingan sepak bola Piala Dunia tersebut.