REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Taufan Rahmadi*
Seperti yang kita ketahui, aksi Reuni 212 di Jakarta dihadiri jutaan massa yang berasal dari penjuru Nusantara. Datangnya jutaan massa ini ternyata secara tidak langsung turut membentuk sebuah konsep pariwisata yang secara riil menggerakkan ekonomi di berbagai sektor, sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat.
Setidaknya ada tiga sektor yang mendapatkan dampak positif langsung dari Reuni 212 ini: transportasi, akomodasi, dan kuliner. Tiga sektor tersebut adalah kebutuhan dasar yang pasti dibutuhkan oleh tiap person yang hadir di Reuni 212.
Pertama adalah sektor transportasi. Untuk datang ke Jakarta, peserta dari berbagai penjuru Indonesia datang dengan moda transportasi darat, laut, dan udara. Tiket-tiket bus, ferry, dan pesawat terbang ludes diborong oleh jamaah, bahkan ada pula yang rela charter sejumlah pesawat komersil untuk keperluan transportasi. Ini belum termasuk moda transportasi rakyat di sekitar tempat aksi, seperti ojek daring, taksi, dan mobil rental, yang tentunya mendapat dampak luar biasa dari banyaknya massa yang hadir.
Begitu pun imbas positif pada bisnis akomodasi dan penginapan. Meski banyak massa yang hadir memilih menginap di masjid, banyak pula yang lebih memilih menginap di hotel dan penginapan, dengan alasan privasi dan kenyamanan, sehingga banyak hotel dan penginapan di sekitaran tempat Reuni 212 dipenuhi jamaah yang hadir. Bisnis akomodasi sangat diuntungkan sebelum dan sesudah aksi ini, karena ada jutaan orang yang menjadi ‘konsumen dadakan’.
Sektor lainnya, seperti UMKM kuliner pasti juga ikut tergerak. Restoran dan rumah-rumah makan, katering kotakan, jajanan tradisional dan kaki lima, ikut bergerak mendapatkan manfaat. Belum lagi usaha kecil jajanan asongan yang ikut beredar di sekitaran aksi, pastinya ikut ludes diborong oleh jamaah yang hadir. Masyarakat kecil mendapat imbas ekonomi langsung dari Reuni 212.
Jadi, secara tidak langsung aksi Reuni 212 ini sebenarnya membentuk suatu konsep pariwisata baru, yaitu Pariwisata Gerakan, di mana banyak orang dari banyak penjuru hadir di suatu tempat, lalu memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat. Apabila Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lebih jeli, tempat-tempat destinasi pariwisata di Jakarta bisa lebih dipersiapkan untuk menyambut massa aksi ini. Bisa jadi, setelah melakukan aksi di Reuni 212, banyak peserta yang akan berkeliling mengunjungi destinasi wisata di Jakarta, seperti Ancol, TMII, dan lain-lain.
Dari sudut pandang ekonomi, jika kita kalkulasi sederhana, Reuni 212 ini memberi dampak sangat positif pada perekonomian. Asumsikan jamaah yang hadir pada aksi tersebut adalah 8 juta orang, dan tiap orang menghabiskan setidaknya Rp 200 ribu untuk kebutuhan pribadi seperti transportasi, akomodasi, konsumsi, maka setidaknya Rp 1,6 triliun berputar di berbagai sektor untuk mendukung aksi tersebut.
Tentunya itu baru asumsi sederhana. Bagaimana jika uang yang dikeluarkan tiap orang lebih dari Rp 200 ribu. Seperti yang kita tahu, harga sewa kamar hotel di Jakarta saja setidaknya Rp 450 ribu per malam. Belum lagi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar, buah tangan, dan lain-lain.
Jadi bisa dibayangkan, selama 1 atau 2 hari Reuni 212, jamaah memberikan dampak yang luar biasa bagi ekonomi warga Jakarta dan sekitarnya. Selamat melakukan silaturahim. Tetaplah menjaga perdamaian.
*) Pegiat Muda Pariwisata Indonesia