Sabtu 26 Oct 2019 08:45 WIB

Karunia Akal

Kemudian Allah memberi tugas ciptaan ini sebagai khalifah di muka bumi, agar berpikir

Mengingat Allah Ilustrasi.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Mengingat Allah Ilustrasi.

Oleh Zen Umar Sumaith, Ketua Umum Rabithah Alawiyah

Ketika Allah SWT menciptakan manusia, diciptakanlah dengan sebaik-baik ciptaan. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya, “Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.“ (QS At-Tin: 4).

Kemudian, Allah memberi tugas ciptaan ini sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya yang lain, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah dimuka bumi'.“

Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.“ (QS al-Baqarah: 30).

Di dalam ayat itu, para malaikat bertanya, mengapa kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi seakan lebih mulia dari mereka yang selalu bertasbih dan memuji Allah, padahal manusia akan melakukan kerusakan dan saling membunuh.

Namun, Allah Mahatahu tentang segala ciptaan-Nya. Penciptaan ini juga agar makhluk, seperti jin dan manusia selalu beribadah kepada Sang Pencipta. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.“ (QS adz-Dzariyat: 56).

Manusia menjadi makhluk yang sangat istimewa karena diberi banyak kelebihan. Ia diberi hawa nafsu, dianugerahi akal untuk mengendalikannya.

Berbeda dengan malaikat yang tidak diberi nafsu, kecuali hanya beribadah kepada Allah SWT, sedangkan binatang hanya diberi nafsu dan insting, tanpa diberi akal. Kemuliaan ini menjadikan manusia pantas sebagai khalifah di muka bumi.

Akal merupakan anugerah paling tinggi nilainya. Dengannya, manusia bisa berpikir, beriman kepada Sang Pencipta, berkreasi, dan mampu memilah antara yang baik dan yang buruk. Sebagai makhluk Allah, manusia diciptakan dengan anatomi yang sebaik-baiknya.

Salah satu keistimewaannya, di antaranya, adanya organ dalam tubuh manusia yang sangat menentukan, yaitu otak atau dalam bahasa arab "mokh" (brain) sebagai sentral kendali yang mengontrol seluruh gerakan dan indra manusia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement