REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Amin Shabana S.Sos.,M.Si*
Muhammadiyah terus bergerak sebagai ormas terdepan di bidang pendidikan. Tidak hanya di dalam negeri, Pengurus Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah) semakin serius mewujudkan internasionalisasi lembaga pendidikan milik amal usaha Muhammadiyah. Setidaknya pembelian lahan 10 hektar di Narre Warren East, Melbourne, Australia menjadi langkah awal dan bukti nyata komitmen tersebut.
Lahan tersebut diperuntukkan bagi pendirian sekolah Muhammadiyah. Pendirian sekolah di negeri Kangguru ini juga disertai dengan rencana go international Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di beberapa negara seperti Malaysia dan Thailand. Bagi Muhammadiyah, ekspansi ini akan menambah jumlah amal usaha pendidikan yang dikelola. Saat ini total 9.653 lembaga pendidikan Muhammadiyah telah berdiri, terdiri atas 4623 TK/TPQ, 2252 SD/MI, 1.111 SMP/Mts, 1291 SMA/SMK/MA, 67 Pondok Pesantren, 171 Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan 71 Sekolah Luar Biasa.
Peran Internasionalisasi Pendidikan
Selain membesarkan amal usaha pendidikan, internasionalisasi lembaga pendidikan bisa dimaknai dari berbagai perspektif. Berdasar pemaknaan internasionalisasi, maka perspektif diplomasi soft power di bidang pendidikan menjadi menarik untuk dikaji. Terlebih lagi lembaga pendidikan di era modern saat ini telah banyak mengalami pergeseran sebagai entitas public sphere (ruang publik). Meminjam apa yang Habermas sampaikan bahwa ruang publik dapat menjadi katalisator bagi kehidupan demokrasi yang lebih baik bila dikembangkan dengan semangat keadilan, ruang dialog dan kesetaraan.
Tidak hanya sekedar aktivitas ilmiah, internasionalisasi pendidikan merupakan diplomasi soft power yang bisa memperkuat kepentingan nasional, kredibilitas dan kemajuan sumber daya manusia yang dimiliki. Sejatinya jalur diplomasi soft power telah lama ditempuh Muhammadiyah seperti yang dicontohkan oleh KH. Ahmad Dahlan dan pendiri Muhammadiyah lainnya. Para founding fathers ini telah membuktikan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang mengusung pendekatan dialog, budaya dan pendidikan dengan tanpa paksaan kepada masyarakat saat itu. Diplomasi yang dipilih inilah yang menyematkannya sebagai organisasi Islam modern hingga saat ini.
Selain sebagai wujud diplomasi soft power, pendidikan memiliki peran penting bagi pengembangan human capability bagi suatu bangsa di kancah persaingan global (Sen, 2002). Ini pula yang harus dimaknai dari langkah internasionalisasi pendidikan yang tengah diwujudkan Muhammadiyah. Lalu pertanyaannya peran apa yang bisa diwujudkan dari rencana go international ini? Setidaknya ada tiga peran yang dapat dibangun yaitu peran bagi suara Islam, peran bagi bangsa dan peran bagi Muhammadiyah sendiri.
Pertama, peran bagi suara Islam. Internasionalisasi pendidikan dapat meningkatkan posisi tawar Islam kepada dunia internasional. Meski tidak mudah, kehadiran sekolah dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di luar negeri bisa menjadi ruang bagi suara umat islam agar lebih terdengar. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof.Dr.H Haedar Nashir.,M.Si bahkan menegaskan bahwa internasionalisasi pendidikan merupakan kegiatan memperluas sarana instrumen dan pranata yang menyebarkan Islam moderat.
Kedua, peran bagi bangsa. Beberapa manfaat bangsa bangsa antara lain membuka peluang kerjasama yang saling menguntungkan kedua negara di sektor pendidikan dan budaya, meningkatkan nilai kompetisi bangsa Indonesia di tengah kompetisi global serta sebagai etalase bangsa lain mengenal bangsa Indonesia lebih baik. Manfaat inilah yang semestinya diapresiasi negara terhadap niat internasionalisasi pendidikan yang tengah diupayakan Muhammadiyah.
Terakhir, manfaat bagi Muhammadiyah. Tentu saja internasionalisasi pendidikan sekolah dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah harus memberikan manfaat bagi Muhammadiyah sendiri. Salah satu manfaat terbesar tentu saja bagi pengembangan kader dan amal usaha pendidikan Muhammadiyah. Bagi kader, kehadiran internasionalisasi pendidikan bisa memperkuat kapasitas mereka lebih kompetitif menghadapai persainggan global. Kader yang memiliki kemampuan internasional, namun tetap membawa nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai ciri khas.
Sementara bagi amal usaha bidang pendidikan, internasionalisasi pendidikan ini membuka peluang sekolah dan PTM lebih kompetitif di tingkat global. Mengutip kembali apa yang disampaikan Ketum PP Muhammadiyah, langkah internasionalisasi merupakan upaya Muhammadiyah membangun pusat-pusat keunggulan yang bisa jadi model bagi umat Islam dunia.
Gagasan internasionaliasi lembaga pendidikan ini tentu tidak mustahil diwujudkan. Sebagai salah-satu organisasi Islam terbesar, selain pengalaman, keunggulan yang dimiliki Muhammadiyah yaitu soliditas dan kebersamaan yang kuat dalam mengembangkan visi organisasi yang ingin dicapai, termasuk pengembangan pada amal usaha pendidikan. Semua instrumen yang ada tersebut merupakan modal besar yang dimiliki untuk mewujudkan cita-cita Islam yang modern dan berkemajuan di dunia internasional.
*Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UMJ, saat ini tengah menempuh studi doktoral di kajian media University Malaya