Ahad 05 Apr 2015 16:17 WIB

CLC Purbalingga Gelar HFN 2015

Komunitas Cinema Purbalingga memeringati peringatan HFN 2015.
Foto: dok CLC Purbalingga
Komunitas Cinema Purbalingga memeringati peringatan HFN 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Usai hujan deras dan listrik mati sore itu, bergegas sekelompok anak muda mengembangkan layar di halaman belakang sebuah rumah. Namun sayang, cuaca sore itu masih menyisakan gerimis, hingga peringatan Hari Film Nasional (HFN) yang sedianya digelar dengan layar tanjleb pun akhirnya bergeser di dalam ruangan.

 

Di Purbalingga, HFN ke-65 yang jatuh pada 30 Maret, diperingati oleh para pecinta film dan anak muda Purbalingga dan sekitarnya. Dimotori oleh Cinema Lovers Community (CLC) pada Sabtu (28/3) malam, acara peringatan HFN digelar di Markas Besar CLC, Jl. Puring No. 7 Purbalingga.

 

Acara peringatan berupa pemutaran film dan diskusi, memutar film utama berupa dokumenter berjudul "Garuda Power: The Spirit Within" sutradara bastian Meiresonne tentang sejarah film laga Indonesia. Film lain yaitu "7 Manusia Harimau" sutradara Imam Tantowi yang diproduksi tahun 1986, serta dokumenter pendek "Yang Mengais Rezeki di Bioskop" produksi CLC Purbalingga.

 

"Setelah menonton film-film di acara Hari Film Nasional, saya jadi tahu bagaimana sejarah film Indonesia, khususnya film laga. Ternyata film Indonesia sudah mengalami sejarah yang cukup panjang," tutur Laurelita Gita Prischa Maharani yang baru saja memproduksi film fiksi pendek bertajuk "Gugat Pegat".

 

Menurut Novian Cahyo Utomo, menonton film mempermudah dirinya dalam membaca sejarah. "Rasanya saya jadi ingin membuat film bergenre action atau laga. Ada banyak tantangan di situ," ungkap pelajar yang belum lama membuat film dokumenter observasional ini.

 

Pada peringatan HFN tahun ini, CLC sengaja menyuguhkan film "Garuda Power: The Spirit Within" yang sempat menjadi official selection di Busan International Film Festival 2014 dan pengambilan gambar dilakukan di beberapa titik di Purbalingga agar anak-anak muda Purbalingga khususnya para pembuat film terjaga semangatnya.

 

Direktur CLC Bowo Leksono mengatakan, keberadaan para pembuat film pelajar Purbalingga dan Banyumas Raya pada umumnya, tidak terlepas dari sejarah film Indonesia itu sendiri. "Karena itu, mereka harus mengetahui bahkan mempelajari apa yang pernah dilakukan generasi sebelumnya," ujarnya dalam siaran pernya kepada Republika Online, Ahad (5/4).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement