Rabu 05 Oct 2016 11:24 WIB

Tak Mau Mengemis, Ini Kisah Kedermawanan Kaki Palsu Asal Bandung

  Salah satu personil Kelompok Kreativitas Difabel (KKD) membuat kaki palsu berbahan plat alumunium di bengkel produksinya di Bandung, Rabu (3/4).  (Edi Yusuf/Republika)
Salah satu personil Kelompok Kreativitas Difabel (KKD) membuat kaki palsu berbahan plat alumunium di bengkel produksinya di Bandung, Rabu (3/4). (Edi Yusuf/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Beberapa karung beras terlihat menumpuk di bengkel kreativitas Komunitas Kreatif Difabel (KKD) di Jalan Babakan Sari II, Kiaracondong, Bandung, belum lama ini. Beras-beras tersebut bukanlah bantuan bagi penyandang difabel, melainkan usaha kecil anggota KKD untuk menambah nafkah dan modal membuat kaki palsu.

Berjualan beras bukan menjadi usaha mereka yang utama. Komunitas tersebut memiliki visi yang lebih jauh lagi yaitu untuk menyalurkan potensi kreatif penyandang difabel untuk membuat kaki dan tangan tiruan. Bahkan, di papan nama KKD terpampang tulisan "50% dari penjualan beras disumbangkan untuk pembuatan kaki palsu".

Komunitas Kreatif Difabel bisa dibilang menjadi pionir gerakan pemberdayaan penyandang difabel di Kota Bandung yang dibentuk pada 2010. Anwar Permana atau biasa dipanggil 'Oju' yang merupakan salah seorang pendiri KKD. Kelompok ini didirikan atas dasar tanggung jawab kepada sesama penyandang difabel yang selama ini cenderung dipandang sebelah mata oleh masyarakat.

Oju mengaKU, usaha pembuatan kaki dan tangan tiruannya dimulainya ketika dia menyadari begitu mahalnya kaki dan tangan palsu yang beredar di pasaran dan rumah sakit. Harga yang ditawarkan oleh merek dagang terkenal bisa mencapai Rp 10 juta hingga Rp 50 juta per unit.

"Kalau beli kaki itu kan mahal. Jadi kita memiliki ide, ayo bikin sendiri untuk yang lebih terjangkau pada sekitar 2010," ujar Oju. Harga yang ditawarkan oleh KKD untuk per unit tangan dan kaki palsu berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 8 juta, jauh di bawah rata-rata harga pada umumnya.

Pada mulanya Oju bertemu dengan Yusuf Suhara atau terkenal dengan 'Jon' yang saat itu menjadi sales tangan tiruan di Jakarta. Setelah pertemuan awal dengan Jon pada 2009 di Bandung dan bertemu lagi pada 2010, mereka sepakat mendirikan KKD dengan tujuan memberdayakan penyandang difabel. Selain Oju dan Jon, ada dua pengurus lainnya di KKD yaitu Indra Semedi sebagai kepala produksi dan Iwan Ridwan sebagai bendahara.

Kendati seluruh anggota KKD merupakan difabel, masyarakat umum dapat menimba arti kehidupan kepada mereka bahwa mereka juga sama dengan manusia normal pada umumnya, yaitu giat bekerja dan ide kreatif.

Oju mengatakan, usahanya selain bertujuan untuk mencari nafkah, juga berfokus membantu difabel yang tidak mampu secara ekonomi guna mendapatkan kaki tiruan bantuan. Dari penjualan tiga hingga empat set tangan atau kaki tiruan, KKD dapat membuat satu set untuk dibagi secara gratis kepada yang membutuhkan.

Banyak warga difabel yang mengalami cacat akibat amputasi menyambangi KKD untuk meminta tangan dan kaki tiruan secara gratis. Komunitas itu mencatat ada sekitar 40-an penyandang difabel yang meminta bantuan, namun belum dapat dipenuhi. Pihaknya, masih harus menyeleksi siapa yang dirasa paling berhak menerima tangan atau kaki tiruan gratis.

Sejak awal berdiri pada 2010, komunitas telah memberi sekitar 200-an kaki atau tangan gratis kepada yang masyarakat difabel. KKD sendiri menjadi pendorong bagi komunitas difabel di provinsi lain untuk melakukan pemberdayaan. "Kami juga mendirikan koordinator cabang di beberapa kota di Indonesia seperti di Merauke Papua, Aceh bahkan Nunukan," ujar Oju.

Kendati terdapat keterbatasan modal dan ruang tempat kreativitas, Komunitas Kreatif Difabel mengerjakan produksinya dengan menyelipkan "heureuy" yang dalam bahasa Indonesia berarti candaan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement