REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima lembaga publik menggelar Aksi Simpatik Pakai helm di kepala (Pahala) Jumat (1/6). Aksi simpatik yang bertepatan dengan hari lahir Pancasila 1 Juni ini, mengajak pesepeda motor memakai helm saat berkendara, kapan dan dimana pun.
"Perlu diingat sekitar 90 persen pengguna sepeda motor yang meninggal dunia dalam kecelakaan akibat luka di kepala dan leher," kata Edo Rusyanto, koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) di sela Aksi Simpatik Pahala, Jumat (1/6) sore.
Memakai helm saat berkendara merupakan ikhtiar mereduksi dampak terjadinya kecelakaan. Memakai helm menjadi jurus berkendara rendah risiko (low risk riding). "Kami berharap, memakai helm menjadi sebuah kebutuhan, bukan semata kewajiban," kata Edo dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Didit Prasetya, ketua pelaksana Aksi Simpatik Pahala, kegiatan kali ini melibatkan lima komunitas roda dua. Selain Adventurous Riders Club (ARC) R15 Jakarta dan Jarak Aman, juga didukung Independent Bikers Club (IBC) Jakarta, Skills Jakarta, dan Alanbikerscom. "Kami juga membagikan stiker keselamatan dan 300 ta'jil kepada pengguna jalan," katanya.
Rio Winto, ketua IBC Jakarta, pihaknya membagikan helm kepada sejumlah pesepeda motor. Pembagian helm menjadi simbolis soal pentingnya memakai helm bagi pesepeda motor. "Kami juga mengajak pesepeda motor untuk selalu pakai helm saat mengendarai motor," ujarnya.
Aksi simpatik digelar di pertigaan Jl Asia Afrika, Senayan, Jakarta. Selain diikuti puluhan anggota kelompok pesepeda motor, kegiatan ini juga didukung anggota masyarakat dan simpatisan.
Gerakan moral seperti ini juga bagian dari pengamalan nilai Pancasila, terkait dengan kemanusiaan yang beradab maupun keadilan sosial.
Sila kelima Pancasila, bersubstansi menjaga keseimbangan hak dan kewajiban. Di jalan raya, hak untuk hidup perlu terus dijaga, sedangkan kewajiban menaati aturan mesti dilandasi sebagai kebutuhan. "Salah satunya, senantiasa memakai helm saat bersepeda motor," kata Edo.