Senin 21 May 2012 11:08 WIB

Menimba Ilmu di Jepang

Gunung Fuji
Foto: japan-guide.com
Gunung Fuji

Jepang, salah satu negara favorit tujuan para pecinta ilmu pengetahuan dari Tanah Air, terutama di bidang sains dan teknologi. Tohoku University sendiri merupakan salah satu kampus level dunia untuk bidang kajian ilmu fisika, material dan ilmu kebumian. Saya kini tergabung di bidang kajian ilmu geo-lingkungan, departemen ilmu bumi, sekolah tinggi sains.

Pada awalnya saya membaca brosur mengenai program IGPAS (International Graduate Program in Advance Science) yang saya dapat dari website resmi universitas, sementara informasi mengenai adanya program ini saya baca setelah mencari-cari di internet mengenai program international yang dibuka di universitas-universitas di Jepang dan menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar kuliahnya.

Secara umum persyaratan untuk melanjutkan sekolah di Jepang sama saja dengan negara mana pun, IPK yang di atas rata-rata, kemampuan bahasa, dll. Hanya mungkin yang sedikit membedakan adalah proses yang relatif mudah dan sederhana menurut saya jika dibandingkan proses registrasi program pasca-sarjana di Tanah Air. Tidak perlu melampirkan dokumen-dokumen asli, cukup hasil scanning  dan membubuhkan tanda tangan asli di atas formulir lalu mengirimkannya melalui airmail ke alamat universitas di Jepang. Selebihnya silahkan menunggu proses seleksi administrasi saja. Jika lolos, maka akan ada seleksi selanjutnya yaitu kemampuan dasar berdasarkan program yang dipilih, lalu wawancara dan selesai. Alhamdulillah sesederhana itu.

Satu hal yang pasti di Jepang, sebelum mengirimkan dokumen-dokumen, pastikan Anda sudah terlebih dahulu menghubungi calon pembimbing Anda di Jepang, dalam hal ini adalah professor. Perkenalkan diri Anda dengan baik dan sertakan proposal riset yang akan anda lakukan di sini. Bangun komunikasi yang baik dengan professor dan dapatkan kepercayaannya. Jika anda sudah mendapatkannnya, maka tinggal tunggu saja hasilnya. Selebihnya calon professor Anda tersebut yang akan bekerja untuk Anda di awal, setelahnya Anda tinggal membalas jasa baiknya.

Jika memang ingin melanjutkan pendidikan pascasarjana di Jepang maka hanya butuh satu modal, tekad! Carilah informasi sebanyak mungkin, persiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan, dan kirim. Jika hasil akhir adalah penolakan, maka coba lagi di universitas yang lain, di tahun ajaran yang lain. Jika masih ditolak, maka coba lagi, dan begitu seterusnya.

Biaya sekolah di Jepang sangat mahal jika kita menggunakan ukuran mata uang  di Indonesia. Namun jika anda mendapatkan beasiswa MEXT/Mobukagakusho (menpora-nya Jepang), maka semua biaya pendidikan anda sudah ditanggung. Bahkan ada sedikit lebih untuk menabung dan mengirim buat orang tua dan saudara-saudara di Indonesia.

Lain hal-nya jika beasiswa yang diterima tidak penuh, tidak semua biaya ditanggung oleh sponsor Anda, maka Anda dapat dengan mudah mengurus permohonan keringanan. Tidak akan ada kejadian Anda dilemparkan dari satu kantor ke kantor lain, dari satu lantai ke lantai lain, dari satu oknum ke oknum lain. Untuk mengurus keringanan ini cukup isi formulir, siapkan dokumen-dokuemn yang diperlukan, minta tanda tangan Professor dan serahkan ke bagian keringanan biaya di kampus, selesai.

Jika membutuhkan biaya tambahan untuk membeli kebutuhan lainnya, maka kesempatan untuk kerja paruh waktu (arubaito) sangatlah luas. Namun Anda harus pandai-pandai mengatur waktu ya. Untuk ini Anda membutuhkan izin kerja dari pihak imigrasi karena Anda masih pelajar. Cukup download formulirnya dan isi dengan lengkap, siapkan dokumen yang diperlukan, lalu pergilah ke imigrasi terdekat di wilayah Anda, dan dalam beberapa menit izin kerja anda akan ter-tempel di dalam paspor.

Anda tidak perlu menyiapkan uang pelicin agar prosesnya lebih cepat, karena semua sudah “licin” alias sudah serba cepat, mudah, dengan pelayanan yang luar biasa santun dan ramah dari aparatur pemerintah Jepang.

Ibadah Muslim di Jepang

Pada awal-awal menjelang keberangkatan ke Jepang, saya berpikir mengenai bagaimana menjalankan ibadah sebagai Muslim di sana, bagaimana makanan dan jajanan di sana, bagaimana budaya dan kebiasaan di sana, dan semua hal baru yang tentunya berbeda dengan Tanah Air. Namun Alhamdulillah berkat adanya PPI Sendai dan PPIJ, semua informasi itu bisa dengan mudah saya dapatkan, dan tidak ada kekhawatiran yang berlebihan mengenai semua hal di atas.

Sebelum berangkat saya mengajukan permohonan diri untuk bergabung di mailing list PPI Sendai dan PPIJ. Semua pertanyaan, masalah dan kebingungan menjelang keberangkatan bisa dengan mudah terselesaikan. Atau bahkan jika Anda minat untuk dijemput di terminal atau eki (stasiun dalam bahasa Jepang) terdekat, saya yakin teman-teman PPI akan dengan senang hati melakukannya.

Untuk biaya minggu-minggu awal selama beasiswa belum cair, saya menyiapkan kurang lebih 100,000 yen atau kurang lebih sekitar 10 juta rupiah. Insya Allah ini sudah cukup jika kita tidak punya gaya hidup mewah, tidak senang jajan karena sebagian besar jajanan di sini haram bagi Muslim, dan senang memasak walaupun dengan rasa yang terbatas. Memasak di rumah merupakan pilihan paling bijaksana sebagai seorang Muslim untuk menghindari masuknya makanan haram ke dalam tubuh kita, apalagi memasak bersama istri tersayang di rumah.

Setiap awal semester KMIS (Keluarga Muslim Indonesia Sendai) akan mengundang para warga baru dan membagikan form mengenai komposisi-komposisi makanan apa saja yang diharamkan oleh ulama di Jepang, serta menjelaskan restoran-restoran beserta pilihan menu-menu yang halal dikonsumsi oleh Muslim. Di Sendai juga kami memiliki toko halal yang menyediakan bahan-bahan makanan halal. Jadi amatlah nyaman tinggal di Sendai sebagai seorang Muslim.

Masjid Sendai pun tersedia walaupun letaknya agak sedikit jauh dari kampus, tapi dengan dukungan sistem transportasi yang nyaman dan mudah disini, kita dapat menjangkau masjid dengan waktu yang terukur. Yang terpenting pada masa awal kedatangan adalah menjelaskan kepada professor anda pada saat pertama kali berjumpa. Jelaskan bahwa saya seorang Muslim, harus shalat lima waktu dalam sehari dan berikan detail waktu-waktunya, dan bagi pria harus pergi ke masjid pada hari Jumat pada jam sekian hingga jam sekian (waktu shalat Jumat berbeda-beda, tergantung wilayah domisili dan kesepakatan Jamaah Masjid).

Jelaskan bahwa muslim tidak memakan daging babi dan semua daging yang tidak berlabel halal di Jepang. Jelaskan pula bahwa Muslim tidak mengonsumsi alkohol dalam bentuk apa pun, baik minuman, makanan, maupun sebagai bahan tambahan dalam produk makanan dan minuman. Insya Allah mereka akan mengerti, dan bahkan jika Anda keasyikan bekerja, maka mereka yang akan mengingatkan bahwa waktu shalat sudah tiba, Anda harus berhenti sejenak dan segera shalat.

Suasan belajar yang kondusif

Suasana belajar di sini amatlah kondusif, didukung dengan sarana prasarana yang sangat lengkap dan sokongan dana yang cukup, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak menghasilkan sesuatu selama belajar di Jepang. Suasana persahabatan yang hangat di antara sesama warga asing akan menambah kenikmatan belajar di Jepang.

Kami biasa ikut terlibat dalam kompetisi olahraga antarwarga/pelajar asing selama di Jepang. Terakhir tim Garuda Sendai (tim futsal pelajar Indonesia di Sendai) menjadi peserta pada kegiatan Futsal Internazionale Tohoku 2011 (http://sendai.ppijepang.org/berita-ppis/internazionale-tohoku-2011/). Tahun lalu PPIJ mengadakan kegiatan PORMAS 2011 yang menjadi ajang pemersatu pelajar Indonesia di Jepang, dan Alhamdulillah PPI Tohoku Komsat Sendai menjadi Juara Umum-nya (http://sendai.ppijepang.org/berita-ppis/ppitohoku-juaraumum-pormas2011/).

Jika akhir pekan tiba, maka ada banyak pilihan wisata di Jepang, mulai dari wisata belanja, hingga wisata alam yang tidak kalah cantik dan indah seperti di nusantara. Terutama Jepang bagian utara yang memang mempesona daerah tujuan wisata alam dan wisata sejarahnya. Apalagi setiap musim selalu saja ada festival yang berbeda di seluruh Jepang, mulai dari Jepang bagian utara hingga selatan. Masing-masing daerah memiliki keunikan tarian, budaya, dan makanan khas yang pastinya berbeda-beda sesuai kebijakan pemerintah Jepang di mana satu daerah harus memiliki satu makanan khas unggulan. Suasana pedesaan yang bersih dan indah dengan hamparan sawah yang luas berpadu dengan kemajuan teknologi pengelolaan pertanian akan menjadi sajian yang menakjubkan.

Kebiasaan ‘nyampah’ orang Jepang

Selama belajar di Jepang, banyak hal yang bisa saya pelajari terutama bagaimana kebiasaan “nyampah” orang Jepang, jiwa “pembantu” aparat pemerintah di semua level dan departemen, serta profesionalisme kerja dan rasa malu bila melakukan kesalahan, bahkan jika kesalahan tersebut bukanlah kesalahan yang secara langsung dilakukan oleh sang pelaku, melainkan perilaku alam yang tidak dapat ditebak.

Kebiasaan “nyampah” orang Jepang itu dahsyat, bahkan satu botol air mineral saja dipisahkan menjadi tiga bagian, botolnya, tutupnya, dan labelnya. Jika jajanannya menyisakan sampah, maka akan disimpan dan dibawa sampai rumah lalu di buang di tempat sampah di rumah. Aparaturnya akan menyapu halaman depan kantor setiap pagi dan menyapa warga yang berlalu-lalang di depan kantor, melayani dengan sangat santun setiap permasalahan yang kita hadapi.

Sementara untuk sifat malu ini tentunya kita sudah mengetahui banyak dari media-media di Tanah Air bukan. Namun ada satu permasalahan pemerintahan Jepang, menurunnya jumlah populasi penduduk dari tahun ke tahun (gambar 1). Walaupun sudah di berikan uang tunai dalam jumlah besar bagi ibu yang melahirkan, asuransi pendidikan bagi anak, dan lain-lainnya, tetap saja hal ini tidak mampu mendorong peningkatan jumlah populasi penduduknya. Mungkin Jepang perlu belajar dari Indonesia mengenai hal yang satu ini.  

Video Conference

Pesan saya bagi pihak-pihak yang hendak studi banding ke Jepang, cukuplah Anda gunakan fasilitas video conference, karena begitu banyak pelajar Indonesia di Jepang yang bersedia berbagi ilmu dan informasi di sini untuk dapat diterapkan di Tanah Air, tentunya setelah mengalami penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan budaya Indonesia. PPI Jepang pun akan dengan sukarela membantu dan menyiapkan fasilitas-fasilitasnya jika memang dibutuhkan. Ada kurang lebih 2600 pelajar Indonesia di Jepang, dengan bidang kelimuan yang bermacam-macam, berikan kesempatan kepada anak-anak bangsa ini untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsanya, jangan malah disisihkan karena pintar, kritis, dan soleh tentu saja.

Selama belajar di Jepang, saya mendapatkan fakta yang menarik, di mana pada saat saya memaparkan hasil penelitian-penelitian saya, jika memang professor tidak mengerti  maka ia akan dengan lapang dada bertanya: “Bagaimana Anda melakukannya, izinkan saya belajar dari Anda.” Satu fakta yang mungkin kita akan sulit kita temukan di dunia pendidikan tinggi di Indonesia.

Jika saya membutuhkan dana riset, maka tinggal nyatakan ke professor, dan beliau akan bilang: “Berapa besar dana yang Anda butuhkan?” Jika ada konferensi maupun simposium ilmu pengetahuan di luar Jepang, maka tinggal bilang saja, dan support dana selama di sana akan segera diproses. Tentu saja bermodalkan tulisan-tulisan ilmiah yang berkualitas.

Alhamdulillah selama belajar di Jepang saya berkesempatan untuk menghadiri berbagai pertemuan-pertemuan ilmiah level dunia, mulai dari Bulgaria, Kanada, hingga Jerman (http://www.igarss2012.org/) pada bulan Juli tahun ini. Insyaallah. Di Jerman ini bahkan saya juga mendapatkan dukungan biaya perjalanan penuh dari pihak penyelenggara karena tulisan saya terpilih sebagai salah satu tulisan terbaik, Alhamdulillah.

Terakhir dari saya, jadikan kesempatan menuntut ilmu di mana pun sebagai bekal kebaikan dan kebermanfaatan yang luas sebagai bekal untuk akhirat kelak. Tidak menjadikan dunia sebagai tujuan, melainkan sarana menuju surga. Di mana pun menutut ilmu itu sama saja, tinggal bagaimana diri kita, pandai mensyukuri nikmat atau justru sebaliknya.

Referensi internet bermanfaat:

http://ppijepang.org/

http://sendai.ppijepang.org/

http://www.sci.tohoku.ac.jp/english/index.html

http://fatwaramdani.wordpress.com/

Fatwa Ramdani

Presidium PPI Jepang 2011-2012

Doctoral course student Geo-environmental Science, Earth Science Department, Graduate School of Science, Tohoku University, JAPAN

Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement