REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu'alaikum Mas Hari yang diberkahi Allah. Saya baru lulus sekolah tahun 2012. Saya ingin sekali melanjutkan kuliah namun karena tidak adanya biaya saya mengurungkan niat saya dan saya berencana setelah lulus sekolah mencari pekerjaan terlebih dahulu untuk mendapatkan uang biaya kuliah.
Sesuai rencana tahun ini saya ingin sekali kuliah. Saya sekarang sudah bekerja namun hanya sebagai asisten di sebuah kantor yang gajinya hanya Rp 400.000 / bulan. Saya juga punya sampingan mengajar pramuka di sekolah dengan upah Rp 100.000 / bulan.
Saya sudah berencana untuk mendaftar di suatu perguruan tinggi, setelah saya hitung-hitung biaya pas-pasan sekali dengan pendapatan saya. Bagaimana cara saya agar bisa mengelolanya Mas? Mohon pendapat dan masukannya ya Mas. Terima kasih. Wassalamu'alaikum
Jawaban WF 19
Waalaikumsalam Wr Wb
Senang kenalan dengan Mbak Yuli, semoga juga diberkahi oleh Allah SWT hidupnya dan diberi jalan keluar masalahnya. Pendidikan adalah hak dasar bagi warga Negara, sesuai dengan yang tertera di UUD. Sayangnya, kian lama, biaya pendidikan tinggi khususnya kian mahal. Setelah lulus pun, belum menjamin untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Akan tetapi, berbahagialah Mbak Yuli, bahwasanya di tengah keterbatasan tersebut sudah bisa menghasilkan uang untuk diri sendiri.
Solusi yang bisa saya sarankan adalah dengan menambah penghasilan. Tidak ada jalan lain selain menambah penghasilan. Untuk lebih jelasnya bagaimana mengelola uang jajan, bisa dibuka di http://www.republika.co.id/berita/konsultasi/motivasi-keuangan/13/03/15/mjoriq-mahasiswa-bingung-kelola-uang-jajan
Sekarang mari kita fokus dahulu membenahi akar masalah untuk biaya pendidikan Mbak Yuli.
Langkah pertama agar Mbak Yuli bisa tetap mengeyam pendidikan sembari bekerja adalah
1.Menentukan target dana pendidikan yang dibutuhkan
Saat ini ada banyak pendidikan yang bisa diambil, mulai dari kursus, pendidikan profesi, D1-D3, hingga S1, baik Kuliah Reguler, Kelas Jarak Jauh dengan tetap ada sesi ujian tatap muka hingga Kuliah Online.
Ketahui dahulu, bakat Mbak Yuli lebih cocok kemana serta passion/kegairahan yang menggebu-gebu akan sebuah bidang apa yang akan Mbak Yuli tekuni nantinya.
Setelah itu, apakah bidang ini memiliki prospek masa depan yang menjanjikan, dengan cara bertanya kepada orang yang sudah berkecimpung lama di bidangnya serta yang tak kalah pentingnya adalah, apakah orang tersebut makmur secara ekonomi?
Setelah itu baru mencari perguruan tinggi yang membuka bidang tersebut.
Di sanalah kita mulai menghitung, berapa tahun jika kita kuliah normal (misal 3-5 tahun), berapa biaya yang kita butuhkan hingga selesai beserta biaya hidup selama masa pendidikan tersebut.
Saat ini masih ada beberapa sekolah/perguruan tinggi (PT) yang masih menggunakan pola kedinasan, sehingga biayanya ditanggung oleh sekolah/PT tersebut, dengan konsekuensi kita akan dikontrak hingga beberapa tahun ke depan, setelah lulus kuliah (silahkan cari di Google dengan mengetikkan kata ASKI/Asosiasi Sekolah Kedinasan Indonesia).
2.Menetapkan cara pencapaian target dana pendidikan
Ada 3 cara untuk mencapai target dana pendidikan, yakni :
a. Menabung dan berinvestasi secara rutin, hingga tercapai dana pendidikan.
Misal kita membutuhkan dana Rp 20 juta, maka cara yang lazim adalah menabung serta berinvestasi dalam jangka waktu tertentu sembari meningkatkan skill dan daya tawar kita kepada perusahaan. Berarti Mbak Yuli akan menunggu hingga dana tersebut tercapai dalam jangka waktu yang cukup lama.
b.Meminta kepada pemilik tempat Mbak Yuli bekerja hari ini untuk membiayai kuliah yang relevan dengan bidang tempat dimana Mbak Yuli bekerja.
Ini memang tidak mudah, tetapi tidak salahnya untuk dicoba. Syukur-syukur, selama ‘disekolahin’ tersebut, Mbak Yuli masih tetap dapat income (pendapatan).
c.Mencari biaya seperti beasiswa kepada lembaga-lembaga sosial seperti Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, PKPU dll serta Program-Program CSR/Corporate Social Responsibility di beberapa Perusahaan, seperti Telkomsel, Indosat dll agar bisa secara rutin mendapatkan biaya sekolah serta biaya/uang saku. Walau ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, paling tidak itu jalan keluar yang masuk akal untuk dilakukan.
3.Mulai dengan langkah pertama, ACTION
Tidak selamanya kendala biaya menjadi penghambat kita untuk maju, dan tidak selamanya kuliah harus dengan kuliah formal. Sekarang banyak industri kreatif yang tidak membutuhkan ijazah tertentu, tetapi banyak para pemainnya, justru dari kalangan yang belajar secara otodidak.
Serta ada beberapa profesi yang tidak membutuhkan ijazah layaknya kita kuliah di perguruan tinggi seperti penulis buku, kartunis, penjual langsung, pembicara/pelatih (trainer) di sektor nonformal dll.
Satu hal yang pasti, untuk bisa mendapatkan pendidikan sesuai dengan bakat dan passion kita, carilah pembimbing yang sudah sukses dibidangnya masing-masing dan belajarlah dengan mereka secara tekun, Insya Allah apa yang Mbak Yuli dan pembaca Republika Online ini cita-citakan terwujud.
Aamiin…..
Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc., Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas)
SMS 0815 1999 4916