Selasa 30 Sep 2014 12:00 WIB

Atletik Sumbang Emas

Red:

INCHEON -- Kejutan diperoleh Indonesia pada hari ke-10 penyelenggaraan Asian Games ke-17 Incheon, Korea Selatan. Cabang olahraga atletik yang tidak diunggulkan justru mampu menyumbangkan emas pada Senin (29/9).

Emas tersebut disumbangkan oleh Maria Natalia Londa dari cabang lompat jauh. Atlet asal Bali berusia 23 tahun itu kemarin mencatatkan jarak lompatan sejauh 6,55 meter mengalahkan atlet Vietnam, Bui Thi Thu Thao, dan atlet Cina, Jiang Yangfei, yang masing-masing harus puas dengan medali perak dan perunggu.

Itu menjadi emas ketiga kontingen Indonesia pada Asian Games kali ini. Dua emas sebelumnya disumbangkan dari cabang bulu tangkis lewat pasangan ganda putri, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, dan pasangan ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Ini adalah emas pertama untuk Maria dalam ajang Asian Games. Prestasi di Incheon kali ini cukup mengejutkan mengingat sebelumnya ia hanya ditargetkan meraih medali tanpa disebutkan apa jenisnya.

Emas yang disumbangkan Maria juga menjadi yang pertama dari atletik sejak Asian Games 1998. Pada multievent yang digelar di Bangkok itu, atletik Indonesia menyumbangkan emas lewat Supriyati Sutono dari nomor lari 5.000 meter.

Dengan tambahan emas dari Maria, Indonesia kini mengoleksi 14 medali terdiri dari 3 emas, 4 perak, 7 perunggu, dan berada di peringkat 16 klasemen sementara perolehan medali. Maria masih berpeluang meraih medali lagi pada nomor lompat jangkit yang akan berlangsung pada Selasa (30/9).

Butet/Owi sumbang perak

Di Gyeyang Gymnasium, pasangan ganda campuran Indonesia, Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad, gagal menyumbangkan emas terakhir dari cabang bulu tangkis usai ditekuk pasangan Cina, Zhang Nan/Zhao Yunlei, dengan 16-21 dan 14-21 pada final perorangan nomor ganda campuran. Dengan demikian, pasangan unggulan ketiga itu menyumbangkan medali perak untuk kontingen Indonesia.

Pasangan Butet/Owi kemarin bermain selalu di bawah tekanan ganda campuran peringkat satu dunia itu. Meskipun pada gim pertama sempat unggul 13-7, pasangan Indonesia gagal mempertahankan keunggulan dan harus mengakui kekalahan 16-21.

Pada gim kedua, pasangan Cina seolah menemukan kelemahan pasangan Butet/Owi. Meskipun laga berlangsung ketat pada awal gim, Butet/Owi mulai kendur pada kedudukan 8-8. Dalam sekejap, mereka langsung tertinggal jauh 8-14. Zhang/Zhao pun menutup pertandingan dengan kemenangan mudah 21-14.

Dari cabang kano, Indonesia juga gagal menyumbangkan medali meskipun menempatkan delapan nomor pada final. Atlet Anwar Tarra yang diproyeksikan bakal merebut medali, cukup terpuruk di urutan kedelapan di final nomor kano C1 1.000 meter putra dengan catatan 4:18,536.

Sementara, medali emas diraih atlet Uzbekistan Vadim Menkov dengan catatan 3:57,403, disusul atlet Kazakhstan Sergey Yemelyanov yang meraih perak dengan 4:01,138. Sedangkan, perunggu direbut atlet Tiongkok Wang Longkui dengan waktu 4:03,890.

Atlet Indonesia lainnya, Emi Sokoy, juga gagal di nomor kayak 500 meter perorangan putri. Pada nomor C2 1.000 meter putra, pasangan Spens Stuber Mehue/Marjuki juga tidak mampu bersaing.

Kuartet Andri Sugiarto, Riyondra Maizir, Dedi Kurniawan Suyatno, dan Muchlis juga harus terpuruk di nomor K4 1.000 meter putra. Sedangkan pada sprint empat nomor juga gagal di kayak double (K2) 200 meter putra, kano (C1) 200 meter perorangan putra, kayak (K1) 200 meter perorangan putra, dan kayak (K1) 200 meter perorangan putri.

Ditanya soal kegagalan tersebut, manajer tim Kano Indonesia, Hari Sidharta, mengaku sulit buat tim Kano Indonesia bisa bersaing di level Asia. Namun, setidaknya capaian tim Kano Indonesia di Asian Games kali ini jauh lebih baik dari torehan di Asian Games ke-16 Guangzhou, Cina.

Hari menyatakan, masih sulit buat tim Kano Indonesia untuk bisa bersaing secara langsung di level Asia. Menurutnya, dominasi tim-tim asal Asia Tengah dan Asia Timur masih terlalu kuat. Namun untuk ukuran pencapaian di Asian Games, tim Kano Indonesia telah mencatatkan prestasi tersendiri. Jika di Asian Games 2010 lalu, tim kano gagal mengirimkan wakil pada babak final. Kini, tim kano mampu tampil di delapan babak final dari 10 nomor yang mereka ikuti.

Selain itu, di antara negara-negara Asia Tenggara, hanya Indonesia, Singapura, dan Thailand yang mampu punya wakil pada babak final. "Mudah-mudahan kemajuannya tidak hanya berhenti di sini," kata Hari kepada wartawan.

Dari cabang voli pantai, Indonesia akhirnya harus pulang tanpa satu pun medali setelah harapan satu-satunya pasangan Koko Prasetyo/Ade Chandra kandas pada laga perebutan medali perunggu. Pasangan Indonesia Satu itu menyerah dari pasangan Cina, Halikejiang/Bao Jan, dengan skor 17-21 dan 11-21.

"Ini hasil yang mengecewakan, saya rasa pemain terpengaruh dengan kekalahan pada partai semifinal lalu melawan Cina," kata pelatih cabang voli pantai, Andy Ardianyah, usai laga perebutan medali perunggu itu.

Menurutnya, kekalahan pada semifinal lalu cukup membuat mental Koko dan Ade merosot mengingat cabang voli pantai ditargetkan meraih medali emas. "Saya lihat mental pemain kami agak kendur. Itu akibat kekecewaan kekalahan di semifinal lalu yang menjadikan peluang medali emas Indonesia hilang," katanya menambahkan.

n antara rep: reja irfa widodo ed: fernan rahadi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement