Senin 09 May 2016 17:00 WIB

BINCANG BISNIS- George Arie W Djohan, GE Country Leader Gas Power System: Pengelolaan Kelistrikan Tawarkan Swasembada

Red:

Bisnis di bidang pembangkit listrik dianggap masih memiliki peluang yang begitu besar di Tanah Air. Apalagi Pemeritah Indonesia ingin mencapai target penyediaan tambahan kapasitas listrik sebesar 35 gigawatt yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hingga lima tahun ke depan.

Untuk itu, General Electric (GE) turut menjadi mitra untuk Indonesia. Perusahaan ini pun memiliki komitmen untuk membawa teknologi terbaru dan solusi yang paling cocok untuk membantu Indonesia mengatasi tantangan infrastruktur.

GE Country Leader Gas Power System, George Arie W Djohan mengungkapkan, pasar di Indonesia, khususnya di bidang pembangkit listrik memang masih begitu menjanjikan. Pasar tersebut antara lain berasal dari pembangunan infrastruktur.

Pada 2012, GE di Indonesia tumbuh lebih dari dua digit dalam hal pertumbuhan pesanan dan tumbuh dua digit dalam hal penjualan. Dari pertumbuhan itu, GE Aviation memiliki kontribusi 50 persen pesanan pada 2012. Sementara GE Transportation dan GE Power menjadi yang kedua dan ketiga.

PLN menjadi salah satu pelanggan pembangkit listrik GE. Ada pula produsen listrik swasta, seperti Medco Power dan Cikarang Listrindo. Pada Desember 2012, GE menandatangani perjanjian dengan Medco Power UBE, Medco Power UBE Batam Power Plant, untuk memasok dua 6B turbin gas 3-Series Bingkai yang diharapkan dapat menghasilkan 80 megawatt listrik lebih bersih dan lebih andal di Batam.

Untuk mengetahui lebih lanjut, mengenai perkembangan bisnis GE, berikut petikan wawancara wartawan Republika Rossi Handayani dengan George, dalam sebuah forum belum lama ini.

***

Bagaimana perkembangan bisnis GE Power dalam beberapa tahun terakhir?

Gas power ya. Kita di sini berkomitmen untuk Indonesia agar selalu mendukung program PLN dan pemerintah. Meskipun, kadangkala kita menang dan kadangkala kita kalah. Tapi kita selalu aktif. Di samping itu kita juga memiliki partisipasi di program swasta.

Kami bermitra dengan investor dan macam-macam lah untuk mendukung pro gram pemerintah. Memang ya kadang kala me nang, kalah itu wajar. Ya kita bukan men dominasi market.

Bagaimana menurut Anda menge nai pasar di Indonesia, khususnya di pembangkit listrik?

Pasar di Indonesia, khususnya di pem bangkit listrik, memang sangat men jan jikan. Memang negara ini perlu banyak pro yek-proyek infrastruktur untuk men dukung pertumbuhan, khususnya di listrik. Kadang kalau kita lihat di berita, kayak di daerah, itu sangat kurang.

Contohnya di Nias. Nias itu hanya relay di suatu pembangkit. Begitu pembangkitnya disetop, langsung satu pulau itu mati. Saya rasa yang seperti itu tidak hanya di Nias. Di daerah-daerah lain juga ada yang kon disinya mirip.

Jadi, memang pembangunan di Indo nesia perlu dipacu terus, terutama pemba ngun an listrik. Dari sisi GE, sebagai tech nology provider untuk pembangkit listrik, ki ta melihat pasar Indonesia sangat men jan jikan. Maka dari itu, kita sangat commied untuk membantu menyediakan solu si.

Apa saja yang ditawakan oleh GE?

Kita memiliki teknologi pembangkit listrik. Memang core bisnisnya di pem bang kit listrik, seperti batu bara, gas, air, angin, atau tenaga surya, yang memang khusus pembangkit. Tapi, GE sudah lama di Indo nesia, kami punya komitmen untuk akan te rus di sini. Kita seringkali ingin berkon tri busi, memberikan solusi, dan bukan jual barang.

Kita menganggap, kehadiran di Indo nesia bukan semata-mata menjual barang, tapi kita ingin menjadi mitra yang baik untuk pemerintah Indonesia dan juga PLN. Kita sering membuat kajian, studi, mem persembahakan ide, dengan harapan bisa memberikan masukan pada pemerintah.

Apa yang menjadi sasaran GE, apakah daerah yang belum ada PLN dan kawasan-kawasan?

Yang utama memang di sana, tapi ka wasan yang disuplai PLN, bisa juga. Di sam ping listrik, pembangkit ini bisa diman faatkan waste-nya. Konsep kami cogene ration, jadi kalau ada industri membu tuhkan listrik dan uap jadi lebih meman faatkan captive power.

Karena kalau dari PLN kan tidak ada uap. Jadi kalau dia perlu, harus bangun khu sus. Tapi kalau ada captive, bisa didesain listrik yang kuat. Panas yang terbuang bisa dimanfaatkan untuk uap, one step higher. Me mang tidak semua industri, hanya cus tom, but anyway bisa dimanfaatkan.

Sudah berapa banyak teknologi yang diaplikasikan?

Teknologi kami sudah banyak sekali yang diaplikasikan. Di PLN, misalnya. Kalau swasta, di Bekasi Power, pabrik-pabrik pupuk kebanyakan pakai untuk pembang kitan. Di Pertamina ada beberapa, jadi di Indonesia sendiri sudah banyak dipakai.

Untuk yang mesin kecil, beberapa dipa kai di mal-mal seperti, Plaza Indonesia, Ke lapa Gading, Central Park. Itu untuk me menuhi kebutuhan gedung. Kebanyakan yang dipakai itu gas, kemudian ada bebe rapa yang diesel.

Kalau yang paling besar secara ka pasitas, Tambak Lorok, Semarang, atau di Mua ra Karang. Itu sampai 500 megawatt, yang sudah dipasang sejak lama pada akhir 1990-an.

Ada upaya agar gas power men dominasi di pasar?

Jadi, kalau dari sisi perencanaan kemen terian dan PLN sih, selalu mereka melihat nya enegry mix yang merata. Jadi, tidak mung kin di Indonesia ini didominasi gas power, tak mungkin juga. Jadi ada batu bara, renewable-nya. Karena, dalam satu kon disi, seperti harga minyak tinggi, sudah ada energy mix yang ditargetkan. Untuk mem-balance, gas power dicanangkan sebesar 24-30 persen. Untuk itu gas power GE fokus memberikan solusi di bagian itu.

Kemudian apa yang ditawarkan GE untuk membantu Pemerintah In donesia mencapai target penye diaan kapasitas listrik?

Listrik adalah mesin pertumbuhan ekonomi. GE berkomitmen untuk men du kung Pemerintah Indonesia untuk meme nuhi target 35 gigawatt dalam lima tahun ke depan. Antara lain melalui studi Private Po wer Utilities: The Economic Benefits of Cap tive Power in Industrial Estates in Indo nesia. Kami berharap satu percetakan, mesin, bahan bakar dan batu bara, kertas, tekstil, kimia, makanan dan minuman, dapat mendorong partisipasi sektor swasta yang lebih besar di sektor pengadaan pembangkit listrik yang merupakan komponen penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Bisa dijelaskan mengenai swasem bada pengelolaan kelistrikan (private power utilities)?

Jadi, pola swasembada pengelolaan kelis trikan menawarkan kapasitas listrik langsung kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di kawasan-kawasan in dustri, sehingga dapat mengurangi beban pembangkit tenaga listrik negara.

Nantinya juga dapat meningkatkan keandalan dan kestabilan pasokan listrik bagi kawasan industri itu sendiri. Bahkan, dapat mengurangi biaya-biaya operasional sekaligus meningkatkan produktivitas, khususnya di area-area di mana kebutuhan pasokan listrik yang stabil sangat krusial.

Apa keuntungan dari swasembada pengelolaan kelistrikan?

Dari studi ini menunjukkan bahwa pola swasembada pengelolaan kelistrikan dapat menghemat biaya operasional hingga sekitar 415 juta dolar AS per tahun. Ter utama pada tujuh sektor manufaktur di ka wasan industri.

Ini dilakukan melalui pe mangkasan biaya-biaya untuk pembayaran lembur karyawan, bahan bakal diesel, dan hilangnya pendapatan perusahaan akibat pemadaman listrik tiba-tiba. Bagi perusa haan-perusa haan di sektor industri tersebut, perhitung an ini setara dengan penghematan biaya rata-rata sebesar 0,9 sen per kWh.

Seiring dengan upaya untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2019, maka Indonesia perlu meningkatkan per tumbuhan sektor industri agar dapat men capai tujuh persen target pertumbuhan PDB tahunan pada periode 2015-2019. Pengem bangan kawasan industri menjadi usaha yang sangat penting untuk membantu pen ca paian target tersebut.

Ade target untuk captive power?

Kita tidak ada spesifik target market. Yang kita lakukan memperkenalkan sebuah konsep untuk membantu pemerintah mensupport programnya.

Target tahun ini dan jangka pan jang bagi GE dan gas power?

Ya targetnya memasang mesin GE se banyak mungkin. Kita ingin melihat pro gram pemerintah 35 gigawatt ini sukses, ma kanya kita selalu support.    ed: Mansyur Faqih

***

Tanpa Listrik, Semua Chaos

Sebagai alumnus Universitas Purdue sekaligus sebagai Country Leader Gas Power System, George Arie W Djohan sudah lama malang melintang di bidang pembangkit listrik. Menurutnya, sebuah negara maju yaitu yang memiliki ketersediaan listrik memadai untuk dapat dinikmati para penduduknya.

"Suatu negara tidak akan bisa maju tanpa pasokan listrik yang andal, dan saya rasa ciri-ciri masyarakat yang maju, sangat berkaitan erat dengan ketersediaan listrik," ujar pria ke lahiran Bandung ini di Jakarta, belum lama ini.

Ia mengaku begitu tertarik berkecimpung di dunia pembangkit listrik ini. Sebab, listik me rupakan kebutuhan yang diperlukan oleh setiap manusia. Karenanya ia bertekad untuk memberikan perubahan yang lebih baik mela lui solusi yang ditawarkan tempatnya bekerja.

"Kita lihat di Jakarta pernah mati lampu. Semua orang kalang kabut, ada yang mau charge HP, buka laptop, langsung chaos. Ciri-ciri masyarakat modern itu tergantung pada listrik, saya berharap Indonesia bisa menjadi negara lebih maju dengan pasokan listrik," ungkap George.

Ia sendiri memiliki pengalaman yang tidak terlupakan selama berlayar di bidang ini. Apalagi mengingat pengembangan pasar di Indonesia diakui penuh dengan tantangan. Meskipun potensi pasarnya begitu besar, namun juga tidak luput dengan beragam tantangan mengadang.

Menurutnya, pasar di Indonesia begitu dinamis dan memiliki banyak faktor yang mempengaruhi pasar. George bersama dengan GE, ingin menjadi mitra, baik untuk pemerintah maupun PLN, demi mencapai ketersediaan listrik hingga 100 persen.

Selama menjalani karier di bidang listrik, George pernah memperoleh lisensi insinyur profesional di negara bagian Michigan, AS. Setelah lulus, ia bergabung dengan sebuah perusahaan terkemuka di Michigan. Ia terlibat dalam desain, pengadaan, konstruksi, dan komisioning beberapa pembangkit listrik tenaga gas besar di Amerika Serikat.

Kemudian pada 2008, George bergabung dengan General Electric sebagai engineer aplikasi lapangan di divisi GE Power dan Water. Dia ber tang gung jawab untuk teknis dan eko nomi analisis untuk mengatur solusi terbaik untuk GE dan pelanggannya. Lalu, ia mendapat posisi sebagai senior sales account manager pada November 2010 dan kemudian country leader untuk Divisi Listrik Tenaga Gas Sistem yang bertanggung jawab untuk turbin gas, HRSG, dan gabungan turbin tenaga uap untuk pasar Indonesia.   rep: Rossi Handayani, ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement