Jumat 27 Mar 2015 18:07 WIB

Amal Unggulan, Amal Terbaik

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Nya. Kandungan ayat 56 surah az-Dzariyat tersebut memberikan gambaran jika tugas utama manusia adalah beribadah. Meneladani generasi terbaik umat ini, para sahabat masing-masing memiliki amal ibadah unggulan.

Umat Islam pun dinilai harus memiliki amal unggulan. Rektor Istitut Ilmu Qur'an (IIQ) Prof Akhsin Sakho Muhammad mengatakan, amalan unggulan tiap insan tentu tak seragam. Orang yang memiliki kekayaan bisa beramal lewat sedekah, sedangkan orang yang papa bisa beramal dengan sikap sabar dan tawakalnya.

Ia menjelaskan, surga sendiri menyediakan banyak pintu sesuai dengan amal manusia. “Ada pintu Rayyan untuk ahli puasa, pintu zakat, pintu shalat, haji, hingga pintu Alquran,” kata Akhsin kepada Republika, Rabu (25/3).

Setiap Muslim dipersilakan untuk melipatgandakan amalan sesuai dengan apa yang dia mampu. Akhsin menyebut, jika ia pemikir, keluarkan ide cemerlang untuk kebaikan, jika ia penulis sampaikan untuk mengajak orang kepada kebaikan. “Yang penting jangan meremehkan amal kebaikan meski kecil,” ungkapnya.

Namun, Akhsin mengingatkan, jangan sampai seseorang rajin mengerjakan amal unggulan yang bersifat sunah sementara melalaikan yang wajib. “Laksanakan dulu ibadah wajib,” katanya. Ia mencontohkan, jangan sampai orang gemar bersedekah, namun saat dimintai zakat enggan membayarnya.

Ia menggarisbawahi yang bisa disebut amal unggulan jika dilakukan dengan ikhlas dan berkelanjutan. “Ikhlas hanya untuk dipersembahkan kepada Allah SAW, tidak riya dan istiqamah meski sedikit,” kata Akhsin memaparkan.

Agar dapat menjaga keistiqamahan kita dalam melakukan ibadah unggulan, Ahsin menyarankan yang harus dilakukan adalah mencari amalan apa yang dapat kita kerjakan secara sungguh-sungguh dan serius.

Menurut Ahsin, amalan itu tidak perlu banyak dan berat, tetapi amalan yang ringan dan bisa dilakukannya secara istiqamah. “Bisa baca Alquran, sedekah, wirid, doa, dan puasa sunah sesuai kemampuan masing-masing,” ujarnya.

Kisah tiga orang yang terjebak dalam gua lantas berdoa dengan bertawasul amal saleh adalah salah satu contoh pentingnya seseorang memiliki amal unggulan.

Akhsin meringkas, masing-masing lelaki berdoa sembari menyebutkan amal unggulan mereka. Saat lelaki pertama menyebut amanah terhadap pekerjaannya sebagai amalan, batu itu pun bergeser. Lelaki kedua juga menyebut amal berbakti kepada orang tua dalam doanya hingga batu bergeser lagi. “Lelaki ketiga menyebut dia menjauhi zina dan berdoa dengan amalnya kemudian batunya terbuka,” kata Akhsin mengisahkan.

Ketua Badan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (NU) KH Zulfa Mustafa menambahkan, seseorang boleh memiliki amal unggulan asal sesuai dengan sunah Rasulullah SAW. Menurut Kiai Zulfa, yang disebut amalan unggulan pasti yang sifatnya nafilah atau sunah. “Karena yang wajib semua Muslim harus mengerjakannya,” ungkapnya.

Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT menyebut orang yang mengerjakan amalan wajib kemudian menambah dengan amalan sunah, maka Allah SWT akan mencintai orang tersebut. “Allah SWT akan menjaga penglihatan, pendengaran, lisan, kaki, dan semua perbuatannya.”

Lebih jauh, Kiai Zulfa menerangkan, amalan yang wajib bisa dibagi dua, yakni wajib muassa' dan wajib mudayyaq. Wajib muassa' adalah kewajiban yang durasi untuk mengerjakannya masih sama seperti haji. Sementara, wajib mudayyaq adalah ibadah wajib yang waktu mengerjakannya sempit seperti shalat wajib.

“Jika amalan wajib mudayyaq harus mendahulukan yang wajib baru sunah, sementara jika wajib muassa' silakan mengerjakan yang sunah sembari menunggu kesempatan mengerjakan yang wajib,” jelas Kiai Zulfa.

Kiai Zulfa mencontohkan, yang sering jadi polemik adalah puasa enam hari pada bulan Syawal. Pertanyaan yang klasik adalah apakah melunasi utang puasa Ramadhan dulu atau puasa sunah di bulan Syawal dulu? Kiai Zulfa berpendapat dua-duanya boleh karena kewajiban membayar utang Ramadhan sifatnya muassa' atau durasinya cukup panjang.

Suatu amalan jika dilakukan secara istiqamah akan memiliki banyak manfaat bagi yang menjalankannya. Pertama, akan mendapat manfaat di dunia. “Orang ahli Tahajud auranya akan positif,” katanya mencontohkan. Di alam kubur hingga akhirat pun amal-amal rutin ini bisa juga menjadi penolong.

Ia mencontohkan, dalam sebuah riwayat, Nabi SAW bersabda “Barang siapa yang membaca 30 ayat dalam Alquran ia bisa dibebaskan dari siksa kubur, yakni tabarakalladzi biyadihil mulk(surah al-Mulk).” (HR an Nasai). Menjaga rutinitas amalan memang tak mudah.

Kiai Zulfa memberi saran, jika tertinggal sebuah amalan rutin, maka diganti dengan amalan lain. “Seperti Nabi kalau ketinggalan shalat malam, paginya mengerjakan shalat Dhuha,” ujarnya. Rutinitas jika sudah berhenti satu kali, kata Kiai Zulfa, akan berat untuk memulainya lagi. nc62 ed: Hafidz Muftisany

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement