oleh:Bowo Pribadi/Yulianingsih/ahmad baraas/N mursalin yasland/heri purwata/antara
SEMARANG -- Proses pengumuman hasil kelulusan siswa SMA sederajat, Selasa (20/5), masih diwarnai konvoi dan aksi vandalisme. Di sejumlah daerah, aksi vandalisme serta arak-arakan bersepeda motor oleh para siswa yang merayakan kelulusan ini jamak dijumpai di sejumlah tempat.
Di Yogyakarta, bahkan pengumuman kelulusan diwarnai tawuran antarpelajar. Tawuran terjadi di Jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta, pukul 15.55 WIB. Sejumlah pelajar yang masih mengenakan seragam terlibat saling pukul dan saling lempar di perempatan jalan tersebut.
Baku hantam dan saling lempar kayu serta batu itu terjadi sekitar 15 menit. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY, Baskara Aji, mengaku sangat prihatin atas kejadian itu. ''Kami sangat kecewa dengan kejadian ini,'' katanya.
Di Kota Semarang, upaya aparat kepolisian yang proaktif mendatangi sekolah-sekolah juga imbauan dari Dinas Pendidikan untuk tidak melakukan arak-arakan pun diabaikan. Banyak siswa yang sengaja mencuri kesempatan dan menghindari jalur yang telah diamankan oleh polisi. ''Kalau ada petugas, mereka menghindar dan memilih jalur alternatif,'' ujar Briptu Andhika, anggota Satlantas Polrestabes Semarang.
Sementara itu, ratusan pelajar dari tiga SMA negeri di Kota Yogyakarta, yaitu SMA 1, 2, dan 3 merayakan kelulusan di Titik Nol Kilometer. Sebelumnya, mereka membagi-bagikan nasi bungkus kepada warga yang dinilai membutuhkan. Siswa dari ketiga sekolah tersebut memiliki cara yang berbeda-beda dalam merayakan kelulusannya.
Siswa SMA Negeri 2 Yogyakarta yang datang bersama dengan siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta membawa berbagai poster yang berisikan kebanggaan karena lulus dengan jujur. Sebagian di antara pelajar tersebut mengenakan kaus putih dengan tulisan tinta merah berbunyi: "Pak Nuh, saya jujur lulus 100 persen".
Menurut Lukman Fauzan, koordinator siswa SMA Negeri 2 Yogyakarta, mereka ingin merayakan kelulusan sekaligus menyampaikan kritik kepada pemerintah. Menurutnya, pemerintah perlu lebih terbuka menyampaikan standar UN. ''Kami baru mengetahui kalau standar UN tahun ini disesuaikan dengan standar internasional. Artinya, soal ujian menjadi lebih sulit. Seharusnya, hal itu dijelaskan sejak awal sehingga siswa memiliki persiapan lebih baik,'' katanya.
Sedangkan, MAN 2 Wates merayakan kelulusan siswa dengan membagi-bagikan nasi bungkus kepada warga, satpam, tukang becak, dan pedagang di sekitar Jalan Chudori, Terminal Wates, dan Stasiun Wates. Humas MAN 2 Wates, Lufiyati, mengatakan, setiap siswa membawa minimal lima nasi bungkus ditambah guru dan karyawan juga masing-masing minimal lima bungkus. ''Jadi, ada lebih 1.000 nasi bungkus,'' katanya.
Aksi vandalisme juga mewarnai pengumuman kelulusan siswa SMA di Bandar Lampung. SMA Negeri 2 Bandar Lampung sudah mengantisipasi aksi tersebut dengan menyediakan kain putih lebih dari 20 meter. Para siswa yang ingin meluapkan kegembiraannya bisa menuliskan nama atau kata-kata di kain putih tersebut.
Dari pagi hingga pukul 11.00 WIB, kain putih ini masih kosong dari tinta spidol maupun cat semprot. Setelah para siswa kelas XII dinyatakan lulus 100 persen, mereka meluapkan kegembiraan dengan menuliskan nama, kata-kata, kalimat, dan tanda tangan, di kain putih tersebut.
Namun, saat Republika berkeliling di kelas, rupanya siswa yang lulus itu tidak puas dengan mencoret di kain putih panjang. Mereka kembali masuk kelas masing-masing dan mengeluarkan baju putih seragam sekolah dari tasnya. Mereka kemudian saling menuliskan dan mencoret-coretnya dengan spidol dan cat semprot.
Sedangkan di Bali, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali mengumumkan hasil UN melalui internet. Kepala Disdikpora Provinsi Bali Tjok Istri Agung (TIA) Kusumawardhani menegaskan, sejak Senin (19/5) malam, hasil UN itu sudah di upload ke laman Disdikpora Bali. ''Ini untuk memudahkan para siswa mengetahui bagaimana hasil UN mereka,'' katanya.
Berdasarkan pemantauan Republika, suasana di sejumlah sekolah pada Selasa kemarin terlihat sepi, tidak seperti pengumuman kelulusan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, di SMAN 4 Denpasar, pintu pagar ditutup rapat, walau terlihat belasan siswa mengenakan pakaian adat Bali berada di halaman sekolah. Selain suasana di sekolah yang lengang, suasana di jalan raya dalam kota Denpasar juga sepi dari aksi corat-coret dan kebut-kebutan karena euforia kelulusan. ed: andi nur aminah