JAKARTA — Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengapresiasi langkah pemerintah untuk memenuhi kebutuhan guru dengan merekrut prajurit TNI sebagai pengajar di daerah perbatasan. Namun, langkah itu tetap harus dievaluasi.
Menurut Sekjen FSGI Retno Lisyarti, sebenarnya Indonesia tidak kekurangan guru. Namun, guru hanya terkonsentrasi di daerah-daerah perkotaan sehingga di daerah terpencil guru susah ditemukan.
Retno mengatakan, pembekalan bimbingan teknis Kurikulum 2013 bagi prajurit TNI yang diperbantukan di sekolah-sekolah di daerah khusus kurang tepat. "Guru saja diberi pelatihan Kurikulum 2013 banyak yang tidak paham apalagi TNI yang bidangnya bukan mengajar," kata Retno, Rabu (8/10).
Namun, ia mengapresiasi niat baik pemerintah untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak di daerah terpencil dan perbatasan yperlu dihargai. Namun, tidak boleh selalu mengandalkan TNI untuk mengajar di daerah perbatasan sebab pendidikan berkualitas nanti susah tercapai.
Untuk mengajar itu, Retno melanjutkan, dibutuhkan keahlian dalam bidang pedagogi. Ini hanya bisa dimiliki oleh guru yang mendapatkan pendidikan keguruan.
Penerjunan Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) ke berbagai daerah terpencil, kata Retno, merupakan salah satu program pemerintah yang cukup bagus dan perlu diapresiasi. Namun, sayangnya ada kekurangan, anak-anak SM3T itu begitu balik ke kota, nasibnya belum jelas apakah mereka bisa menjadi guru PNS atau tidak.
"Seharusnya, mereka setelah dikirim ke daerah terpencil, ada kejelasan nasib, misalnya dijadikan guru PNS sehingga mereka ini tetap semangat mengajar," ujar Retno.
Kalau anak-anak SM3T itu bisa menjadi guru PNS, Retno mengungkapkan, akan ada lebih banyak generasi muda yang siap mengajar ke daerah terpencil. Apalagi jika ditambah dengan jenjang karier yang jelas, ini harus menjadi perhatian pemerintah.
Misalnya, Retno menjelaskan, guru SM3T mengajar di daerah perbatasan selama dua tahun. Setelah itu, dipromosikan jadi guru PNS, lalu ditempatkan di kota tertentu. "Jika ini dilakukan maka akan banyak orang mau jadi guru di daerah terpencil. Sebab, nasibnya jelas," kata Retno.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim mengatakan, di daerah terpencil dan terjauh memang sering kekurangan guru. Oleh karena itu, pihaknya memperbantukan 2.000 personel TNI untuk mengajar di daerah-daerah terpencil.
Di daerah terpencil, kata Musliar, sering kekurangan guru. Guru yang mengajar tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan anak-anak di sana sehingga anak-anak di daerah terpencil susah mengikuti kecepatan pencapaian pendidikan di berbagai daerah lain, terutama di perkotaan.
Peran TNI ini, Musliar mengungkapkan, sangat penting bagi mereka. Setidaknya, anak-anak bisa belajar dengan diajar mereka. "Kami berharap anak-anak usia sekolah bisa mendapat layanan pendidikan. Sehingga, APK sekolah dasar tercapai 100 persen," ujar Musliar. rep:dyah ratna meta novia ed: muhammad hafil