JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melakukan pemetaan pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada 2017. "Sekarang sedang dipetakan kesiapan sekolah- sekolah untuk pelaksanaan UNBK," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemdikbud, Totok Suprayitno, di Jakarta, Kamis (5/1).
Sebelumnya, Kemdikbud menargetkan 60 persen pelaksanaan UNBK pada 2017. Saat ini sudah ada 12.058 sekolah dan madrasah yang siap melaksanakan UNBK.
Totok menjelaskan pelaksanaan UNBK akan dilangsungkan secara bergelombang dan saling berbagi sumber daya. Dalam hal ini, yang dimaksud berbagi adalah saling memanfaatkan sumber daya yang ada. Misalnya pelaksanaan UNBK, bisa saja dilakukan menumpang di perguruan tinggi yang memiliki peralatan komputer yang lengkap. "Dalam sehari, pelaksanaan UNBK bisa dilakukan pada tiga gelombang," kata dia.
Pada tahun ini, Kemdikbud mengurangi jumlah mata pelajaran yang akan diujikan dan siswa dipersilakan memilih mata pelajaran yang disukainya. Selain itu juga diselenggarakan ujian sekolah berstandar nasional (USBN).
Mata pelajaran yang akan diujikan pada UN untuk jenjang SMP, yakni Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan IPA. Sementara mata pelajaran yang diuji dalam USBN, yakni Pendidikan Agama, PPKN, dan IPS.
Sementara, untuk SMA mata pelajaran UN, yakni Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan satu mata pelajaran pilihan sesuai jurusan. Untuk USBN, yaitu Pendidikan Agama, PPKn, Sejarah, dan tiga mata pelajaran sesuai program studi siswa.
Untuk jenjang SMK, mata pelajaran UN adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Teori Kejuruan. Sementara, untuk USBN, Pendidikan Agama, PPKN, dan Keterampilan Komputer. "Mata pelajaran pilihan, meskipun yang dipilih cuma satu. Namun, lebih mendalam dan meluas. Termasuk adanya soal esai pada USBN," ujar dia.
Totok juga mengharapkan pemerintah daerah turut terlibat dalam membantu pengadaan komputer. Hal itu perlu dilakukan karena komputer lebih banyak berada di perkotaan dibandingkan di desa.
"Untuk sementara, di desa masih berbasis kertas. Kami berharap pemerintah daerah turut membantu dalam mengatasi persoalan kekurangan komputer ini," ujar dia. Kemdikbud juga berencana pada tahun ini, untuk melakukan pengadaan 40.000 paket komputer yang bertujuan untuk pelaksanaan UNBK.
Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ferdiansyah mengatakan, pelaksanaan UNBK harus diselenggarakan di sekolah yang siap. "Sekolah yang dipilih harus sekolah yang siap, jangan sampai mengorbankan peserta didik," ujar Ferdiansyah di Jakarta, Kamis (5/1).
Dia menjelaskan, ada delapan syarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan UNBK, yakni sarana komputer, mekanisme distribusi soal, pelatihan terhadap siswa, pelatihan terhadap guru mata pelajaran yang diujikan, petugas dinas pendidikan, teknisi peralatan UNBK, server yang ada di sekolah karena memakai jaringan lokal, dan waktu sosialisasi.
"Apabila dari ke delapan syarat tersebut tidak memungkinkan, seharusnya benar-benar harus dipilih sekolah yang siap, jangan sampai mengorbankan peserta didik," ujarnya.
Menurut dia, pemerintah jangan terlalu memaksakan target pelaksanaan UNBK. Menurut dia, target pelaksanaan UNBK 100 persen pada 2020 lebih masuk akal. "Karena UNBK ini melibatkan siswa, kepsek, guru, aparat, orang tua siswa, dan pemangku kepentingan lainnya," kata politisi dari Partai Golkar itu.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meminta daerah agar mengoptimalkan penggunaan komputer sehingga bisa menghemat penggunaan anggaran. "Saya meminta daerah mencari kemungkinan penambahan komputer sehingga tidak perlu ujian berbasis kertas. Dengan demikian, bisa menghemat anggaran lebih banyak," katanya.
Muhadjir meminta agar kepala dinas pendidikan di daerah bekerja sama dengan perguruan tinggi sehingga bisa menyelenggarakan UNBK. Melalui pelaksanaan UNBK, dia melanjutkan, akan ada efek berganda, yakni bisa melakukan pemetaan sarana dan prasarana. Dengan demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengetahui berapa banyak kebutuhan komputer bagi sekolah. antara, ed: Hafidz Muftisany