“Tidakkah kau renungkan bahwa segala intrik yang terjadi di dalam hidup hingga memaksa meneteskan air mata adalah pertanda ketika Tuhan jatuh cinta?”
Renungkan pesan itu dan mulailah untuk mengingat cinta Tuhan yang tidak pernah habis pada umat-Nya. Ingat pula bahwa Tuhan selalu punya cara sendiri untuk mencintai hamba-Nya.
Maka, Ketika Tuhan Jatuh Cinta pun menghadirkan kisah perjalanan cinta indah yang dibalut dengan nilai religi. Tak hanya memberikan cerita drama lika-liku percintaan, tapi juga nilai hidup yang bermanfaat.
Terinspirasi dari buku yang ditulis Wahyu Sujani, Studio Sembilan dan Leica Productions berkolaborasi untuk mengangkatnya ke layar lebar dengan judul sama.
Kisahnya berawal dari kehidupan seorang pemuda bernama Fikri (Reza Rahadian) yang dibesarkan keluarga sederhana dan religius di daerah pesisir. Fikri tumbuh menjadi sosok lelaki yang soleh dan mandiri.
Fikri berbakat di bidang seni lukis pasir dan ingin melanjutkan kuliahnya, tapi ayahnya yang kolot tidak setuju dan menginginkan putranya itu menjadi seorang marbut.
Fikri yang tidak setuju dengan keinginan ayahnya akhirnya pergi meninggalkan rumah. Dia mengadu nasib dengan berjualan lukisan agar bisa mendapatkan uang untuk melanjutkan kuliahnya. Tak hanya itu, Fikri juga ingin membuktikan kepada ayahnya bahwa dia bisa mencukupi kehidupannya dengan menjadi seorang pelukis pasir.
Fikri menitipkan lukisannya di galeri Koh Acong (Didi Petet) dan di tempat itulah kariernya sebagai pelukis pasir mulai bersinar. Sikap Fikri yang lembut dan peka terhadap kemanusiaan membuatnya menjadi sosok yang dikagumi kaum hawa.
Meskipun lukisannya sudah terkenal, kehidupan Fikri penuh liku dan seolah tidak pernah mendapatkan kebahagiaan. Berbagai macam cobaan dan ujian dari Sang Pencipta terus menghampiri kehidupan Fikri, mulai dari keluarga, hingga kisah percintaan. Akan tetapi, Fikri tidak pernah mengeluh dan putus asa dengan cobaan yang dihadapinya.
Konflik semakin deras ketika gadis yang dicintainya, Leni (Aulia Sarah), telah dijodohkan oleh pria lain dan merasa tidak bahagia dengan pernikahannya serta ingin bercerai. Leni dan Fikri saling mencintai, tapi Fikri ingin gadis pujaan hatinya itu agar patuh kepada kedua orang tuanya.
Di sisi lain, Lidya (Renata Kusmanto), putri dari Koh Acong yang sudah semakin putus asa dengan kehidupannya diam-diam mengagumi sosok Fikri. Di saat yang bersamaan, seorang wanita lain juga datang dalam kehidupan Fikri. Dia adalah Shira (Enzy Storia), seorang Muslimah yang menjadi penggemar lukisan pasir milik Fikri dan diam-diam menaruh hati pada pelukis favoritnya itu.
Ketika Fikri jauh dari keluarga, banyak cinta yang menghampirinya dengan tulus. Fikri sangat beruntung karena dapat merasakan sentuhan cinta yang melimpah dari Sang Pencipta, meskipun kehidupannya penuh liku dan cobaan. Tapi, hidup adalah pilihan dan Fikri harus menentukan wanita mana yang akan dipilihnya untuk menemani perjalanannya di masa depan.
Film yang disutradarai Fransiska Fiorella ini dibuat menjadi dua bagian, sehingga dia sengaja menciptakan plot yang tidak sepenuhnya tuntas dan membuat penonton penasaran. Di akhir film, sutradara pun menyimpan pertanyaan besar yang akan dijawab dalam sekuel film ini.
rep:rizky jaramaya ed: endah hapsari