Sang Pencipta mempunyai beragam cara untuk menguji keimanan manusia. Ketika sedang diuji, biasanya setiap umat manusia menempuh jalan spiritualitas masing-masing untuk mencari sebuah jawaban dan kebenaran. Seorang pemuda bernama Mada (Abimana Aryasatya) menempuh perjalanan jauh ke sembilan negara karena marah kepada Sang Pencipta.
Sejak kecil hingga dewasa, Mada dikenal sebagai sosok pemuda yang soleh dan tidak pernah meninggalkan ibadah. Apalagi, ayahnya merupakan seorang imam masjid. Sejak kecil, Mada selalu percaya bahwa semua doa yang dipanjatkan selalu dikabulkan oleh Sang Pencipta.
Foto-foto:Falcon Pictures
Ketika beranjak dewasa, Mada jatuh cinta pada seorang gadis Muslimah bernama Sofia (Dewi Sandra). Keduanya adalah sahabat sejak kecil.
Cinta adalah anugerah dari Sang Pencipta dan Mada tak pernah berhenti untuk memanjatkan doa agar memantapkan pilihan hatinya. Mada merasa yakin bahwa Sang Pencipta telah memberikan jawaban atas doa-doanya selama ini. Oleh karena itu, dia memberanikan diri untuk melamar Sofia.
Akan tetapi, acara pernikahan yang seharusnya bahagia berakhir dengan kesedihan dan membuat Mada patah hati karena telah kehilangan cinta. Cinta memang bisa menguatkan dan menjadi dasar harapan dalam hidup. Namun, di sisi lain, cinta bisa membuat seseorang tenggelam dalam keterpurukan.
Sejak saat itu, Mada menjadi sosok yang memberontak dan memutuskan untuk hidup bebas dengan menjadi seorang backpacker. Mada marah kepada Tuhan karena tidak mengabulkan semua doanya. Dia juga marah kepada keluarganya dan mengambil jalan untuk pergi menjelajahi dunia. Selama perjalanannya, Mada menemukan kebahagiaan ragawi, tetapi merasa kosong secara rohani.
Keimanan Mada sedang diuji dan untuk pertama kalinya dia tidak menjalankan perintah-Nya. Di saat sedang rapuh, Sang Pencipta memberikan jalan yang tak diduga melalui serangkaian peristiwa. Mada hampir kehilangan nyawa ketika berada di Iran. Dia ditangkap karena dicurigai sebagai mata-mata Israel.
Tak hanya itu, Mada juga terlibat perkelahian dengan sekelompok preman di Thailand dan harus menahan sakit karena luka tusukan di perutnya yang makin membusuk. Akan tetapi, serangkaian perjalanan tersebut justru membawa Mada bertemu dengan orang-orang baik yang menuntunnya kembali ke jalan yang benar.
Berkelana dari satu negara ke negara lain membuat Mada semakin sadar bahwa Sang Pencipta tidak pernah meninggalkannya dan selalu menjaganya dengan aturan yang sempurna.
Haji Backpacker berusaha mengangkat sisi spiritual tokoh Mada melalui sebuah perjalanan panjang dan serangkaian peristiwa dari sudut pandang berbeda. Film ini tak hanya mengangkat tentang spiritualitas, tetapi juga drama kisah cinta anak muda yang dilihat dari sudut pandang kultur pop tanpa mengabaikan hubungan sekaligus kekuatan cinta antara anak dan ayah.
Berlokasi di sembilan negara, yakni Indonesia, Thailand, Vietnam, Cina, Nepal, Tibet, India, Iran, sang sutradara, Danial Rifki, mengaku tak ingin main-main dalam membuat film ini. Selama hampir satu tahun Danial bekerja keras agar pesan dalam film ini bisa sampai ke penonton dengan baik.
Meski mengambil alur cerita maju mundur, kita tidak dibuat bingung dan tetap bisa mengikuti jalan cerita sampai akhir. Suguhan efek visual serta sinematografi yang mumpuni menjadi suguhan yang menjanjikan.
rep:rizky jaramaya ed: endah hapsari