Rabu 02 Dec 2015 12:00 WIB

Obama Minta Rusia-Turki Redakan Ketegangan

Red:

PARIS -- Presiden AS Barack Obama mendesak Turki mengurangi ketegangan dengan Rusia. Hal ini ia sampaikan saat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di sela KTT Perubahan Iklim di Paris, Prancis, Selasa (1/12).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rusia kini berseteru dengan Turki setelah pesawat tempur Su-24 milik mereka ditembak jatuh Turki pada Selasa (24/11) lalu. Turki menyatakan, tindakan tersebut merupakan langkah mempertahankan kedaulatan negara mereka.

Obama menyatakan, AS mendukung hak Turki mempertahankan diri dan wilayah udaranya. "Kami juga bicara tentang bagaimana Turki dan Rusia bisa bekerja sama mengurangi ketegangan. Kami mendorong mereka menggunakan jalur diplomasi untuk mengatasi isu ini.''

Obama menyampaikan kepada Erdogan bahwa ISIS merupakan entitas yang perlu ditangani oleh semua pihak. Ia juga menyampaikan hal sama kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan yang berlangsung sehari sebelumnya.

"Kita semua memiliki musuh bersama, yaitu ISIS. Saya ingin, kita fokus pada ancaman ISIS itu,'' kata Obama kepada Erdogan.

Rudal pertahanan

Sementara itu, Rusia mempersiapkan diri menghadapi pertempuran udara dengan Turki. Menyusul ditembak jatuhnya pesawat tempur Su-24 oleh Turki, Rusia melengkapi pesawat tempurnya yang beroperasi di Suriah dengan rudal pertahanan jarak pendek dan menengah.

Juru bicara Angkatan Udara Rusia Kolonel Igor Klimov mengatakan, mulai Senin (30/11), pesawat-pesawat tempur Su-34 dilengkapi dengan rudal air-to-air untuk pertahanan diri. Demikian dilaporkan laman berita Reuters dan BNO News.

"Rudal ini dapat menghantam target pada jarak 60 km atau 37 mil,'' kata Klimov, Senin. Ia menambahkan, dengan rudal ini, pesawat tempur Rusia dapat mempertahankan diri sehingga insiden pada Selasa (24/11) tak terjadi lagi.

Boris Zilberman, pakar Rusia dari Foundation for Defense of Democracies yang berbasis di Washington DC, menyatakan, rudal ini menggenapkan pertahanan udara Rusia di Suriah. Berselang sehari setelah penembakan, Rusia mengirim sistem antirudal S-400.

Sistem antirudal itu ditempatkan di pangkalan udara Hemeimeem, dekat Latakia, Suriah, yang berjarak sekitar 30 mil dari bagian selatan perbatasan Suriah-Turki. Dengan mengandalkan dua senjata itu, kata Zilberman, Rusia menyampaikan jelas kepada Turki untuk hati-hati.

"Rudal dan sistem antirudal ini digunakan untuk mengadang jet-jet Turki agar tak bisa lagi menembak jatuh pesawat tempur Rusia,'' kata Zilberman, seperti dilansir laman berita Bussiness Insider. Ia menyatakan, langkah ini sesuai perintah Presiden Rusia Vladimir Putin.

Putin telah menegaskan bahwa Rusia tak akan membiarkan insiden serupa terjadi lagi. Sementara itu, laman berita Sputnik, Selasa (1/12), melaporkan bahwa puluhan kapal Rusia menunggu berjam-jam di dekat Selat Bosporus.

Kapal-kapal Rusia tersebut menunggu izin dari otoritas maritim Turki untuk bisa melalui Bosporus. Turki memang telah melakukan blokade terhadap kapal-kapal Rusia yang akan melewati Bosporus dan menyatakan tindakan itu sah dilakukan.

Perang kata

Di sisi lain, perseteruan Rusia-Turki juga semakin sengit dengan terjadinya perang kata di antara dua pemimpin negara tersebut.

Putin mengawali perang kata ini di sela kehadirannya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim di Paris, Prancis, Senin. Ia menyatakan, alasan Turki menembak jatuh Su-24, Selasa lalu, untuk melindungi pasokan minyak dari Negraa Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Menurut dia, tindakan Turki itu merupaan kasalahan besar. "Kami mendapatkan data tambahan yang mengonfirmasi bahwa minyak ISIS masuk Turki,'' katanya. Ia menyimpulkan, tindakan Turki didorong hasrat mempertahankan jalur aliran minyak dari ISIS.

Jalur ini tepat di sebelah pelabuhan-pelabuhan yang digunakan untuk memuat minyak ke sejumlah tanker. Di Paris, meski Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga hadir, Putin enggan melakukan pertemuan dengan Erdogan.

Padahal, Erdogan menyatakan, pertemuan itu merupakan kesempatan baik untuk menyelesaikan perseteruan. Terkait tudingan Putin, Erdogan pun merespons tudingan Putin. Menurut dia, klaim bahwa Turki membeli minyak dari ISIS merupakan fitnah.

Ia meminta Putin menyampaikan data valid terkait tuduhan bahwa Turki membeli minyak ISIS. Ia bahkan menegaskan, jika tuduhan itu dapat dibuktikan, dirinya akan meletakkan jabatan sebagai presiden.

"Kalau ada bukti akurat, demi kehormatan bangsa kami, maka saya meletakkan jabatan presiden. Mari kita tetap berkepala dingin jangan bertindak emosional,'' kata Erdogan dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Turki, Anadolu.

Erdogan menegaskan, Turki mengimpor minyak dan gas melalui jalur resmi. "Kami bukanlah orang-orang culas hingga harus melakukan impor minyak dari kelompok teroris seperti ISIS,'' katanya.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Elizabeth Trudeau membenarkan tindakan Turki. Ia menyebutkan, bukti dari Turki dan sumber-sumber informasi yang dimiliki AS mengindikasikan bahwa pesawat Rusia melanggar wilayah udara Turki.

Trudeau juga mengungkapkan, Rusia tak memberikan informasi mengenai operasi udara kepada AS atau koalisi. "Kami tak melakukan koordinasi operasi udara di Suriah dengan Pemerintah Rusia,'' katanya menegaskan.

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mendorong kedua negara membuka saluran komunikasi untuk mencegah insiden terulang. Dengan demikian, jalur diplomasi tetap terbuka dalam menangani ketegangan hubungan Rusia-Turki.

"Kita harus duduk bersama menyelesaikan masalah, bukan malah melontarkan tuduhan tak berdasar,'' kata Davutoglu dalam konferensi pers sebelum melakukan kunjungan ke Siprus, kemarin. n ap/reuters ed: ferry kisihandi 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement