SURABAYA Harga cabai di sejumlah daerah sampai Sabtu (7/1) masih tinggi. Namun, kenaikan harga cabai yang mencapai rekor tertinggi di atas Rp 120 ribu per kilogram bukan disebabkan oleh adanya kartel.
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Darmin Nasution yang memastikan kenaikan harga cabai yang kerap terjadi berulang kali bukan disebabkan kartel, melainkan kondisi cuaca yang tidak menentu.Harga cabai saat ini memang sedang naik karena produksinya menurun akibat musim hujan, jelasnya saat jumpa pers di Surabaya, Sabtu (7/1).
Menurut Darmin, berlebihan kalau menuding ada kartel di balik seringnya kenaikan harga cabai. Tanaman cabai, lanjut dia, merupakan komoditas yang mudah membusuk sehingga terjadinya kenaikan harga cabai di berbagai daerah bukan karena ada kartel yang menimbun.
Tidak perlu kartel. Kalau produksi cabai menurun, maka harganya akan meroket dengan sendirinya, ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, produksi tanaman cabai rentan dengan intensitas air hujan yang dapat menyebabkan tanaman terserang jamur. Karena itu, selama musim hujan tidak stabil, harga cabai akan terus naik turun.
Biarlah sekali-sekali petaninya untung oleh cuaca yang tidak menentu, tapi kan produksinya menurun. Jadi, sebenarnya juga tidak ada yang diuntungkan dari faktor alam ini, katanya.
Di daerah harga cabai belum mengalami penurunan. Harga cabai rawit di Pasar Induk Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, naik drastis ke angka Rp 130 ribu per kg karena stok kurang dan pasokan tersendat.
Harga cabai rawit kini cukup tinggi, biasanya kisaran Rp 50 ribu per kg, pasokan sangat sulit didapat. Untuk hari ini saja persediaan cabai rawit saya sudah habis, kata seorang pedagang, Ari, di Pangkalpinang, Sabtu.
Sementara, harga cabai rawit yang dipasarkan di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, selama beberapa hari terakhir ini juga menembus Rp 120 ribu per kg. Pedagang bumbu dapur, Daryati (40), di Pekalongan, Sabtu, mengatakan, kenaikan harga cabai rawit ini diduga dipicu pasokan dari sejumlah sentra produksi cabai yang terus berkurang akibat adanya serangan hama.
Semula harga cabai rawit ini hanya Rp 50 ribu per kilogram, tetapi sepekan terakhir ini telah menembus Rp 120 ribu per kg. Berdasarkan informasi, kenaikan harga cabai ini disebabkan banyak tanaman cabai diserang hama sehingga petani gagal panen, katanya.
Darmin mengatakan, produksi tanaman cabai sangat berbeda dengan bawang.Kalau bawang, saat musimnya jelek, busuknya nggak banyak. Kalau cabai, setiap musimnya jelek dia pasti anjlok, katanya.
Solusinya, menurut dia, agar harga cabai tetap stabil, pemerintah akan memasok cabai dari hasil tani di daerah yang musim hujannya tidak tinggi ke daerah yang intensitas hujannya tinggi.
Kita tidak perlu impor cabai. Menteri perdagangan sudah mengidentifikasi rencana pendistribusian cabai dari mana mau ke mana, ungkapnya.
Mantan gubernur Bank Indonesia ini menyebut, intensitas hujan kawasan timur Indonesia tidak begitu tinggi sehingga hasil cabainya bisa disalurkan ke daerah lain. Namun, persoalannya, di kawasan timur Indonesia tidak terlalu banyak petani yang menanam cabai.
Harusnya kita bisa mungkin ke depan bisa melakukan riset untuk mencegah berkembang biaknya jamur pada tanaman cabai. Kalau jamur bisa ditahan, maka yang rontok akan berkurang sehingga produksinya akan tetap stabil, ujarnya. rep: Binti Sholikah/antara, ed: Firkah Fansuri