Ahad 08 Jan 2017 15:00 WIB

Isna 1,5 Tahun Lagi Jadi Spesialis Obsgyn

Red:

Keberadaan Nur Ruwaida Isnaini, residen Obstetri dan Ginekologi (obsgyn) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM)/RSUP Dr Sardjito masih dalam tanda tanya. Sejak Rabu (4/1), ia raib dalam perjalanan kaki dari tempat indekos yang berjarak 300 meter menuju wilayah RSUP Dr Sardjito. Namun, tak sampai ke tujuannya.

Menurut Kasubag Hukum dan Kemitraan RSUP Sardjito Banu Hermawan, Isna, sapaan akrab Nur Ruwaida Isnainani, pada hari itu sempat berada di wilayah RSUP Dr Sardjito. 

Setelah dari RSUD Sleman, Isna berjalan menuju RSUP Dr Sardjito. Terekam di CCTV di tempat kosnya, mahasiswi semester V itu ganti baju menggunakan warna biru keungu-unguan, celana panjang hitam, dan berkerudung lalu berjalan kaki keluar. "Kalau dilihat dari waktunya dia ke arah RSUP Dr Sardjito, tetapi tidak sampai masuk ke RSUP Dr Sardjito, '' ungkap Banu, Sabtu (7/1).

 

Tak ada catatan buruk

Menurut Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Trisno Heru Nugroho, kasus Isna ini merupakan kasus yang kedua kalinya. Kasus pertama adalah Rica Tri Handayani, sempat hilang dan ternyata dia mengaku menjadi anggota Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara).  Menurut dia,  jumlah residen di FK UGM/RSUP Dr Sardjito berjumlah sekitar 1.400 orang. Setiap residen baru selalu dibekali dengan arahan untuk fokus pada program studi.

Heru, sapaan Trisno Heru Nugroho mengatakan, selama Isna mengambil residen di FK UGM/RSUP Dr Sardjito, tidak ada catatan buruk. ''Kami berharap dokter  Isna supaya bisa kembali menjalankan tugas-tugasnya, karena tinggal 1,5 tahun lagi dia menjadi dokter ahli spesialis obstetri dan ginekologi,'' ujar dia.

Pada hari terakhir terlihat, pada pagi harinya, wanita kelahiran di Bogor 15 Juni 1987 itu sempat bertugas di RSUD Sleman. ''Kontak terakhir dengan saya Rabu (4/1) sekitar pukul 9.58 WIB melalui WA,'' kata Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Program Studi Obsgyn FK UGM/RSUP Dr Sardjito, Nuring Pangastuti, kepada wartawan. Dalam pesannya, Isna mengatakan bahwa ia sudah keluar dari RSUD Sleman menuju RSUP Dr Sardjito dan sekitar setengah jam sampai.

Hingga dua jam Nuring menunggu, Isna tak kunjung sampai. Saat ia menghubungi lewat WA ataupun telepon, tak ada balasan dari Isna. "Akhirnya saya sampaikan ke teman-temannya dan mereka mengontak juga tidak bisa,''cerita Nuring yang menggantikan sementara tugas Irwan T Rachmat sebagai kepala program studi (KPS) yang waktu itu sedang menunaikan ibadah umrah.

Kronologis hilangnya Isna yang disampaikan kakaknya, Nurmala Shofiyati. Heru mengatakan, pada saat akan meninggalkan tempat kosnya, Isna menitipkan kunci mobil beserta mobilnya kepada penjaga kos. Selanjutnya, wanita berambut panjang dengan kulit sawo matang dan tinggi badan 155 cm dan berat 66 kilogram berjalan kaki keluar.

 

Sinyal berpindah-pindah

Pihak keluarga kemudian melapor kepada polisi Sleman Yogyakarta . Saat dilihat sinyal telepon genggamnya, posisi pada Rabu (4/1) sekitar pukul 19.00 di Temanggung. Keluarga langsung berangkat ke Temanggung. Ternyata lokasi tersebut merupakan tempat kos yang dihuni para bidan. Tetapi para penghuni tempat kos itu mengaku tidak ada yang melihat Isna. Keluarga menunggu di kos tersebut sampai Kamis (5/1) pagi. Namun Isna tidak muncul juga.

Pada Kamis itu juga keluarga mendapat SMS dari Isna yang intinya agar tidak mencari dan 'semoga Allah melindungi Isna'. Setelah dilacak, sinyal HP itu sudah berada di Gorontalo, dengan lokasi  rumah keluarga Zainuddin. Setelah didatangi oleh anggota kepolisian di Gorontalo, keluarga Zainuddin juga menyatakan tidak pernah lihat Isna.  Sampai Sabtu (7/1) Isna belum juga ditemukan.

 

Isna, menurut Detty Siti Nurdiati, ketua Departemen Obsgyn FK UGM/RSUP Dr Sardjito, adalah sosok dengan banyak kawan. Namun, ia tak pernah mengikuti organisasi di luar obsgyn karena tak ada waktu untuk melakukannya.

Detty mengungkapkan, penuturan kakak Isna bahwa adiknya itu sempat menghubungi terakhir melalui pesan singkat, Jumat (6/1) bahwa keadaannya baik-baik saja,  tidak perlu dicari karena akan melakukan kehidupan yang baru. ''Tetapi kakaknya meragukan SMS tersebut dari Isna, karena  bukan bahasanya Isna,'' kata Detty.    Oleh Neni Ridarineni, ed: Nina CH

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement