JAKARTA — Indonesia masih harus banyak belajar dalam mengembangkan benih unggul hortikultura, khususnya tanaman sayuran. Untuk melakukan itu, Indonesia masih membutuhkan investasi asing,
Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Dadi Sudiana mengatakan, kelemahan benih local, yakni produktivitasnya yang rendah. "Sehingga, kita masih membutuhkan investasi asing untuk kegiatan riset di sektor benih sayuran. Kan, terbukti riset perusahaan benih multinasional ini bisa memproduksi benih dengan produktivitas yang tinggi," kata Dadi saat dihubungi Antara, Kamis (11/9).
Dadi melanjutkan, apabila Indonesia membatasi investasi asing di sektor perbenihan, dikhawatirkan akan mematikan petani sayuran karena sulit untuk bersaing dengan produk sayuran dari negara lain di pasar.
"Tidak dapat dimungkiri, benih unggul sayuran bawang, kentang, dan cabai dipasok perusahaan benih multinasional karena perusahaan benih lokal memang belum mampu," ujar Dadi.
Karena itu, Dadi meminta pemerintah lebih arif dalam mengambil kebijakan. Pemeirntah jangan melakukan pembatasan investasi saat petani sedang mendapatkan keuntungan dari bertanam sayuran.
"Ibaratnya, jangan memotong di tengah jalan, tetapi beri kesempatan kepada produsen benih di dalam negeri untuk mengembangkan benih unggul hortikultura terlebih dahulu," kata Dadi.
Menurutnya, petani sayur sudah memahami betul merek-merek benih hibrida yang tahan hama dan memiliki produktivitas tinggi. Kendati demikian, ia sepakat bahwa pemerintah memang berkewajiban mengembangkan perusahaan benih lokal sehingga ke depannya bisa lebih berperan dalam pengembangan pertanian hortikultura.
Akan tetapi, setidaknya beri waktu apabila Indonesia ingin mandiri di sektor perbenihan. Selama ini, baik perusahaan lokal maupun perusahaan multinasional sebaiknya tetap berjalan pararel dan berdampingan.
Dadi mencontohkan, benih unggul kentang selama ini baru memasok kebutuhan 15 sampai 20 persen kebutuhan petani kentang, sedangkan petani lainnya menggunakan benih yang kualitasnya asal-asalan.
"Kalau benihnya asal-asalah, sudah pasti hasilnya juga asal-asalan, tidak akan laku bersaing dengan produk yang berasal dari benih hibrida," ujarnya.
Dadi meyakini, meskipun membutuhkan proses panjang, perusahaan benih lokal akan mampu menciptakan benih unggul hortikultura ke depannya.
Nada pesimistis untuk membatasi investasi asing di sektor benih hortikultura juga disampaikan Ketua Harian Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini. Menurut Benny, pemerintah harus sadar bahwa sektor perbenihan hortikultura Indonesia belum siap bersaing dengan negara lain apalagi dengan dibukanya kawasan perdagangan bebas China ASEAN Free Trade Area (CAFTA) dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).
"Indonesia hanya akan menjadi penonton jika pemerintah salah membuat kebijakan," kata Benny.
Benny melanjutkan, kehadiran investasi dan teknologi masih dibutuhkan di Indonesia, terutama untuk sektor pengembangan benih hortikultura varietas unggul dalam menghadapi persaingan dengan negara-negara produsen hortikultura lain.
Petani Indonesia akan kesulitan menghasilkan produk hortikultura, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. antara ed: eh ismail