Dalam beberapa tahun belakangan, istilah internet of things (IoT) makin sering terdengar dalam berbagai kesempatan. Gartner memprediksi, dalam tiga tahun mendatang, akan ada sekitar 20 miliar perangkat yang terkoneksi internet.
Dalam menyiapkan dunia IoT tersebut, diperlukan peran operator dan penyedia infrastruktur jaringan sebagai pendukung teknologi. Menurut Telecomnews.com, para mobile network operators (MNOs) akan mendapatkan lonjakan penggunaan jaringan.
Hal ini terjadi karena begitu banyak perangkat yang terkoneksi. Situasi 'perang jaringan' pun tak bisa dihindari lagi karena perangkat-perangkat yang terkoneksi tersebut semakin tak terkendali penggunaannya.
Coba bayangkan, tak hanya ponsel atau tablet yang berebut sinyal, tapi juga kulkas, microwave, AC, bahkan hampir seluruh peralatan elektronik rumah tangga akan menggunakan jaringan internet.
Dengan peningkatan volume perangkat yang saling terkoneksi, operator mobile memerlukan strategi khusus guna membuat koneksi lebih baik. Salah satunya, dengan mengembangkan teknologi network functions virtualizations (NFV).
Jaringan tersebut diprediksi akan menjadi salah satu solusi penggunaan perangkat IoT pada masa depan. Ibarat bangunan, jaringan juga memiliki arsitektur khusus. Bila bangunan tinggi dibuat dengan teknologi mesin yang kasat mata, struktur jaringan memiliki fondasi tak kasat mata.
Unsurnya lebih dari sekadar kabel atau menara pemancar. Teknologi di dalam jaringan, meski tak dapat terlihat, tapi dampaknya begitu besar bagi keberlangsungan hidup manusia.
Salah satu pemain besar dalam industri telekomunikasi, ZTE, tak pernah absen memperlihatkan inovasi dalam perkembangan jaringan yang dimilikinya. Belum lama ini, ZTE memperkenalkan network function virtualization (NFV) atau virtualisasi jaringan. "Teknologi NFV tak kasat mata karena berada di dalam sebuah jaringan," kata Chief Architect of ZTE CTO Group Mo Li.
Meski demikian, teknologi virtualisasi tersebut bisa dimanfaatkan dalam banyak hal, baik dalam meningkatkan kualitas jaringan operator maupun melakukan analisis.
NFV merupakan bentuk migrasi dari peralatan telekomunikasi multiplatform yang pada dasarnya sudah memiliki server commercial off-the-shelf (COTS). Dalam cara konvensional, jaringan telekomunikasi pada umumnya menggunakan beberapa jenis perangkat keras, seperti router data jaringan, core network, dan server beperforma tinggi.
Arsitektur NFV menjadi sebuah teknologi masa depan yang mampu menyelesaikan semua permasalahan tersebut menjadi tuntas. NFV mengubah gaya lama kerja jaringan yang awalnya menggunakan hardware menjadi platform cloud.
Dengan cloud, perusahaan operator bisa meningkatkan performa jaringannya. NFV juga mendukung berbagai macam aplikasi sehingga bisa mengoperasikan beberapa jenis layanan di dalam platform tersebut.
Hebatnya lagi, perusahaan operator tidak perlu lagi bergantung pada perangkat keras. Secara sederhana, implementasi NFV bisa memberikan dampak positif yang lebih efisien bagi perusahaan.
Misalnya, ketika sebuah pertandingan sepak bola di sebuah stadion, para penonton akan sulit mendapatkan sinyal. Hal tersebut harus membuat operator menambah kuota dari jauh waktu sebelumnya. Dengan teknologi NFV, proses tersebut bisa terselesaikan lebih cepat. Pengguna jaringan juga mendapatkan sinyal lebih cepat dengan performa tinggi.
Teknologi NVF juga bisa diterapkan pada mobil pintar untuk kemampuan analisis. Apabila mobil tersebut mengalami kecelakaan, teknologi NVF bisa memberikan analisis mengenai penyebab terjadinya kecelakaan tersebut melalui data.
ZTE telah meneliti teknologi yang satu ini sejak empat tahun lalu. Sejauh ini, sudah ada enam operator besar dunia yang menggunakan NFV, salah satunya China Mobile.
***
Menghadapi Pergeseran Perilaku
Hadirnya era 4G membawa pergeseran perilaku para konsumen yang harus diikuti oleh para penyedia jaringan. Chief Service Management Officer XL Axiata Yessie D Yosetya menjelaskan, saat ini tengah terjadi pergeseran perilaku pelanggan dalam menggunakan layanan telekomunikasi.
Dari yang sebelumnya banyak menggunakan layanan percakapan dan SMS, kini berubah ke penggunaan layanan data. "Makin meningkatnya penggunaan layanan data di masyarakat tersebut, tentunya juga harus diimbangi dengan ketersediaan infrastruktur jaringan yang mampu mendukung hal ini," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Yessie, XL terus secara agresif melakukan pembangunan dan peningkatan infrastruktur jaringan 4G di berbagai wilayah di Indonesia. Saat ini, layanan 4G XL sudah bisa dinikmati di 89 kota atau area di seluruh Indonesia dan didukung dengan lebih dari 7.000 BTS 4G.
Selain itu, XL juga terus mengembangkan ekosistem bisnis layanan data, seperti pengembangan berbagai layanan digital, penyediaan paket-paket layanan data yang makin terjangkau harganya, penyediaan program bundling ponsel pintar dengan paket data, serta aplikasi dan konten yang relevan dengan internet cepat. Semuanya, menurut Yessie, dilakukan untuk mempercepat adopsi masyarakat terhadap penggunaan layanan data dan internet cepat.
Hal senada, pada 2017 ini, Telkomsel memprediksi, pemakaian akses data akan dikuasai streaming video dan musik. "Tahun ini akan kuat di dua lini tersebut," kata Vice President Technology and System Telkomsel Ivan Cahya Permana.
Untuk menjawab pergeseran perilaku konsumen ini, Telkomsel memperkuat strategi jaringan dengan menambah jumlah base transceiver station (BTS) dan menyediakan produk paket data sesuai perilaku pengguna tersebut. Beberapa jenis paket data sudah disiapkan bagi pengguna, termasuk dengan menyediakan beragam promo menarik.
Sebagai operator jaringan terbesar di Indonesia, tahun ini rencananya Telkomsel akan menambah sekitar 10 ribu BTS 4G di seluruh Indonesia, termasuk Indonesia bagian timur. Terhadap perkembangan perangkat IoT, memang pertumbuhannya belum terlalu terlihat di Indonesia.
Namun, bila pasar membutuhkan permintaan tersebut, Telkomsel sudah siap dengan beragam inovasi. Selain platform 4G yang kian banyak dan murah, platform pendukung, seperti aplikasi dan lainnya, jug akan disiapkan Telkomsel.
Hingga kuartal ketiga 2016, trafik layanan data Telkomsel mencapai 631,269 TB. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 84 persen dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya.
Hingga saat ini, Telkomsel memiliki 163 juta pelanggan, termasuk pengguna 4G aktif. Pascapenataan ulang frekuensi 1.800 MHz, Telkomsel makin memperkuat jaringan di beberapa kota besar.
Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan digital lifestyle dari para penduduk di kota besar. Ke depan, menurut Ivan, jaringan terus dikembangkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pasar. rep: Nora Azizah ed: Setyanavidita Livikacansera