oleh:Alicia Saqina
Militer mengancam memblokir media sosial yang anti kudeta
BANGKOK -- Kudeta di Thailand yang diikuti dengan berbagai tindakan tegas oleh militer tak membuat demonstran antipemerintah gentar, apalagi menyerah. Tak memedulikan para tentara yang berjaga-jaga dengan senjata siap menyalak, mereka kembali beraksi di jalanan, Ahad (25/5).
Seperti dilaporkan kantor berita AFP, massa pengunjuk rasa antikudeta itu berhadap-hadapan dengan para personel militer di Bangkok. Bentrokan fisik pun tak terhindarkan. Akibatnya, sedikitnya dua pengunjuk rasa diamankan aparat keamanan. Sementara, seorang lainnya diseret dari lokasi demonstrasi dengan luka-luka yang mengucurkan darah.
Pengunjuk rasa tak menyetujui diberlakukannya junta militer Thailand. Sebagai bentuk penentangan, mereka pun menggelar unjuk rasa. Mereka meludahi tentara sebagai ungkapan tak setuju terhadap pemerintahan yang kini diambilalih militer.
Mereka beramai-ramai berdemonstrasi mengusung spanduk bertuliskan ''Junta Keluar'' dan ''Hentikan Kudeta''. Tak hanya mengusung spanduk, mereka pun meneriakkan kata-kata antimiliter dan terlibat aksi dorong-mendorong dengan barisan tentara Thailand. Aksi itu terjadi di luar sebuah pusat perbelanjaan di jantung kawasan bisnis Kota Bangkok.
Aksi protes yang digencarkan massa antimiliter ini pecah setelah militer mengeluarkan peringatan bahwa media sosial yang menampilkan muatan antikudeta atau menghasut terjadinya kerusuhan akan diblokir.
''Saya meminta pengertian masyarakat atas situasi saat ini. Mereka (masyarakat) harus menahan diri dari aksi-aksi unjuk rasa dan antikudeta, sebab demokrasi tidak bisa berjalan normal saat ini,'' kata Juru Bicara Militer Thailand Kolonel Winthai Suvaree, seperti dikutip Channel News Asia, Ahad.
Winthai menekankan, pihaknya akan membebaskan mereka yang ditahan militer dalam waktu tujuh hari. Ia juga menjamin, massa yang ditahan pun tidak diperlakukan secara kasar.
Sejauh ini, militer telah menahan para politikus dan aktivis dari kedua kubu yang berdemonstrasi. Yang terbaru, militer juga memanggil para akademisi dan jurnalis yang dinilai kritis terhadap kudeta. Sebelumnya, militer telah menahan mantan PM Thailand Yingluck Shinawatra dan sejumlah menteri. Penggulingan Yingluck dan terjadinya kudeta militer di Thailand telah memicu keprihatinan dunia internasional.
Larang pertemuan umum
Selain mengancam media-media sosial, junta militer pada Ahad juga menyeru masyarakat agar tidak menyelenggarakan pertemuan. "Dewan Nasional bagi Perdamaian dan Ketenangan tak bermaksud mengincar orang tertentu bagi semua ini. Tapi, kami ingin mengembalikan ketenangan kepada semua wargaThailand," kata Wakil Juru Bicara Angkatan Darat Winthai Suwaree, seperti dilaporkan Bangkok Post.
Ia juga meminta warga sipil, polisi, dan perwira militer untuk bersabar. ''Hal ini diperlukan agar Thailand tidak menjadi negara yang gagal.''
Bagi negeri Gajah Putih, ini bukanlah kudeta yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, militer telah berulang kali turut campur dalam pemerintahan. Sejarah mencatat, sejak 1932 Thailand telah mengalami kudeta militer sebanyak 19 kali. ed: wachidah handasah
***
Kudeta Militer Thailand
Pemimpin: Jenderal Prayut Chan-o-Cha
Tindakan yang telah dilakukan:
- Sebanyak 155 orang termasuk mantan pejabat pemerintahan dilarang pergi ke luar negeri.
- Mantan PM Yingluck Shinawatra ditahan.
- Konstitusi dibekukan.
- Jam malam diberlakukan mulai pukul 22.00-05.00 waktu setempat.
- Melarang masyarakat menyelenggarakan pertemuan umum yang dihadiri lebih dari lima orang.
- Mengendalikan stasiun televisi dan radio.
- Mengancam memblokir media sosial yang menampilkan muatan antikudeta atau menghasut terjadinya kerusuhan.
Sekilas Fakta Thailand
- Jumlah penduduk: 66,8 juta
- GDP saat ini: 366 miliar dolar AS
- GNI per kapita: 9.280 dolar AS
-Inflasi: 2,2 persen
Sumber: AFP