Tidak ada spanduk maupun gambar khusus yang dibuat untuk memperingati kepergian Mohammed di depan kediaman Aida Abdel Aziz Dudeen di Dura, Tepi Barat. Hanya tampak tali jemuran yang digelayuti enam gamis hitam. Sepekan sudah berlalu setelah bocah Palestina berusia 15 tahun itu ditembak tentara Israel saat operasi pencarian remaja Zionis yang diculik.
Aida tak pernah lupa, suatu pagi ketika dia terbangun karena mendengar suara tembakan. Ia panik dan mencari tahu berasal dari mana suara tembakan itu. Hingga tiba-tiba sepupu Aida mendatangi rumahnya dan berkata Mohammed telah tiada.
Aida terkejut bukan main. Ia tidak percaya anak lelakinya telah tiada. Ia terus bertanya, siapakah Mohammed yang dimaksud? Ia terus mencoba berpikir positif dan berharap sepupunya memberi tahu informasi yang salah.
"Mohammed anakmu! Mohammed menjadi martir, ia telah mati syahid," ujar seorang sepupu Aida, menyadarkan ia yang masih tidak percaya dengan kematian Mohammed. Sepupu Aida bahkan menunjukkan sebuah kemeja yang berlumuran darah.
Aida bertanya-tanya, bagaimana putranya bisa keluar dari rumah saat seluruh pintu telah ia kunci dengan baik. Pada malam sebelum Mohammed dinyatakan tewas, Aida telah mengunci semua pintu di rumahnya. Bahkan, kunci rumahnya masih berada di bawah bantal, tempat ia tidur.
Setelah melihat kemeja berlumuran darah itu, baru Aida yakin sepenuhnya Mohammed telah tiada. Ia diberi tahu Mohammed tewas ditembak oleh tentara Israel yang sedang melakukan pencarian remaja hilang di tepi Barat.
"Saya tidak membayangkan Mohammed akan keluar dengan melompati jendela rumah. Ia memberanikan diri menghadapi tentara Israel yang tengah melakukan razia, dari rumah ke rumah," ujar Aida, seperti dilansir New york Times, Senin (30/6).
Lebih dari dua pekan setelah penculikan tiga remaja, pasukan keamanan Israel melakukan tindakan keras di Tepi Barat. Selain melakukan banyak penangkapan terhadap warga Palestina, tentara Israel juga melakukan penggerebekan hampir seluruh rumah di wilayah Tepi Barat.
Beberapa saksi mengatakan, putra Aida, Mohammed, yang meninggalkan rumah di pagi hari, melemparkan batu ke tentara Israel. Saat itu, tentara Israel tengah melakukan penyerbuan di wilayah sekitar rumah Mohammed. Bersama-sama dengan pemuda lainnya, Mohammed mencegah tentara Israel berbuat sewenang-wenang di lingkungan mereka.
Mohammed menjadi satu dari lima pemuda Palestina yang dilaporkan tewas selama operasi militer digelar Israel. Tiga di antaranya tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza. Dua lainnya, termasuk Mohammed tewas tertembak.
Setelah kepergian Mohammed, Aida hampir tidak pernah meninggalkan rumah. Ia cukup terhibur dengan simpati yang datang dari teman-teman sekelas Mohammed. Aida menegaskan, keluarganya tak memiliki hubungan dengan kelompok Hamas yang selama ini dituding terlibat penculikan remaja Israel.
Ratusan orang juga datang berkunjung ke rumah Aida. Tetangga dan warga Palestina yang bersimpati mendatangi rumah Aida untuk menyampaikan rasa bela sungkawa. Gubernur Hebron dan beberapa menteri di Kabinet Palestina bersatu juga datang untuk mengungkapkan dukacita.
Pada hari keempat, setelah Mohammed meninggal, Perdana Menteri Rami Hamallah mengirimkan wakilnya untuk berkunjung ke rumah Aida. Duka cita mendalam juga disampaikan oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang mengirim sebuah faks. Namun, Aida mengaku kecewa karena berharap Mahmoud dapat mengucapkan bela sungkawa secara langsung. "Saya sedih, presiden seperti tidak dapat melakukan apa pun untuk membuat saya merasa menjadi seorang ibu dari martir, yang juga berjuang untuk negaranya," ujar Aida dengan nada serak menahan emosi.
Sementara itu, orang tua dari salah satu remaja yang diculik, Rachel Fraenkel, menyayangkan tindakan tentara Israel pada Mohammed dan warga Palestina lain. "Saya tak ingin rakya Palestina terluka." Fraenkel berharap putranya yang diculik dapat segera kembali.
Fraenkel kini telah menjadi tokoh internasional. Ia bertolak ke Jenewa untuk berbicara di Komite PBB, wawancara dengan televisi, sampai bertemu langsung dengan presiden dan perdana menteri Israel.
rep:c66 ed: teguh firmansyah