REPUBLIKA.CO.ID,11 Ribu Turis Rusia Dipulangkan dari Mesir
Rusia telah memulangkan 11 ribu warganya yang menjadi turis di Mesir dalam waktu 24 jam. Menurut kantor berita RIA, Ahad (8/11), langkah ini dilakukan menyusul jatuhnya pesawat Rusia di Semenanjung Sinai pada 31 Oktober. Puluhan ribu orang lainnya masih menanti untuk dipulangkan ke Rusia.
Ribuan orang, terutama turis asal Rusia dan Inggris, masih tertahan di Bandara Sharm al-Sheikh. Bandara tersebut adalah tempat Airbus A321 milik maskapai Metrojet tinggal landas menuju St Petersburg. Pesawat tersebut jatuh 23 menit kemudian dan menewaskan 224 orang dalam pesawat.
Sekitar 80 ribu turis asal Rusia tertahan di Mesir sejak Kremlin menghentikan seluruh penerbangan ke Mesir pada Jumat (6/11) dengan alasan keamanan. Sementara, seorang petinggi Inggris mengatakan pada Sabtu (7/11) lalu bahwa diperlukan 10 hari untuk memulangkan turis Inggris yang ada di Mesir.
Sementara itu, pihak berwenang Mesir mengatakan, tim penyelidik menemukan adanya suara bising yang sempat terekam di detik-detik terakhir sebelum pesawat Rusia jatuh di Semenanjung Sinai. Penyelidikan lebih dalam dilakukan untuk mengidentifikasi suara tersebut.
Seperti dilansir laman Aljazirah, Sabtu (7/11), Kepala Komite Penyelidikan Kecelakaan Ayman Al-Muqaddam mengatakan, dari alat perekam suara di kokpit pesawat ditemukan adanya saura bising yang terdengar di detik akhir rekaman. Namun, masih belum diketahui apa suara yang terekam tersebut.
"Analisis spektral akan dilakukan di laboratorium khusus untuk mengidentifikasi sifat saura ini," ujar Muqaddam.
Sebelumnya, pejabat Inggris dan Amerika Serikat menduga pesawat jatuh karena bom di dalam pesawat. Namun, Pemerintah Rusia dan Mesir ragu mendukung teori tersebut. Keduanya memilih menunggu hasil investigasi resmi yang sedang berlangsung.
Komite Mesir mengatakan masih dalam fase pengumpulan informasi. Mereka menambahkan, segala kemungkinan sedang dipertimbangkan mengacu pada penyebab kecelakaan pesawat Airbus A321 tersebut. Muqaddam mengatakan, ledakan bahan bakar hingga baterai lithium yang dibawa penumpang bisa menjadi penyebab.
Muqaddam mengatakan, ada 58 ahli yang dilibatkan dalam penyelidikan. Termasuk 29 ahli asal Mesir, lalu ada spesialis dari Rusia, Prancis, Jerman, serta Irlandia. Kondisi cuaca yang buruk masih menyulitkan tim menuju lokasi kecelakaan untuk membawa puing-puing ke Kairo.
Sejauh ini diketahui ada puing yang ditemukan lebih dari 13 kilometer dari lokasi dan mirip dengan pesawat. Muqaddam mengatakan, temuan awal belum dapat membuat pihak berwenang mengidentifikasi penyebabnya.
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry sempat menyoroti dugaan adanya bom yang menyebabkan pesawat meledak. Mesir menurutnya heran mengapa pejabat Inggris dan AS yang menyimpulkan hal itu tak memberi tahu langsung kepada mereka.
"Ini menimbulkan tanda tanya. Kami adalah yang paling berhubungan erat dengan masalah ini. Kami berharap informasi teknis yang ada akan diberikan kepada kami bukannya disiarkan di media dengan cara umum seperti ini," katanya.
Shourky mengatakan, Mesir sedang menghadapi kemungkinan militan berada di balik kecelakaan. Mesir berulang kali menyerukan koordinasi untuk memerangi terorisme. n reuters ed: yeyen rostiyani