Senin 01 Feb 2016 14:00 WIB

Kapal Tenggelam, Puluhan Migran Tewas

Red:

AYVACIK — Setidaknya 39 migran, termasuk beberapa anak, tewas setelah kapal yang membawa mereka menyeberang dari Laut Aegea Turki ke Yunani tenggelam. Sementara, lebih dari 60 orang lainnya telah diselamatkan di dekat resor pinggir laut di Ayvacik, Turki. BBC News melaporkan pada Sabtu (30/1), pejabat setempat memperkirakan korban tewas meningkat setelah pencarian kapal dilakukan.

Petugas penjaga pantai Turki mengatakan, dalam insiden Sabtu tersebut, rombongan migran telah berusaha mencapai Pulau Lesbos, Yunani, saat perahu mereka terbalik. Lesbos selama ini merupakan titik kedatangan di Eropa yang paling populer bagi para pencari suaka.

Wakil Gubernur Provinsi Canakkale Turki Saim Eskioglu mengatakan, kapal sepanjang 17 meter itu menabrak batu tak lama setelah meninggalkan pantai. "Kami percaya ada lebih banyak mayat di dalam kapal," katanya.

Kondisi para migran tersebut sungguh mengenaskan. Sebagian besar mengalami hipotermia dan saat ini sedang menjalani perawatan di rumah sakit setempat. Ribuan pengungsi terus melakukan perjalanan berbahaya melalui lautan dari Turki ke Yunani. Mereka berupaya mencari suaka di Eropa Utara.

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan pada Jumat (29/1), sekitar 244 migran telah tenggelam di Mediterania sejauh tahun ini. Mereka juga mencatat sudah ada 55.568 kedatangan migran hingga saat ini.

Kehadiran para migran memang cukup pelik. Bahkan, menurut IOM, pada awal tahun ini tercatat ratusan pengungsi dan migran yang meninggal ketika berusaha mencapai Eropa melalui Laut Mediterania. Bahkan, meski telah berhasil mencapai negara yang dituju, tak jarang mereka mendapatkan perlakuan buruk.

Seperti yang dilontarkan oleh pemimpin partai sayap kanan Jerman Alternativ fuer Deutschland (AfD) Frauke Petry. Tanpa ragu, dia meminta polisi Jerman untuk menembak migran yang memasuki negara secara ilegal.

Dilansir BBC News, Sabtu (30/1), Petry mengatakan, dia juga tak menginginkan hal ini. Akan tetapi, penggunaan angkatan bersenjata merupakan pilihan terakhir. Petry mengatakan kepada koran Mannheimer Morgen, jika diperlukan, polisi bisa menghentikan migran yang masuk secara ilegal dengan senjata api. "Itu hukum yang bicara," katanya.

Pernyataan itu langsung dikecam politisi sayap kiri dan kesatuan polisi Jerman. Anggota terkemuka Social Democrats Thomas Oppermann mengatakan, politikus terakhir yang menginginkan pengungsi ditembak adalah pemimpin komunis Jerman Timur Erich Honecker.

Kesatuan polisi Jerman juga mengatakan, petugasnya tak akan pernah menembak migran. Mereka mengatakan, komentar Petry menunjukkan mentalitas radikal dan tak manusiawi. Tahun lalu lebih dari 1,1 juta migran tiba di Jerman. Jumlah serangan terhadap fasilitas pengungsi di Jerman juga naik dibanding tahun lalu dan lima kali lipat dari 2014.

rep: Gita Amanda, ed: Endah Hapsari

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement