RIYADH — Dua tersangka teroris di Arab Saudi tewas dalam operasi kepolisian di ibu kota Riyadh, Sabtu (7/1). Kedua orang yang disebut berbahaya oleh aparat keamanan Saudi itu tewas ditembak.
Dilansir Sputnik News, kedua tersangka dituduh memproduksi rompi bunuh diri, memproses material peledak, dan merekrut pelaku bom bunuh diri. Sumber keamanan mengonfirmasi, salah satu tersangka adalah teroris paling dicari aparat keamanan.
Kantor berita Pemerintah Saudi, SPA, mengutip pernyataan juru bicara Kementerian Dalam Negeri Saudi, Mayor Jenderal Mansour Al-Turki, yang mengatakan operasi kepolisian dilakukan di al-Yasmin, utara Riyadh. Sementara, seorang personel keamanan dilaporkan terluka.
Mayjen Mansour menyebutkan, kedua tersangka teroris adalah Tayeh al-Saihari dan Talal al-Saidi. Selama ini al-Saihari buron setelah dituduh merencanakan serangan di dekat Masjid Nabawi, Madinah, pada 4 Juli lalu. SPA pun meyakini, keduanya adalah anggota kelompok ekstremis ISIS.
SPA juga meyakini, Al-Saihari adalah orang yang membuat bom dan sabuk berpeledak. Sedangkan, Al-Saidi pernah tinggal di Mohammed bin Naif Center for Counseling and Care. Laporan awal menyebutkan, ia bebas pada 2012.
Pada Sabtu, al-Saihari sedang berada di sebuah rumah bersama Talal al-Saidi. Pasukan keamanan mengepung rumah itu sejak Subuh dan meminta tersangka menyerah. Tetapi, keduanya menolak dan mulai menembaki polisi.
Aparat kemudian mulai meluncurkan serangan yang menewaskan keduanya. Kementerian Dalam Negeri Saudi mengatakan, dua sabuk berpeledak yang siap diaktifkan ditemukan di rumah tersebut. Polisi juga menemukan bom buatan dan material bahan peledak.
Dilansir Arab News, sejumlah saksi di Al-Yasmin mengatakan, mereka melihat pasukan keamanan mengejar dua orang pria bersenjata senapan Kalashnikov setelah shalat Subuh. Mereka mengatakan, pria yang dikejar menolak menyerahkan diri dan menembaki aparat di dalam mobil patroli.
Menurut saksi, dua orang pelaku itu sudah tinggal di sana selama lebih dari dua bulan. Mereka biasanya bepergian menggunakan roda empat. Mereka juga mengatakan, keduanya jarang terlihat di rumah mereka.
Kementerian menyebut Saihari terlibat dalam serangan ledakan di Masjid Nabawi dan markas besar pasukan khusus Saudi pada 2015. ISIS mengklaim, serangan di markas besar. Namun, tak ada yang mengklaim serangan di dekat masjid Madinah. "Al Saihari mempersiapkan sabuk berpeledak yang digunakan untuk serangan bunuh diri, termasuk dalam serangan markas besar pada 2015 dan dekat masjid Nabi Muhammad di Madinah," kata kementerian.
Sejak akhir 2014, ISIS telah mengklaim sejumlah serangan bom dan penembakan melawan komunitas Syiah di Saudi. Mereka juga menargetkan pasukan keamanan dan pemerintahan yang didominasi kaum mayoritas Suni.
Ancaman militan ISIS menjadi salah satu masalah paling serius yang dihadapi Saudi sejak pemberontakan Alqaidah satu dekade lalu. Selama musim panas 2016, Saudi diguncang serangkaian teror.
Serangan di Masjid Nabawi menewaskan empat orang, termasuk pelaku. Serangan diikuti dua ledakan di kota timur Qatif dan sebelumnya serangan bunuh diri di Jeddah. rep: Lida Puspaningtyas, ed: Ichsan Emrald Alamsyah