Musim haji 2001 merupakan keberangkatan Purwanto ke Tanah Suci untuk kali pertama. Sebagai seorang staf di Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) DKI Jakarta, ia diberi amanat menjadi salah satu petugas mendampingi para jamaah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
Hanya, istri Purwanto ketika itu khawatir lantaran sang suami awam terhadap kondisi di Arab Saudi. Terlebih, masalah bekal uang saku yang sempat menjadikan mereka waswas. Karena itu, istrinya menyarankan untuk menjual semua perhiasan untuk bekal di perjalanan.
Foto:Dokpri
"Saat itu, saya terpaksa harus menjual seluruh perhiasan milik istri saya," ucap Purwanto yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah DKI Jakarta. Padahal, ujar Purwanto, sang istri ketika itu tidak ikut. "Tapi, rupanya istri saya sempat merasa cemas,"tambahnya.
Ketika itu, Purwanto mengetahui, seluruh petugas haji mendapat uang saku dari pemerintah. Hanya, istrinya tetap cemas karena merasa uang saku tersebut tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan Purwanto selama bertugas.
"Dia berharap, uang hasil penjualan perhiasanya dapat untuk mencukupi kebutuhan saya di Tanah Suci," ucap pria kelahiran Semarang, 20 Februari 1963, ini. Pada awalnya, Purwanto sempat menolak niat baik sang istri. Hanya, istrinya kemudian berkata, dia rela menjual perhiasan sebagai tanda cinta Purwanto dan kepada Allah SWT. Purwanto pun menerima tawaran sang istri.
"Setelah itu, seluruh perhiasan milik istri saya sudah saya jual dengan nilai sekitar Rp 2 juta," ucap Purwanto. Dia pun merasa terharu dengan keikhlasan sang istri. Seandainya saat itu ada pilihan lain, mungkin Purwanto tidak akan sampai hati menjual perhiasan yang merupakan harta satu-satunya saat itu.
"Setelah saya pulang bertugas dari Tanah Suci ternyata seluruh uang hasil penjualan perhiasan tersebut masih utuh, bahkan uang saku dari pemerintah pun masih tersisa cukup banyak," ucapnya. Pada akhirnya, bekal dari hasil menjual perhiasan dikembalikan kepada istrinya. Mulai saat itu, ia berusaha sekuat tenaga untuk dapat menabung, sehingga dapat melaksanakan ibadah haji bersama-sama.
Sepulang dari Tanah Suci, Purwanto merasakan perubahan drastis dalam hidup. Dia merasa lebih mantap dalam melakukan ibadah dan merasa lebih bertanggung jawab untuk menjaga sikap baik sebagai pribadi maupun sebagai Muslim.
Selain itu, Purwanto mengaku, rezekinya semakin berlimpah. Kariernya di Kemenag pun semakin menanjak. Semua perubahan itu semakin membuatnya yakin, Allah akan selalu menepati janji bahwa Allah akan membalas semua kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya.
Tujuh tahun kemudian, Purwanto pun dapat memenuhi janjinya untuk dapat melaksanakan ibadah haji bersama istri pada 2008. Hingga saat ini, ia telah melaksanakan ibadah haji sebanyak empat kali. Dua di antaranya adalah keberangkatanya ke Tanah Suci sebagai petugas dan dua sisanya adalah kepergianya ke Tanah Suci sebagai jamaah haji.
rep:c72 ed: a syalaby ichsan