Kemarau panjang yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia belum usai. Di beberapa daerah, kondisinya kian sulit. Salah satunya di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Sehubungan hujan yang belum juga turun, warga Sumba terpaksa urunan membeli air yang dijual pemasok dari kota. "Kami beli 150 ribu per tangki.
Satu tangkinya 5 ribu liter," ujar Pater Mike, salah seorang tokoh masyarakat di Desa Kendautana, Sumba Barat Daya, kepada Republika, Jumat (19/9).
Satu tangki air tersebut biasa digunakan untuk kebutuhan hidup warga satu kampung yang terdiri dari sekitar 30 kepala keluarga.
Kekeringan juga dialami warga Lewa, Sumba Timur. Di Lewa, warga berjalan sekitar 3 kilometer setiap hari untuk mengambil air dari sungai terdekat. "Kalau ada uang, bisa beli air tangki. Tapi, saya lebih memilih ambil di sungai," ujar Bernadus Missa, seorang warga Lewa.Warga Sumba juga punya cara tradisional lain untuk mendapatkan air.
Yakni, menadah air dari batang pohon pisang. "Didiamkan semalam, esoknya bisa ada air di batangnya," ujar Fidelis, salah seorang warga Kendautana.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejauh ini kekeringan terjadi di 86 kabupaten/kota. Wilayah kekeringan itu tersebar di 20 provinsi.
Jawa Tengah merupakan provinsi dengan jumlah daerah kekeringan terbanyak. Sementara di 15 provinsi lainnya, jumlah kabupaten/kota yang mengalami krisis air antara satu hingga empat kabupaten. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, musim kemarau diperkirakan hingga Oktober sampai awal November 2014.
Menurut Kepala Pusat Data Statistik dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, berbagai upaya tengah dilakukan untuk menanggulangi kekeringan. Diantaranya, mengerahkan tang ki-tangki air, pompa air, dan bantuan air dengan menggunakan dana APBD di daerah-daerah. Selain itu, BNPB menyiapkan dana Rp 50 miliar untuk sembilan provinsi.
Menahun BNPB mencatat, Pulau Jawa, Bali, dan NTT telah mengalami defisit air sejak 1995. Tanpa ada kekeringan pun, ke tersediaan air tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduk setiap tahun.
Sutopo mengatakan, pada musim kemarau di Jawa dan Bali defisit air mencapai 18,79 juta meter kubik. Sementara di Nusa Tenggara 0,44 juta meter kubik. "Lebih dari 59 persen kebutuhan air untuk minum, rumah tangga, perkotaan, industri, pertanian, dan lainnya terkonsentrasi di Jawa dan Bali," kata Sutopo.
Untuk Pulau Jawa, menurut Sutopo, saat ini ada 92 kabupaten/kota atau sekitar 77 persen dari keseluruhan mengalami defisit air selama satu hingga delapan bulan setiap tahun.
Selain itu, sekitar 38 kabupaten/kota mengalami defisit tinggi lebih dari enam bulan setiap tahun.Ia menegaskan, perlu ada upaya menyeluruh dan komitmen politik sebagai solusi total. Misalnya, pembangunan waduk, pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), juga konservasi tanah dan air. rep:c85/c89, ed:fitriyan zamzami
Lokasi Kekeringan
Jawa dan Bali : 6 provinsi
Nusa Tenggara : 2 provinsi
Sumatra : 6 provinsi
Kalimantan : 4 provinsi
Sulawesi : 2 provinsi
Pemuncak Daerah Kekeringan
Jawa Tengah : 18 kabupaten
NTT : 15 kabupaten
Jawa Timur : 13 kabupaten
NTB : 9 kabupaten
Jawa Barat : 8 kabupaten
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana