Foto : Republika/Mahmud Muhyidin
JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan, insiden bencana tahun ini adalah yang terbanyak sejak 2002. Jumlahnya mencapai 2.342 insiden bencana. Terjadi peningkatan 35 persen dibandingkan dengan kejadian bencana 2015.
"Angka ini merupakan sebuah rekor baru," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (29/12). Sutopo juga mengatakan, angka bencana tersebut tertinggi sejak 2002.
Sebanyak 92 persen bencana 2016 adalah hidrometeorologi yang didominasi banjir, longsor, dan angin puyuh. Bencana telah menyebabkan 522 orang meninggal dunia dan hilang. Sebanyak 3,05 juta jiwa mengungsi dan menderita. Sejumlah 69.287 unit rumah rusak, 9.171 rumah rusak berat, 13.077 rusak sedang, 47.039 rusak ringan, dan 2.311 unit fasilitas umum rusak.
BNPB menjelaskan, sepanjang 2016 tidak ada musim kemarau kering, yang ada adalah kemarau basah sehingga banjir, longsor, dan angin puyuh meningkat. Bahkan, saat puncak musim kemarau pun banyak terjadi banjir dan longsor.
Kemarau basah ini menyebabkan kebakaran hutan, lahan, dan kekeringan berkurang signifikan. Sementara, bencana sepanjang 2015 berupa banjir meningkat 52 persen, longsor 19 persen, angin puyuh 15 persen, dan kombinasi antara banjir dan longsor meningkat 139 persen.
Sutopo menyatakan, banjir adalah bencana yang paling banyak kejadiannya. Selama 2016 terjadi 766 kejadian banjir yang menyebabkan 147 jiwa meninggal dunia, 107 jiwa luka, 2,72 juta jiwa mengungsi dan menderita, dan 30.669 rumah rusak. Daerah rawan banjir meluas seperti adanya kejadian banjir besar yang sebelumnya belum pernah terjadi. Dia mencontohkan banjir di Pangkalpinang, Kota Bandung, Kota Bima, dan lainnya.
Longsor adalah bencana yang paling mematikan selama 2016. Bencana ini menyebabkan 188 jiwa meninggal dunia. Pada tahun 2015 terdapat 135 jiwa meninggal dunia akibat longsor. Ada 40,9 juta jiwa masyarakat terpapar dari bahaya sedang-tinggi dari longsor.
BNPB menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan selama 2016 dapat dikendalikan dengan baik. Pencegahan kebakaran dilaksanakan serius oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Jumlah titik panas menurun 80 persen dibandingkan 2015. Daerah langganan kebakaran hutan dan lahan, seperti di Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan mampu dikendalikan sehingga kebakaran tidak meluas. Tidak ada daerah di Sumatra dan Kalimantan yang tertutup asap pekat seperti halnya 2015.
Longsor
Polres Kampar memantau dan menempatkan personel di sejumlah jalur rawan longsor di jalan lintas perbatasan Riau-Sumatra Barat menjelang pergantian tahun. "Ada tiga titik jalur rawan longsor sepanjang jalur Riau-Sumbar, yakni Kilometer 78, 81 dan 83," kata Kepala Polres Kampar AKBP Edy Sumardi di Pekanbaru.
Polisi juga berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Kampar. Saat ini, dua alat berat jenis ekskavator telah disiagakan di ketiga lokasi tersebut. Dua alat berat lainnya disiagakan di posko utama dinas pekerjaan umum di sekitar tiga titik rawan longsor.
Sebelumnya, pada November, longsor sempat terjadi di ketiga titik yang seluruhnya berada di Kecamatan Kuok, Kampar. Bencana itu disebabkan tingginya intensitas hujan sehingga menyebabkan jalur tersebut putus selama beberapa jam.
Ketiga lokasi yang mengalami longsor tersebut adalah KM 77 Dusun Rantau Berangin, Desa Merangin, Kuok. Material longsor berupa tanah bercampur batu. Kabel listrik PLN juga sempat menutupi badan jalan. rep: Qommaria Rostanti antara ed: Erdy Nasrul
Kilas Balik Bencana
Tahun Jumlah Bencana
2016 2.342
2015 1.732
2014 1.967
2013 1.674
2012 1.811
BENCANA 2016
766 bencana banjir.
612 longsor.
669 angin puyuh.
74 kombinasi banjir dan longsor.
178 kebakaran hutan dan lahan.
13 gempa.
7 erupsi gunung meletus.
23 gelombang pasang dan abrasi.
Sumber: BNPB