Selasa 26 Aug 2014 12:00 WIB
pasien cerdas

Dampak Buruk Hipokinesia

Red:

Anda suka olahraga? Beruntunglah Anda! Sebaliknya, orang yang belum menjadikan olahraga sebagai rutinitas sebaiknya harus segera mengubah kebiasaannya. Aktivitas fisik sangat diperlukan tubuh sebagai media bergerak. "Olahraga termasuk salah satu obat," kata Hario Tilarso SpKO dalam acara perayaan Amway 80 Tahun Nutrilite beberapa waktu lalu.

Kemajuan teknologi memang telah memudahkan aktivitas manusia. Di lain sisi, aktivitas fisik orang menjadi berkurang karenanya. Padahal, ada sejumlah dampak negatif yang akan menerpa orang yang kekurangan gerak.

Orang yang kurang beraktivitas fisik bisa memiliki risiko sakit jantung lima kali lipat lebih besar. Selain itu, kurang gerak atau hipokenesia dapat membuat orang rentan terkena penyakit dan lebih mudah lelah karena peredaran darah yang tidak lancar

Sebetulnya, tak ada pantangan bagi siapa pun untuk melakukan olahraga. Tak terkecuali bagi yang memiliki penyakit jantung, asma, atau penyakit lainnya. Olahraga aman untuk mereka, asalkan dilakukan sesuai dengan porsinya. Tentunya, bagi penderita penyakit tertentu harus berolahraga sesuai instruksi dokter atau pelatih.

Olahraga berlebihan juga tidak baik karena tubuh tak mampu menopangnya. Terlalu banyak berolahraga bisa membuat berat badan turun drastis. Sebaiknya lakukan olahraga minimal tiga kali seminggu dengan durasi 20 sampai 60 menit. Bagi pemula, lakukan olahraga sesuai dengan kapasitas tubuh. Tidak perlu memaksakan berlari selama 30 menit apabila tidak memungkinkan. Lakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan badan. "Jangan melakukan olahraga hingga membuat badan kelelahan," saran Hario.

Laki-laki dan perempuan berbeda kemampuan fisiknya. Otot perempuan jumlahnya lebih sedikit daripada laki-laki sehingga frekuensi latihan sebaiknya lebih rendah. Tetapi, perempuan dapat melakukan hampir semua jenis olahraga. Olahraga seperti bersepeda, berenang, atau senam bisa menjadi pilihan. Lari merupakan olahraga terbaik dan termurah yang bisa dilakukan. "Lari yang sehat patokannya adalah denyut nadi," kata dokter yang juga dosen di Universitas Indonesia ini.

Denyut nadi manusia normal mencapai 100 per menit. Ketika tubuh sedang melakukan aktivitas fisik, denyutnya akan lebih tinggi dari angka tersebut. Ketika posisi tubuh sanggup berlari dengan denyut nadi mencapai 130 per menit maka lakukan sesuai kemampuan. Saat merasa lelah dengan angka tersebut, turunkan frekuensi gerakan hingga tubuh merasa lebih baik. Lakukan latihan pagi dan sore untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Dengan berolahraga, berat badan bisa turun. Kadar gula dalam darah pun dapat lebih mudah dikendalikan. Olahraga bisa meningkatkan intensitas globulin dan karenanya diabetesi disarankan untuk olahraga lari atau senam. Selain itu, berolahraga pun bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang mengidap hipertensi. Berolahraga teratur juga bisa mencegah kekurangan hormon sehingga mampu memadatkan tulang dan mencegah osteoporosis.

Di samping berolahraga, masyarakat pun perlu memperhatikan kecukupan asupan makanan sehatnya. Pastikan tiap hari Anda mengonsumsi makanan yang lengkap kandungan gizinya. Sebaiknya, jangan terlalu banyak menginsumsi protein karena bisa berakibat buruk pada ginjal. Lemak juga cukup diperlukan untuk melancarkan fungsi otak. Apabila aktivitas terlalu berat, konsumsilah jenis suplemen yang mengandung vitamin C atau B yang direkomendasikan oleh dokter. rep:nora azizah  ed: reiny dwinanda

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement