Kesehatan mulut dan gigi sering kali luput dari perhatian orang tua. Padahal, gigi dan mulut adalah bagian penting dalam tubuh manusia, terutama dalam proses pencernaan. Akibatnya, banyak anak-anak yang mengalami permasalahan pada gigi dan gusinya, sehingga menyebabkan mereka susah makan. Untuk itu, saya mencoba membiasakan menjaga kesehatan gigi dan mulut pada si kecil Nadia sedari dini.
Ketika Nadia sudah mulai mengenal makanan pendamping air susu ibu (ASI), saya biasa menggosok gusinya dengan sikat gigi khusus balita. Cara penggunaannya mudah, cukup dimasukkan ke dalam salah satu jari tangan dan disikatkan ke gusi anak tanpa pasta gigi. Cara ini saya lakukan untuk menjaga kebersihan gusinya. Kebiasaan itu saya lakukan sembari mengajaknya bermain air dengan beberapa boneka karet pada waktu mandi. Dengan begitu, perhatiannya teralihkan.
Setelah gigi susu Nadia tumbuh semakin banyak, saya membiasakannya menyikat gigi tiga kali sehari, yakni pada pagi, sore, dan malam hari sebelum tidur. Selain itu, saya mengajaknya memilih sikat ggi dan pasta giginya sendiri. Ia bebas mementukan warna dan rasa pasta giginya, tentunya dengan sedikit arahan dari saya. Pada malam hari, saya ataupun ayahnya biasa menyikat gigi bersama sebelum pergi tidur. Kami tak sekadar mengajarkan si kecil menjaga kesehatan gigi, tapi juga aktif memberi contoh.
Namun, namanya juga anak-anak. Tak jarang, Nadia mengalami saat-saat di mana ia malas menyikat gigi dengan berbagai alasan. Untuk mengatasinya, saya memutarkan CD dan membacakan buku yang bercerita mengenai asyiknya menyikat gigi ataupun akibat bila malas menyikat gigi. Tak butuh waktu lama untuknya mengingat lirik lagu menyikat gigi yang kerap kami tonton bersama. Sejak itu, lagu "Sikat Gigi" menjadi jurus mujarab yang selalu menjadi penyemangat Nadia untuk menggosok gigi setiap hari.
Selain menjaga kesehatan gigi dengan rutin menyikat gigi, saya pun mengingatkan Nadia untuk tak banyak makan makanan manis, seperti cokelat dan permen. Saya jelaskan, langkah itu berguna untuk mencegah terjadinya gigi berlubang. Saya jarang menyimpan banyak makanan manis di rumah. Saya pun membiasakan Nadia untuk makan buah dan sayur secara teratur agar terhindar dari sariawan. Saat Nadia ingin makan cokelat ataupun permen, saya selalu mengingatkan untuk segera menyikat gigi atau berkumur dengan air hangat setelah selesai.
"Mama, kata Bu Dokter, gigiku sehat dan rapi lho," ujar Nadia seusai sekolahnya mengadakan kunjungan ke klinik dokter gigi, beberapa bulan lalu.
Rupanya, pujian yang diucapkan langsung oleh seorang dokter gigi padanya membuat Nadia tak takut memasuki ruang praktik dokter gigi. Nadia dengan antusias bercerita tentang pengalamannya berkunjung ke klinik gigi, bahkan mempraktikkan cara menyikat gigi yang benar di hadapan saya.
Bulan lalu, gigi susu pertamanya tanggal. Kami membawa Nadia ke dokter gigi. Saya pun mencari klinik dokter gigi dengan suasana yang ramah anak untuk membantunya rileks. Meskipun ada sedikit tangisan saat dokter gigi mencabut giginya, saya sangat bangga pada Nadia karena telah berhasil melalui prosedur tersebut tanpa banyak drama dan air mata. Semoga, Nadia tumbuh sehat dan terawat giginya. ed: reiny dwinanda
Muna Sungkar
Berdomisili di Semarang, Jawa Tengah