REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Yulianingsih -- Kabar kepergian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke luar Jakarta pada 1 Mei sudah menjadi pembicaraan buruh. Mereka berharap Presiden berada di Jakarta pada Hari Buruh ini. Alasannya, puluhan ribu buruh akan berdemonstrasi di Istana Negara dan sejumlah lokasi lainnya guna menyampaikan tuntutan.
Para buruh tak kehilangan akal. Mereka berniat mencegat Presiden sebelum memasuki pesawat. Sebanyak 5.000 lebih buruh berencana melakukan aksi pengepungan dan pemboikotan aset-aset vital negara, yaitu Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Aksi itu untuk memperingati Hari Buruh Sedunia atau May Day pada Rabu (1/5).
Aksi 'pendudukan' bandara ini bukan isapan jempol. Ketua Umum Federasi Serikat Buruh Karya Utama (FSBKU) Koswara mengatakan, persiapan untuk aksi sudah direncanakan sejak dua bulan lalu. Bahkan, mereka sudah melakukan pra May Day atau sosialisasi kepada berbagai kawasan industri melalui selebaran maupun orasi sebanyak empat kali.
"Massa akan bergerak dari berbagai titik, dari Kabupaten (Tangerang) sekitar 3.000 orang. Akan bergabung dengan massa dari Kota Tangerang, total diperkirakan 5.000 orang dan akan bertambah," kata Koswara di Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (30/4). Sekitar 3.000 buruh bergerak dari titik pertama, yaitu di depan PT Ching Luh atau Polsek Cikupa, Kabupaten Tangerang.
Massa dari Kabupaten Tangerang itu akan mengendarai sepeda motor atau mobil menuju Kantor Pusat Pemerintahan (Puspem) Kota Tangerang. Sedangkan, titik kedua massa dari Kota Tangerang akan berkumpul di depan kawasan industri Jalan Mohammad Toha, Priuk, Kota Tangerang.
"Start dari Pemkot pukul 10.00, semua kendaraan roda dua dan lainnya disimpan di sana, lalu kami long march menuju sasaran utama pintu M1 bandara," ujar Koswara. Aksi di bandara ini juga bermaksud mencegat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang hendak meninggalkan Jakarta dpada Hari Buruh.
Namun, niat para buruh mencegat Presiden ini akan kandas. Alasannya, Presiden setiap melakukan kunjungan kerja dalam negeri selalu berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Termasuk kunjungan kerja Presiden pada Rabu (1/5) ini. Presiden akan bertolak menuju Surabaya, Jawa Timur.
Seolah menjadi tradisi, Presiden selalu memilih berada di luar Jakarta ketika Hari Buruh. Ini karena setiap peringatan Hari Buruh, di Jakarta selalu berlangsung unjuk rasa di Istana Negara dan sejumlah titik penting lainnya. Presiden memilih berkunjung ke kawasan industri di luar Jakarta ketika Hari Buruh tiba.
Pada Senin (29/4), Presiden sempat menerima sejumlah organisasi buruh. Kepada mereka, Presiden mengatakan tidak melarang aksi demonstrasi. Di negara demokrasi, semua pihak bebas menyampaikan pendapat, asalkan taat pada aturan dan berlangsung tertib. Presiden menyampaikan imbauan serupa pada acara Musrenbangnas pada Selasa (30/4).
Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) melalui Ketua Konfederasi Buruh Seluruh Indonesia (KSBI) Said Iqbal menegaskan, tidak ada politisasi dalam demo buruh kali ini. Perayaan Hari Buruh bukan pertama kali dilakukan sehingga masyarakat diimbau agar tidak khawatir. Sebanyak 600 ribu buruh akan mengikuti perayaan Hari Buruh di Jakarta, di antaranya, 80 ribu orang menuju Istana Negara.
Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno mengatakan, di lokasi unjuk rasa akan ditempatkan kepala Pengamanan Objek Vital yang berpangkat komisaris besar. Di Setiap objek juga ada anggota polda, TNI, atau pemerintah daerah. Putut menjelaskan, polisi akan terus berkoordinasi dengan para pemimpin buruh. Total personel polisi yang diturunkan mencapai 25 ribu orang.
Bagikan bunga
Di Yogyakarta, puluhan perempuan buruh gendong Pasar Beringharjo Yogyakarta membagikan setangkai bunga ke pengunjung pasar pada Selasa (30/4). Aksi bagi-bagi bunga ini dilakukan untuk memperingati May Day. Koordinator aksi yang juga Direktur Yayasan Annisa Swasti (Yashanti) Amin Muftiana mengatakan, aksi simpatik ini agar masyarakat tahu keberadaan buruh gendong perempuan yang perlu dihargai sebagai pekerja juga.
Melalui aksi ini, kata Amin, dia ingin mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian lebih terhadap nasib buruh gendong. Buruh gendong memiliki jam kerja hingga 24 jam, bahkan ada yang sampai tidur di pasar. Padahal, mereka adalah pekerja perempuan yang patut mendapat perlindungan layak seperti pekerja lainnya.
Jumlah buruh gendong di pasar tradisional di Yogyakarta pada lima tahun lalu mencapai 750 orang. Profesi ini biasanya turun-temurun. Salah seorang buruh gendong yang mengikuti kegiatan tersebut Sukiyem menyatakan, telah bekerja selama 40 tahun di Pasar Beringharjo dengan penghasilan rata-rata Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per hari. n c12/c91 ed: m ikhsan shiddieqy
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.