REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Mantan pemain Kriket Pakistan yang kini berprofesi sebagai politisi, Imran Khan, bersaing ketat dengan mantan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif, dalam Pemilu Pakistan yang digelar Sabtu (11/5). Berdasarkan hasil perhitungan sementara, sebagaimana dilaporkan televisi setempat yang dikutip Hindustan Times, hingga pukul 22.30 malam WIB, atau beberapa saat setelah pencoblosan ditutup, Imran Khan berada di posisi terdepan dari para pesaingnya.
Diberitakan, Imran Khan sementara mengumpulkan 50 kursi parlemen dari 272 kursi yang disediakan. Dengan pencapaian ini, bisa dipastikan partai yang dipimpin Nawaz Sharif, yakni Liga Muslim Pakistan (PML-N), akan kehilangan 15 kursi di Provinsi Punjab.
Popularitas Imran Khan sebagai pemain Kriket, membuat masyarakat sangat mengenalnya dengan baik. Karena itu, melalui partainya yakni Pakistan Tehreek-e-Insaaf (PTI), Imran yang ingin melakukan perubahan dan perbaikan terhadap negerinya, terjun ke politik dengan membawa misi perubahan. “Pada dasarnya, Anda sudah mencoba semua politisi dan partai yang ada. Saatnya melakukan perubahan bersama partai baru untuk memberantas korupsi,” kata Imran dalam kampanye, beberapa waktu lalu.
Pesan ini direspon baik oleh warga Pakistan yang tampak sudah jenuh dengan kondisi Pakistan yang terus dilanda konflik, hingga menggoyahkan ekonomi negeri itu. Sebanyka 85 juta pemilih diperkirakan memberikan suaranya pada pemilu 2013 ini.
Sementara itu, Nawaz Sharif, tetap optimistis dirinya akan memenangkan Pemilu Pakistan. Apalagi, dalam beberapa survei sebelum pemungutan suara, Sharif selalu unggul dari pesaingnya. Dan ia diprediksi akan memenangkan pemilu. “Insya Allah, kita akan memenangkan pemilu ini,” ujarnya seusai pencoblosan, kemarin.
Penyelenggaraan pemilu di Pakistan kali ini terbilang cukup genting. Sejak April hingga hari Jumat (10/5), tercatat sudah 130 orang meninggal dunia. Sebagian besar disebabkan oleh serangan anggota kelompok Taliban yang menolak penyelenggaraan pemilu di Pakistan. Kelompok yang disebut-sebut dekat dengan jaringan Alqaidah itu, diberitakan selalu meneror warga.
Bahkan, di distrik suku, Waiziristan Utara, kaum wanitanya dilarang ikut pemilu. Kawasan itu dikenal sebagai basis utama Taliban di Pakistan. Waziristan Utara merupakan satu dari tujuh kawasan semi-otonomi di perbatasan berbukit-bukit dengan Afghanistan. Tempat itu menjadi pertahanan Taliban dan militan terkait Alqaidah.
Para pria dari suku-suku diinformasikan lewat sejumlah pengeras suara di masjid pada awal Sabtu (11/5) bahwa tidak ada satu pun wanita yang akan diizinkan untuk meninggalkan rumah dan memberikan suaranya. Keterangan itu diperoleh AFP berdasar penuturan seorang warga lokal yang tinggal di Miranshah, kota utama di Waziristan Utama.
Komisi Pemilihan Umum Pakistan mengakui banyak kekurangan dalam pemilu ini. Sebab, di beberapa wilayah terpaksa harus diperpanjang pemungutan suara hingga dua-tiga jam, akibat kondisi dan situasi di Pakistan. n c20/ajeng rizki pitakasari ed: syahruddin el-fikri
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.