Senin 08 Jul 2013 06:35 WIB
Gempa Aceh

Jumlah Korban Gempa Aceh Terus Bertambah

Seorang regu penyelamat menyeberangi sungai saat mencari korban tanah longsor akibat gempa di Serempah, provinsi Aceh, Indonesia, Jumat (5/7).  (AP/Binsar Bakkara)
Seorang regu penyelamat menyeberangi sungai saat mencari korban tanah longsor akibat gempa di Serempah, provinsi Aceh, Indonesia, Jumat (5/7). (AP/Binsar Bakkara)

REPUBLIKA.CO.ID, KUTE PANANG - Jumlah korban dan kerusakan akibat gempa 6,2 SR di Aceh terus bertambah. Penyelamatan dan pencarian korban terus dilakukan dengan mengerahkan lebih dari 2.000 personel.

Hingga Ahad (7/7), tercatat 40 orang meninggal, 63 orang luka berat masih dirawat di rumah sakit, 2.362 orang rawat jalan, dan pengungsi mencapai 22.125 orang. “Kerusakan rumah mencapai 15.919 unit, sedangkan 623 unit bangunan fasilitas umum mengalami kerusakan,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Ahad.

Jumlah korban di Kabupaten Aceh Tengah terus bertambah karena dampak bencana di Aceh Tengah lebih parah dibandingkan di Kabupaten Bener Meriah. Di Aceh Tengah, 232 desa dari 352 desa yang ada terdampak langsung gempa. Adapun 31 orang meninggal dunia, empat orang masih dinyatakan hilang, dan 40 orang luka berat masih dirawat, yakni satu orang dirawat di RS Banda Aceh.

Kemudian, 19.870 orang yang mengungsi tersebar di 70 titik. Total rumah yang rusak ada 13.862 unit, yakni 5.516 rusak berat, 2.750 rusak sedang, dan 5.596 rusak ringan. Sedangkan, fasilitas umum (fasum) yang rusak ada 547 unit, seperti puskesmas, sekolah (TK, SD, SMP, SMA), masjid, mushala, dan kantor pemerintahan.

Di Kabupaten Bener Meriah sebanyak delapan desa dari 233 desa terdampak langsung oleh gempa. Adapun rumah rusak 2.057 unit, termasuk 662 rusak berat, 311 rusak sedang, dan 1.184 rusak ringan. Sedangkan, fasum yang rusak ada 76 unit. Selain itu, sembilan orang meninggal, 23 rang luka berat masih dirawat, termasuk lima orang dirawat di RS PMI Lhokseumawe dan tiga orang dirawat di RSU Banda Aceh. Dan, pengungsi terdapat 2.265 orang.

Pengungsi perlu memperoleh bantuan tenda dan selimut karena daerahnya pegunungan dan pada malam hari suhu mencapai 14 derajat Celcius. Bantuan untuk korban dan pengungsi terus berdatangan pada Sabtu (6/7) pukul 16.00 WIB berupa bantuan presiden sebanyak empat truk telah tiba di Kabupaten Bener Meriah dan BNPB mengirimkan lebih 40 ton bantuan logistik dan peralatan ke Aceh.

Selain itu, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dijadwalkan meninjau pusat gempa Aceh di Kabupaten Bener Meriah pada hari ke-11 sejak bencana gempa tersebut terjadi pada 28 Juni 2013. Informasi itu diunggah di akun jejaring sosial Twitter Presiden Yudhoyono, @SBYudhoyono, Ahad, bersama dengan foto Presiden yang mengenakan kemeja batik lengan panjang berwarna hijau gelap sedang mempelajari laporan gempa Aceh. “Presiden SBY pelajari laporan gempa Aceh. Pada 9 Juli 2013 beliau akan tinjau pusat bencana di Kab Bener Meriah, Aceh,” menurut informasi yang diunggah tim staf khusus Presiden.

Dari informasi Antara di Aceh, SBY dijadwalkan akan berdialog dengan korban gempa dan meninjau langsung lokasi bencana terparah di Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah.

Komandan Posko Terpadu Bencana Aceh Tengah dan Bener Meriah Kolonel Inf Hipdizah di Redelong menyatakan bahwa Kepala Negara pada hari Senin (8/7) bertolak dari Jakarta ke Bandara Malikussaleh, Kota Lhokseumawe, kemudian melanjutkan perjalanan ke Bener Meriah dengan helikopter.

Warga korban di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah berharap agar kedatangan Presiden SBY bisa memberi bantuan. Warga meminta pemerintah membantu rumah karena tempat tinggal mereka rusak parah akibat gempa bumi berkekuatan 6,2 SR. “Kami berharap kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bisa melihat langsung kondisi rumah warga yang rusak dan diharapkan bisa membantu,” kata Seriwadi, warga Desa Bah.

Hal yang sama juga dikemukakan Jauhari (35) dan Mastani (38), warga Desa Genting Bulen. Mereka sangat berharap agar pemerintah bisa membantu rumah dan pemberdayaan ekonomi. Rumah keduanya rusak parah sehingga tidak bisa ditempati lagi. “Selama ini kami tidur di tenda di depan rumah,” katanya. n fenny melisa/antara ed: muhammad hafil

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement