REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pekan lalu, sejumlah negara Eropa Barat mengecam Amerika Serikat (AS) karena memata-matai komunikasi warga dan pemimpin mereka. Tapi, pekan ini giliran Eropa yang harus siap menerima hujan kecaman dari berbagai pihak lantaran aktivitas mata-mata yang mereka lakukan.
Laporan terbaru the Guardian yang dibuat berdasarkan kesaksian mantan analis sistem pada Badan Keamanan Nasional AS (NSA) Edward Snowden menyebut, sejumlah negara Eropa Barat menjalin kerja sama dalam kegiatan spionase. “Selama lima tahun terakhir, Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol, Swedia, dan Belanda menyadap internet dan lalu lintas telepon,” tulis the Guardian, seperti dikutip Reuters, Ahad (3/11).
Dalam melakukan penyadapan, metode yang mereka lakukan mirip dengan NSA, yakni memanfaatkan kabel serat optik dan diam-diam bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi swasta. Lembaga yang memiliki peran utama dalam operasi bersama ini adalah Markas Besar Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ). Selama ini, GCHQ membujuk badan intelijen sejumlah negara Eropa untuk bekerja di bawah hukum nasional. Padahal, di Eropa badan intelijen di batasi gerak-geriknya.
Laporan ini berpotensi membuat malu para pemimpin Eropa, khususnya Kanselir Jerman Angele Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande yang belum lama ini mengecam keras operasi intelijen lintas negara yang dijalankan AS.
Tak hanya Merkel yang bersuara kencang. Rakyat dan para pejabat di koalisi pemerintahannya pun melontarkan kecaman yang sama. Sedangkan, Menteri Kehakiman Jerman Sabine Leutheusser Schnarrenberger juga mengingatkan Pemerintah Inggris. Hal ini karena GCHQ juga diketahui memiliki operasi penyadapan kabel serat optik transatlantik yang disebut Tempora Program. Sabine mengatakan, masyarakat bebas dan demokratis tak bisa berkembang jika negara melakukan tindakan rahasia.
Pada Jumat lalu, Jerman dan Brasil bahkan menyodorkan rancangan resolusi kepada Komite Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka menyeru diakhirinya pengawasan berlebihan, pengumpulan data dan invasi ilegal lainnya. Rancangan resolusi itu mengajak semua negara untuk melakukan perlindungan terhadap privasi yang dijamin oleh hukum internasional.
Brasil dan Jerman juga menyeru tindakan guna mengakhiri pelanggaran hak asasi dan membentuk mekanisme pengawasan nasional independen yang mampu menjamin transparansi dan tanggung jawab atas pengintaian negara terhadap komunikasi, pencegatan, dan pengumpulan data pribadi.
Munafik
Sebelumnya, Direktur Intelijen Nasional AS James Clapper saat memberi kesaksian di depan Kongres menyatakan, negara-negara Eropa yang marah terhadap operasi intelijen AS sebenarnya telah bersikap munafik.
Sementara, Juru Bicara Presiden Vladimir Putin Dmitry Peskov menyatakan bahwa Edward Snowden bebas melakukan pembicaraan dengan penyelidik Jerman. “Dia berstatus pengungsi sementara. Status itu tak membatasi geraknya di seluruh negeri atau berbicara dengan siap pun,” ujar Peskov, seperti dikutip Press TV, Sabtu (2/11).
Selain itu, lanjut Peskov, Snowden juga bisa melakukan perjalanan ke Jerman. Tapi, jika ingin kembali ke Rusia, ia harus mengajukan suaka lagi.
Sebelumnya, Snowden menyatakan, siap membantu penyelidik dari Kementerian Kehakiman Jerman dalam kasus penyadapan terhadap Kanselir Angela Merkel. Pada saat yang sama, Snowden dilaporkan mengirim surat terbuka kepada Merkel. Intinya, Snowden mengharapkan bantuan dunia internasional untuk mendesak AS agar mencabut tuntutan hukum terhadap dirinya. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.