REPUBLIKA.CO.ID, Satya Festiani dari Kuwait City, Kuwait
KUWAIT CITY -- Perang saudara di Suriah senantiasa menjadi perhatian sekaligus keprihatinan Indonesia. Karena itu, Indonesia secara konsisten memberi dukungan agar Suriah menemukan solusi politik, termasuk melalui konferensi perdamaian yang akan digelar di Jenewa, Swiss, pekan depan.
''Indonesia mendukung adanya perundingan Jenewa yang melibatkan pihak-pihak yang berkonflik,'' ujar Duta Besar Indonesia untuk Kuwait Ferry Adamhar saat menghadiri Konferensi Internasional Donor untuk Suriah di Istana Bayan, Kuwait, Rabu (15/1). Indonesia, lanjut dia, sangat berharap pihak-pihak yang terlibat konflik di Suriah menghentikan kekerasan dan duduk bersama mencari solusi.
Selain mendukung digelarnya konferensi Jenewa, Indonesia juga melakukan upaya konkret untuk meringankan penderitaan rakyat dan pengungsi Suriah. Hal itu setidaknya tecermin dari bantuan dana sebesar 500 ribu dolar AS diberikan Indonesia untuk Suriah.
Sumbangan ini diberikan melalui Konferensi Internasional Donor untuk Suriah. ''Indonesia akan terus berkomitmen untuk memberikan dukungan di masa depan,'' imbuh Ferry, seperti dilaporkan wartawan Republika Satya Festiani dari Kuwait.
Sementara, melalui konferensi ini pula Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berhasil menggalang dana sebesar 2,4 miliar dolar AS untuk Suriah. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, sumbangan yang berhasil dikumpulkan meningkat dari tahun lalu. Pada konferensi pertama yang digelar tahun lalu, terkumpul dana 1,5 miliar dolar AS. "Ini menunjukkan meningkatnya kebutuhan di Suriah," ujar Ban dalam jumpa pers seusai konferensi tersebut, Rabu petang.
Untuk tahun ini, PBB telah mengkalkulasikan bahwa Suriah membutuhkan bantuan dana sebesar 6,5 miliar dolar AS. Dana tersebut akan digunakan untuk memberikan pertolongan dalam hal pendidikan, makanan, dan air bersih bagi 9,3 juta rakyat Suriah atau hampir setengah dari jumlah populasi di Suriah.
Dari jumlah itu, sebanyak 6,5 juta di antaranya menjadi pengungsi di negaranya sendiri. Mereka tidak memiliki akses pada pelayanan publik. Banyak pula dari mereka yang disekap. Sementara, lebih dari dua juta penduduk Suriah menjadi pengungsi di negara-negara tetangga, seperti Lebanon, Yordania, Turki, Irak, dan Mesir.
Negara-negara yang menampung mereka pun butuh didanai. Kajian PBB menunjukkan, pengungsi telah menghambat perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut. Di Lebanon, misalnya, konflik tersebut telah membuat Produk Domestik Bruto (PDB) Lebanon turun tiga persen setiap tahunnya. Ditegaskan Ban, beban dari negara-negara yang menampung pengungsi tersebut harus dipikul bersama.
Ia berharap, Suriah dapat memulai solusi politik pada bulan depan. Melalui konferensi Jenewa II yang akan digelar pada 22 Januari 2014, pihak pemerintah dan oposisi Suriah diharapkan dapat duduk bersama mencari solusi.
"Saya harap, konferensi tersebut dapat berujung pada penyelesaian politik yang pada akhirnya dapat mengakhiri kekerasan," ujar dia.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Valerie Amos mengatakan, sumbangan yang diterima PBB dari negara-negara pendonor akan diberikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. n amri amrullah ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.