REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Konstitusi baru Mesir hampir pasti disetujui. Berdasarkan hasil penghitungan sementara, seperti dikutip Ahram, Kamis (16/1) siang waktu setempat, jumlah pemilih yang menyetujui konstitusi mencapai 98 persen atau sekitar 16,8 juta pemilih. Sementara, yang menolak hanya dua persen (336 ribu suara).
Data ini diambil dari 25 provinsi di Mesir. Dua provinsi lainnya, Sinai Utara dan Kairo, masih dalam penghitungan. "Suara yang menyetujui konstitusi mungkin lebih dari 95 persen," ujar Direktur Hubungan Masyarakat Kementerian Dalam Negeri Mayor Jenderal Abdel Fattah Othman kepada saluran televisi Al-Hayat.
Meski demikian, melihat data sementara tersebut, jumlah partisipasi pemilih terbilang rendah. Ahram mencatat, jumlah partisipan hanya 17,453 juta dari total 52 juta pemilik suara sah atau sekitar 33 persen. Angka partisipasi tertinggi sementara, yakni di Provinsi Gharbiya yang mencapai 51 persen.
Jumlah partisipasi pemilih ini tak jauh berbeda dengan referendum konstitusi pada 2012 di era kepemimpinan presiden terguling Muhammad Mursi. Ahram mencatat, jumlah pemilih 2014 lebih banyak sekitar satu juta suara dibandingkan 2012.
Rendahnya partisipan menunjukkan sikap rakyat Mesir yang masih terbelah. Sebelumnya, Ikhwanul Muslimin dan Aliansi Nasional yang mendukung Mursi telah memboikot referendum. Pelaksanaan referendum juga sempat ricuh pada hari pertama yang menyebabkan setidaknya 11 orang tewas. Sementara, pelaksanaan referendum pada hari kedua, Rabu (15/1), relatif berlajalan lancar.
Setelah pemungutan suara ditutup, Rabu malam, Ketua Komite Pemilihan Umum tertinggi Hakim Nabil Salib mengatakan, pemerintah baru mendapat laporan awal yang menunjukkan tingginya dukungan. Menurut Nabil, hasil akhir diharapkan akan diumumkan pada Jumat (17/1). "Jumlah pemilih mungkin lebih tinggi dibanding jajak pendapat terakhir," ujarnya.
Tingginya partisipasi pemilih sangat berharga bagi pemerintah sementara. Semakin tinggi jumlah partisipan maka kredibilitas konstitusi sekaligus pemerintah sementara yang menggulingkan Mursi kian diakui. Sebaliknya, bila rendah maka boikot Ikhwanul Muslimin berhasil.
Sebelumnya, Sherif Taher dari partai liberal, Partai Wafd, menilai, hal terpenting bukanlah seberapa besar warga yang mendukung konstitusi. Tapi, berapa banyak jumlah pemilih yang ambil bagian dalam referendum.
“Sebagai contoh, bila angka partisipan tidak mencapai 30 persen, ini berarti publik lebih kurangnya telah menolak konstitusi. Tapi, beda jika tingkat pemilih mencapai 60 atau 70 persen. Hal itu meningkatkan kredibilitas konstitusi.”
Di sejumlah TPS, pemilih perempuan propemerintah terlihat menari-nari. Banyak dari mereka mengatakan, referendum konstitusi akan membawa Mursi dan Ikhwanul Muslimin seperti zaman dulu. "Konstitusi ini adalah paku bagi peti mati Ikhwanul Muslimin," ujar Badiea Mansour, salah seorang warga Mesir.
Sejumlah koran-koran propemerintah juga mengklaim jumlah pemilih lebih besar. Mereka mengatakan, ini merupakan kekalahan bagi Mursi dan Ikhwanul Muslimin.
Sebuah aliansi yang dipimpin Ikhwanul Muslimin menuduh pihak berwenang melakukan kecurangan. "Apa yang terjadi merupakan sebuah pemalsuan yang sistematis selama dua hari, ini menambah kejahatan kudeta."
Memuluskan Sisi
Sejumlah media-media asing menilai, disetujuinya konstitusi ini akan semakin melanggengkan jalan bagi Jenderal Abdul Fattah al-Sissi untuk merebut kursi nomor satu Mesir.
Pemilihan presiden diproyeksikan digelar pada pertengahan tahun ini. Sisi merupakan salah satu tokoh penting dibalik kudeta Mursi, Juli 2013. Meski belum menyatakan secara tegas, belakangan menteri pertahanan itu menyiratkan keinginannya untuk maju. Sejumlah analis melihat, konstitusi baru memberikan keuntungan besar buat militer. n gita amanda ed: teguh firmansyah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.