Sudah dua pekan ini Triyano kurang tidur. Hampir saban hari pria berumur 50 tahun hari itu ronda malam. Tapi, bukan untuk menjaga keamanan kampungnya di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah (Jateng). Ia meronda sambil menunggu rembesan sumber mata air keluar.
Triyono tak sendirian melakukan pekerjaan ini. Ia bersama puluhan, bahkan ratusan orang kawasan lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu mencari air. Warga berbondong-bondong membawa jeriken diisi air dari bak penampung. Itu lantaran sumber mata air Tuk Babon juga menurun drastis pada musim kemarau ini.
Ronda memburu air untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti ini merupakan pekerjaan rutin kaum laki-laki setiap memasuki musim kemarau. "Sebab, kalau pagi, siang, dan sore hari antre banyak. Tak hanya laki-laki, kaum perempuan dan anak-anak, sama," kata Triyono, Kamis (25/9).
"Ya, terpaksa harus antre panjang. Bila perlu, begadang sampai malam. Kalau tidak begitu, tidak bakal mendapatkan air," ujar Marzuki, Kepala Desa Samiran, Kecamatan Selo.
Warga mengandalkan sumber mata air Tuk Babon untuk memenuhi kebutuhan air baku. Selain itu, juga ada sumber Tuk Muncar. Keduanya berada di bawah kaki Gunung Merapi sisi Utara. Kedua sumber air tersebut dalam musim kemarau seperti saat ini, "pelit" mengeluarkan air.
Sumber mata air kawasan lereng Gunung Merapi yang lain sudah dalam kondisi rusak. Sebagian sudah hilang karena teruruk erupsi Merapi 2010 silam. Banjir lahar dingin pascaerupsi juga membuat sumber air rusak tertutup pasir.
Masyarakat Desa Mojo, Kecamatan Andong, juga kesulitan mendapatkan air. Sejumlah warga pun terpaksa menumpang mandi ke desa tetangga sejak sepekan lalu. "Kami saling membantu seperti itu sudah biasa. Kalau tidak bisa nyuntik sumur, ya numpang mandi dulu," kata Sri Sayuni (47 tahun), warga Jaten, Desa Mojo, Kecamatan Andong, Boyolali.
Selain itu, Wali Kota Bandar Lampung mendistribusikan 10 tangki air bersih sejak awal September 2014. Upaya ini demi membantu keperluan air masyarakat yang mengalami kekeringan. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Eddy Haryanto melaporkan, distribusi tangki dilakukan melalui BPBD Bandar Lampung. Hingga saat ini, Kota Bandar Lampung memang sedang kesulitan air akibat kekeringan yang melanda.
rep:edy setiyoko ed: fitriyan zamzami