Hari Jumat, 29 Mei 2014, pukul 10.00 WIB, seorang yang tidak dikenal mendatangi rumah saya di daerah Cibiru, Bandung. Di rumah hanya tinggal bibi yang biasa membantu. Kebetulan saya sedang membantu ayah jualan soto.
Selang beberapa menit datanglah pelaku kejahatan yang seakan mengenal keluarga kami. Modusnya si pelaku berpura-pura kenal dengan salah satu keluarga, sempat menanyakan keberadaan ayah dengan berpura-pura menelepon ayah di depan rumah. Bibi yang sedang beres-beres depan rumah ditanya oleh pelaku itu apakah T ada di rumah. “T dan Bapak sedang tidak ada di rumah, ada di warung soto!” jawab bibi. “Lama gak yah Bi T di warungnya?” si pelaku kembali bertanya. Ia mengetahui nama kakak saya yang berinisial T. Kemudian, mengaku disuruh ayah saya mengambil laptop yang ada di tas hitam.
Dengan polosnya si bibi mengambil laptop yang berada di dalam tas hitam seakan telah terhipnotis.
Setelah kejadian, bibi yang beres-beres tadi merasa kaget dan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Seandainya yang tadi itu benar disuruh mengambil laptop, ya alhamdulillah. Coba kalau bukan orang yang disuruh ngambil laptop, pasti saya akan dimarahi.
Beruntung sehari sebelum kejadian adik saya yang perempuan memainkan tas hitam itu dan sempat memasukkan laptop mainannya yang biasanya dipakai untuk membungkus laptop sungguhan. Jadi, bukan laptop sungguhan yang berhasil penipu itu dapatkan, melainkan hanya laptop mainan milik adik saya. Walaupun mainan tapi harganya mencapai Rp 500 ribu.
Kejadian ini hendaknya dapat dijadikan pengalaman untuk kita semua bahwa hidup di Kota Bandung berbeda dengan di pedesaan. Hati-hatilah dengan orang yang tidak dikenal tiba-tiba menanyakan suatu hal, bahkan meminta sesuatu yang berharga.
Kefi Fadhilah
Bandung, Jawa Barat