Senin 06 Jul 2015 17:00 WIB

Islam Nusantara

Red:

Di tengah solidaritas umat Islam dan mulai tampaknya ukhuwah Islamiyah antara Muslim Indonesia dan Muslim Rohingya serta Muslim Amerika dengan Muslim Uighur, gagasan "Islam nusantara" tampil dengan narasi yang mengundang tanda tanya.

Pertama, apakah yang dimaksud nusantara itu Indonesia saja? Padahal, realitas nusantara di masa lalu tidak hanya mencakup wilayah Indonesia saat ini, tetapi juga meliputi negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.

Kedua, konsep Islam nusantara dibangun di atas suatu pemikiran yang menempatkan Islam sebagai pihak subordinat, sementara nusantara berada di atasnya. Mengapa bisa demikian? Padahal, nusantara adalah objek atau realitas yang harus dihukumi oleh Islam, bukan sebaliknya.

Ketiga, gagasan Islam nusantara hadir dan menuduh gagasan Islam kafah sebagai gagasan ekstrem dan ahistoris. Maksudnya? Padahal, gagasan Islam kafah pernah menyentuh sendi-sendi kehidupan masyarakat nusantara.

Sebaliknya, gagasan Islam nusantara yang dilontarkan justru menerima demokrasi, pluralisme, dan liberalisme yang lahir dan besar di Barat yang notabene memiliki sejarah penjajahan di bumi nusantara. Oleh karenanya, muncul pertanyaan baru.

Apakah lahirnya konsep Islam nusantara ini merupakan bentuk arogansi baru? Atau justru reaksi dari pihak-pihak yang tidak senang dengan gelombang kebangkitan dan kerinduan umat terhadap Islam? Ingatlah, kita adalah umat Rasulullah Muhammad SAW.

Ermalinda Zebua

Ibu rumah tangga/mahasiswi magister Agribisnis UPN Yogyakarta

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement