Rabu 11 Jun 2014 13:00 WIB

Rakyat Brasil yang Kehilangan Gairah

Red:

Piala Dunia 2014 akan resmi dibuka pada Kamis (12/6) di Kota Sao Paolo, Brasil. Warga Samba selaku tuan rumah seharusnya merasa gembira akan kedatangan pesta sepak bola ini. Namun, banyaknya aksi demonstrasi penolakan Piala Dunia seolah mengurangi kegairahan masyarakat menyambut ajang empat tahunan tersebut.

Kurangnya antusiasme tampak jelas di pinggir jalan, alun-alun, dan tempat ramai seperti kafe. Sudut kota yang biasanya dipenuhi warna kuning dan hijau pada setiap perhelatan Piala Dunia, tahun ini seolah menjadi pengecualian.

"Orang-orang merasa 'jijik', tidak ada yang ingin menghabiskan uang untuk sesuatu yang terkait dengan pemborosan dan korupsi." ujar salah seorang warga Brasil bernama Mariana Faria, seperti dikutip Reuters, Selasa (10/6).

Pemilik toko perlengkapan pesta di Rio de Janeiro ini mengatakan, penjualannya mengalami penurunan sebesar 40 persen dibandingkan empat tahun lalu pada saat Piala Dunia diselenggarakan di Afrika Selatan.

Dilansir situs VOA, survei dari Pew Research Center menunjukkan, menjelang pembukaan Piala Dunia, 72 persen warga Brasil merasa tidak puas dengan keadaan di negaranya. Angka ketidakpuasan ini meningkat sebanyak 17 persen dibandingkan survei setahun lalu.

Perusahaan survei yang berbasis di Washington ini juga mencatat sebanyak 61 persen dari responden tidak setuju Brasil menjadi tuan rumah Piala Dunia. Banyaknya aksi unjuk rasa yang berlangsung di beberapa kota besar di Brasil sejak 2013 lalu semakin menegaskan kebenaran survei yang dilakukan.

Warga Brasil sebagian besar mengusung pengecaman terkait pengeluaran besar pemerintah untuk persiapan Piala Dunia 2014 yang dikabarkan mencapai 11 miliar dolar AS (Rp 129,9 triliun).

Alokasi anggaran yang sangat besar tersebut menimbulkan krisis dalam negeri. Salah satu akibatnya tarif transportasi umum, seperti bus dan kereta api, mengalami kenaikan sebesar 20 persen.

Akibat lain yang ditimbulkan dari masalah ini adalah meningkatnya inflasi, kemacetan di perkotaan, dan lonjakan angka kejahatan.

Untuk kebanyakan rakyat Brasil, Piala Dunia melambangkan kesenjangan antara janji pemimpin dan apa yang mereka hasilkan. Perbaikan sekolah dan rumah sakit yang dijanjikan pemerintah sebelum memenangkan hak sebagai tuan rumah Piala Dunia, gagal terlaksana. Ini karena pengalokasian dana yang besar untuk penyelenggaraan ajang tersebut.

Persiapan Piala Dunia yang dilakukan Federasi Sepak Bola dan Pemerintah Brasil pun terhitung lambat. Adanya dugaan kasus korupsi yang mengakibatkan naiknya biaya pembuatan stadion, membuat proyek-proyek yang ditargetkan tepat waktu menjadi sedikit mundur. Tak terkecuali kursi-kursi yang masih belum terpasang di stadion tempat acara pembukaan berlangsung.

Presiden Brasil, Dilma Rousseff, mendorong rakyat Brasil untuk mengesampingkan rasa frustrasinya dan ia mengajak seluruh masyarakat menyambut lebih dari 800.000 pendukung negara lain dengan damai.

rep:c79 ed: abdullah sammy

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement