oleh:Endro Yuwanto -- Awalnya ada penolakan bahkan protes keras dari sebagian warga Brasil terhadap perhelatan Piala Dunia 2014 di negaranya. Sepekan sebelum pembukaan Piala Dunia 2014, gelaran empat tahunan ini seperti tanpa 'gereget' lantaran warga Brasil terkesan adem ayem dalam menyambutnya. Seakan Piala Dunia tidak sedang berlangsung di Brasil.
Tapi, ketika wasit asal Jepang Yuichi Nishimura membunyikan peluit panjangnya di laga perdana Brasil kontra Kroasia, di Arena Corinthians Sao Paolo, 12 Juni, warga Brasil kembali ke habitatnya. Kemenangan 3-1 Neymar dan rekan-rekannya atas Kroasia seakan membangkitkan kembali animo warga Brasil untuk mendukung skuat Samba mengejar trofi keenamnya di Piala Dunia.
Sejak lama Brasil dikenal sebagai negerinya sepak bola. Bahkan, ada pepatah yang tersebar dari mulut orang-orang Brasil yang kerap didengungkan kepada orang asing yang berkunjung ke negeri di Amerika Latin itu, "Sepak bola boleh lahir dari mana saja, tapi seni dan keindahan sepak bola lahir di negeri Samba."
Setelah kemenangan atas Kroasia, bendera Brasil berkibar hampir di setiap rumah, apartemen, dan gedung-gedung lainnya. Jalan-jalan juga dicat dengan bendera Brasil. Hampir setiap mobil juga berhias bendera Brasil. Umbul-umbul bendera Brasil juga betebaran di mana-mana, mulai dari gang-gang sempit hingga pusat perbelanjaan yang wah. Warna hijau dan kuning bendera Brasil seakan menyelimuti kota Sao Paolo. Tiupan terompet pun seperti tiada henti menambah kemeriahan suasana.
Atmosfer seperti ini bak membalikkan 180 derajat situasi yang terjadi di awal-awal pekan sebelum pembukaan Piala Dunia kala sebagian warga menolak gelaran sepak bola empat tahunan yang menyedot dana triliunan rupiah itu. Antusiasme warga Brasil kian terasa menguat menjelang laga Brasil kontra Meksiko di Fortaleza, Selasa (17/6). Meski berjarak hampir 500 kilometer dari Fortaleza, warga di Sao Paolo tak kehilangan semangat untuk mendukung skuat Samba.
Pemerintah di Sao Paolo bahkan memfasilitasi warganya untuk mendukung tim nasional Brasil. Jam pulang kerja yang seharusnya pukul 17.00 dimajukan menjadi pukul 14.00 agar para pekerja baik negeri maupun swasta bisa menonton pertandingan Brasil versus Meksiko pada pukul 16.00. Tak heran bila jalan-jalan utama sekitar pukul 14.00 hingga 16.00 padat. Stasiun kereta api bawah tanah (subway) yang biasanya tak ramai pada jam itu juga terlihat membludak. Ribuan penumpang antre untuk naik subway yang selalu penuh saat melintas.
Toko-toko, restoran, dan pusat perbelanjaan di pusat kota di area Se', Republica, Anhangabau, dan Liberdade, juga tak mau kalah. Sebelum pukul 15.00 rata-rata sudah tutup. Padahal, tempat-tempat usaha itu biasanya buka hingga malam. Ribuan orang lalu lalang dengan mengenakan jersey tim nasional Brasil sambil berceloteh tentang Neymar dan rekan-rekannya. Jalanan Kota Sao Paolo pun bernuansa kuning hijau.
Keramaian para suporter tuan rumah akhirnya bermuara di Anhangbau, lokasi FIFA Fanfest, yang menggelar acara nonton bareng melalui layar raksasa. Ribuan suporter Brasil yang rata-rata anak muda tumpah ruah di sini. Terompet berbunyi sahut-sahutan, sesekali terdengar suara ledakan petasan. "Piala Dunia akan tetap berjalan. Kami sangat bersemangat. Semua orang akan terjangkit suasana Piala Dunia. Biarlah segala persoalan dan protes menjadi urusan orang tua," seru Fafa (18 tahun), seorang gadis yang mengenakan jersey dan topi bendera Brasil yang datang ke Fanfest bersama kekasihnya.
Tapi, ternyata tak hanya anak-anak muda Brasil yang larut dalam suasana. Para orang tua dengan cara yang berbeda juga bersemangat mendukung tim nasionalnya. Puluhan bus listrik (onibus) terlihat berjajar di depan jalan beberapa terminal subway. Sopir bus yang rata rata pria dewasa tidak sedang melakukan aksi protes. Mereka memilih memarkir busnya demi menonton Brasil versus Meksiko di televisi dalam terminal. Jalanan Sao Paolo pun terlihat lengang selama berlangsungnya pertandingan itu.
Di rumah-rumah di Sao Paolo, para orang tua yang hari itu pulang kerja lebih cepat dari biasanya juga terlihat asyik di depan layar kaca untuk menyaksikan skuat Samba berlaga. Sejumlah warga bahkan mengadakan nonton bareng sekaligus pesta barbekyu di depan rumahnya.
Meski skor akhir antara Brasil kontra Meksiko 0-0 dan Brasil masih harus menunggu satu laga lagi melawan Kamerun untuk lolos dari fase grup, tak ada kekecewaan di wajah mereka. Warga Brasil seakan sudah kembali ke habitatnya. "Sekarang kami mulai merasakan lagi demam Piala Dunia," kata Juliano (55), warga Diadema.