oleh:Andi Muhammad Ikhbal/Muhammad Iqbal/Friska Yolandha/Antara--Mayoritas utang luar negri Indonesia berdenominasi dolar AS
JAKARTA - Tinggi utang luar negeri Indonesia juga menjadi sorotan pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan berkompetisi di Pilpres 2014 mendatang. Masing-masing pasangan memiliki ide atau visi tentang bagaimana mengatasi beban utang negara ini. “Ekspor harus tingkatkan kalau ingin bayar utang luar negeri itu,” kata cawapres dari PDIP, Jusuf Kalla (JK), kepada Republika, Ahad (25/5).
Menurut JK, peningkatan volume ekspor menjadi agenda utamanya bersama capres Joko Widodo (Jokowi). Lewat peningkatan ekspor, JK meyakini, beban utang luar negeri Indonesia bisa teratasi dalam lima tahun ke depan. JK mengatakan, perlu memperkuat perusahaan agar dapat meningkatkan produk ekspornya.
Dia menambahkan, pemerintah harus mendorong atau membangun industri-industri nasional dalam sektor manufakturing. Industri nasional, lanjut JK, kemudian memunculkan produk ekspor di mana penghasilannya nanti dapat dipakai untuk membiayai pembayaran utang. Menurut JK, langkah yang diambil sejauh ini hanya menarik pinjaman baru dan penerbitan surat berharga negara (SBN) dalam jumlah besar.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Anshari Bukhari, enam di antara sembilan industri dalam negeri neracanya defisit, yaitu impor lebih besar dibandingkan ekspor. Menurut data Kemenperin, sebanyak 64 persen industri di dalam negeri masih tergantung pada bahan baku dan penolong, serta barang modal dari impor untuk mendukung proses produksi. "Industri yang banyak impor (bahan baku, penolong, dan barang modal) itu ada pada sembilan kelompok," kata Anshari, Ahad (25/5).
Sembilan kelompok itu adalah industri permesinan dan logam, otomotif, elektronika, kimia dasar, makanan dan minuman, pakan ternak, tekstil dan produk tekstil (TPT), barang kimia lainnya, serta pulp dan kertas. Total impor bahan baku dan bahan penolong dari 64 persen industri nasional itu mencapai sekitar 67,9 persen, impor barang modalnya mencapai 24,6 persen, dan impor barang konsumsinya 7,5 persen.
Sementara bagi pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, pengentasan utang luar negeri tercantum dalam visi-misi di bidang ekonomi. Beberapa kebijakan yang akan diambil pasangan ini jika terpilih antara lain dengan cara mengurangi pinjaman luar negeri baru oleh pemerintah, baik multilateral maupun bilateral, dengan target menjadi nol pada 2019. Selain itu, pemerintah harus mengelola utang (surat berharga negara) dengan cermat dan bijak, serta memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.
Bank Indonesia mencatat, utang luar negeri Indonesia hingga Maret 2014 mencapai 276,5 miliar dolar AS. Jumlah ini naik dibandingkan bulan sebelumnya, sebesar 272,35 miliar dolar AS. Sebagian besar utang tersebut berasal dari swasta, yaitu senilai 145,98 miliar dolar AS atau sekitar 52 persen dari total utang luar negeri. Sisanya berasal dari pemerintah dan bank sentral.
Mayoritas utang luar negeri Indonesia berdenominasi dolar AS, yaitu 191,1 miliar dolar AS. Sisanya berdenominasi rupiah dan yen Jepang. Negara pemberi utang terbesar di antaranya Singapura, AS, dan Jepang.ed: andri saubani