Apa warisan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada TNI?
Kalau melihat alutsista (alat utama sistem persenjataan) luar biasa positif. Pasalnya, (alustista) yang dulu tidak ada sekarang menjadi ada. Namun, SBY memulai perbaikan (pembenahan) alustista tahun 2010 terbilang telat. Pasalnya, jika dilakukan diawal kepemimpinannya, akan jauh lebih berbeda. Meski telat, itu tetap positif dan bagus untuk didorong lebih baik lagi di masa mendatang. Di mana, Jokowi-JK harus membuat warna baru.
Dalam hal kesejahteraan prajurit TNI?
Baik, meski belum ideal. Pasalnya, anggaran ideal prajurit yang memadai sekitar Rp 8,5 juta. Sehingga, prajurit tidak akan mencari sampingan dan fokus pada pertahanan. Saat ini, gaji Rp 3,2 juta untuk prajurit itu masih kurang meskipun adanya insentif dari remunerasi.
Ada catatan khusus lainnya?
Untuk alutsista, sangat disayangkan perencanaan kurang baik. Meski mempunyai Komite dan UU yang mengurusi alutsista, pembeliannya (terlihat) masih serabutan. Berbeda dengan Brasil. Mereka membeli dengan mahal akan tetapi orientasinya transfer teknologi. Jadi, ke depan, seharusnya pembelian mengarah pada transfer teknologi, jangan hanya sekadar ada.
Kedua, menyangkut TNI masih berupaya kembali berpolitik praktis. Ini warisan yang belum selesai oleh SBY. Tentara tidak boleh ditarik ke politik, namun pilpres kemarin ada upaya tarik-menarik TNI ke politik praktis. Ketiga, RUU Komponen Cadangan itu belum beres, padahal harusnya itu selesai.
Dengan kata lain, kondisi pertahanan kita belum ideal?
Belum ideal. Gampang saja, contoh untuk mengamankan laut minimal harus ada 500 kapal Republik Indonesia (KRI) yang mengawasi dengan persenjataan penuh. Kita harus punya 50 skuadron aktif untuk AU, 5.000 unit tank untuk pengamanan perbatasan. Itu indikator agar bisa memadai.
Kedua, anggaran pertahanan terjadi peningkatan menjadi Rp 95 triliun. Namun, anggaran yang memadai bagi pertahanan yaitu Rp 150 triliun-Rp 250 triliun. n c75 ed: stevy maradona