Kamis 04 Jun 2015 13:00 WIB

Asnawi Bahar, Ketua Umum ASITA: Kami Menunggu Pemerintah

Red:

Apakah sudah terlihat perbedaan signifikan untuk perjalanan wisata ke Korsel terkait MERS?

Sebentar lagi low season menjelang Ramadhan. Angka masih tergolong normal dan sejak satu-dua pekan terakhir belum terasa perubahan signifikan meskipun memang banyak pertanyaan, baik dari pengguna maupun lainnya. Penurunan pasti ada dalam pekan-pekan ke depan karena ke Korsel itu animonya sangat tinggi dan favorit, termasuk dari Korsel ke Indonesia. 

Apa yang saat ini sedang diupayakan?

Saat ini, kami dari asosiasi sedang berkoordinasi lintas sektoral dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pariwisata, dan Kementerian Kesehatan. Sebab, ini masalah yang tidak bisa diselesaikan satu pihak. Koordinasi ini untuk mencegah agar kita tidak terkena dampak-dampak buruk.

Kita khawatir tidak hanya pada mereka yang berangkat, tapi juga yang tiba di sini. Apa yang sudah dilakukan di sana? Apakah sudah divaksin? Bagaimana pengamanan di sini? Makanya kita komunikasikan, apa langkah yang seharusnya diambil dan upaya antisipasi. Kita juga sedang mengecek beragam informasi sehingga bisa mengambil langkah tepat.

Apa saran untuk pemerintah?

Kami menyarankan agar kita segera bertindak agar tidak terkena dampak. Perlu langkah cepat, mencermati, mengambil kebijakan sehingga kita dari asosiasi bisa mengikuti kebijakan pemerintah. Karena kita harus berjalan beriringan, kita mengikuti anjuran pemerintah. Yang menjadi fokus adalah meminimalkan dampak.

Karena kita tahu, laju perpindahan manusia ini sangat pesat dan sulit dicegah sehingga akan berdampak besar. Kalau tidak koordinasi, akan rumit mengatasinya.

Jadi, belum ada kebijakan yang akan diterapkan?

Kita baru sampai pada tahap koordinasi dan rapat-rapat karena kita tidak bisa sembarang mengambil sikap. Kami kan hanya pelaku usaha sehingga kami menunggu kebijakan dari pemerintah untuk diikuti.

Bagaimana dampak pemberitaan MERS di Korsel ada warga Indonesia?

Isu kesehatan ini sangat sensitif, ya. Jujur, ini sangat bahaya bagi industri pariwisata. Kita tak bisa gegabah mengambil sikap atau pernyataan karena dampaknya bisa politis juga. Maka, kami mengimbau pemerintah segera ambil langkah seperlunya untuk kami bisa ikuti.

Selanjutnya, kami bisa memperingatkan masyarakat dan pihak terkait, termasuk pada kebijakan menerima turis dari sana. Biasanya turis Korsel itu datang ke Bali, Batam, dan Jakarta. Dengan adanya kebijakan, semua bisa diantisipasi segera.

Berapa jumlah pelancong Indonesia ke Korsel per tahun?

Jumlahnya bisa mencapai 500 ribuan, rata-rata 200 ribu-300 ribu per tahun. Tapi, untuk tahun ini angkanya belum pasti karena masih bulan Mei. Oleh Lida Puspaningtyas ed: Ferry Kisihandi

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement