Sejumlah pihak menilai pemerintah lambat terkait tragedi Mina. Bagaimana tanggapan Anda?
Ada proses yang mau tidak mau harus kami tempuh dan ini memerlukan waktu yang tidak bisa cepat. Apalagi, ini semua dilakukan di negara orang, yang tentu kami tidak leluasa untuk melakukan hal-hal tertentu. Sehingga, kami merasa perlu menyampaikan prosesnya kepada publik di Tanah Air, khususnya keluarga korban.
Kepada keluarga korban, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mohon kesabaran bahwa kami di sini bekerja 24 jam dan terus berupaya semaksimal dan seoptimal mungkin sehingga pada akhirnya bisa mengungkap seluruh korban yang merupakan warga negara Indonesia, khususnya jamaah haji Indonesia 2015.
Sampai kapan pencarian jamaah yang belum ditemukan mengingat sekarang sudah fase pemulangan?
Tentu, terus-menerus akan kami lakukan mengingat masih ada 82 jamaah yang belum kembali ke pemondokan. Kami akan terus lakukan upaya-upaya walaupun misalnya sudah melampaui tanggal 26 Oktober, tanggal terakhir kloter kita meninggalkan Tanah Suci menuju Tanah Air. Kalau masih ada yang belum dilakukan, kami akan teruskan upaya pencarian itu menjadi tanggung jawab kami.
Perlakuan Arab Saudi terhadap negara lain dalam proses identifikasi ini sama dengan Indonesia?
Saya tidak tahu negara lain melakukan verifikasi, identifikasi, tapi yang kami lakukan seperti ini. Sampai saat ini dengan segala keterbatasan kami Pemerintah Indonesia berterima kasih kepada Pemerintah Arab Saudi terkait pemberian sejumlah akses meski kami merasa mungkin akan lebih baik kalau lebih baik. Tapi, kami memaklumi prosesnya tidak bisa secepat yang diharapkan.
Tentang negara-negara lain, kami terima informasi ada 25 negara yang menjadi korban peristiwa Mina ini. Silakan saja karena kami tahu cara mereka melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap korban. Yang kami lakukan adalah dengan penuh kehati-hatian dan penuh kecermatan sehingga semua yang kita umumkan bisa dipertanggungjawabkan.
Apakah ada upaya dari Pemerintah Indonesia agar Saudi mempercepat identifikasi?
Kontak dan komunikasi, hubungan diplomasi terus dibangun, apalagi dengan peristiwa Mina ini. Kami baru saja membuat nota diplomatik untuk bagaimana tim medis kita, para dokter kita untuk bisa ikut langsung melihat jasad ketika pertama kali dibuka dari kontainer. Ini untuk percepat proses. Tidak perlu tunggu fotonya lagi, tidak perlu lagi melihat file yang ada pada setiap foto. Sehingga, kita bisa langsung mengenali melalui fisik jasad para jenazah dengan cara seperti itu proses identifikasi bisa lebih cepat.
Apa pelajaran yang bisa diambil dari kejadian Mina?
Banyak hal kita pelajari dan harus mengambil pelajaran. Tapi, waktunya bukan sekarang. Sekarang, Pemerintah Indonesia difokuskan untuk mencari sejumlah jamaah yang belum kembali. Kedua, mengenali dan memverifikasi korban-korban yang ada. Itu fokus kami sekarang. Oleh Ratna Puspita ed: Fitriyan Zamzami