Virus zika dikhawatirkan masuk ke Indonesia, seperti dulu MERS dan flu burung. Bagaimana menurut Anda upaya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejauh ini mengantisipasi zika?
Mereka (Kemenkes) kan sudah mulai melakukan investigasi terkait virus ini. Kemarin, Bu Menteri (Nila F Moeloek) sudah menyatakan itu. Ya, baik menurut saya.
Kemudian, disambut juga oleh Komisi IX. Kami juga berencana untuk melakukan kunjungan kerja ke daerah-daerah yang diinfokan sekarang ini lagi dilanda DBD. Rencananya, pekan depan. Baru itu yang kami lakukan karena kami menunggu hasil investigasi Kemenkes.
Jangan sampai nanti dari wabah itu (DBD) justru timbul virus zika. Jadi, kita belum tahu sejauh mana virus zika penetrasinya ke seluruh Indonesia.
Sejauh ini, persebaran virus zika cukup pesat di kawasan Amerika, perlukah kedatangan internasional di bandara-bandara Tanah Air diperketat?
Tentu. Makanya kan Kemenkes melakukan investigasi. Bukan berarti virusnya harus di sini. Itu pertama terkait bagaimana orang-orang yang terpapar dari sana (luar negeri), misalnya. Kemudian, harus juga diperiksa di bandara. Itu juga bagian dari investigasi. Komisi IX mendorong agar pemerintah segera tanggap dengan kondisi ini.
Tapi, DBD sudah mewabah di sejumlah daerah di Indonesia. Padahal, spesies nyamuk pembawa DBD tak beda dengan vektor virus Zika?
Nah, tak kalah penting juga, DBD ini kan dari dulu sudah selalu mewabah di Indonesia. Harusnya kan ini (virus zika) bisa diantisipasi. Jadi tak lagi setiap kali mewabah baru kita kelabakan. Ini promosi preventifnya harus jalan.
Kemenkes harus bekerja sama lintas kementerian. Misalnya, dengan Kementerian Lingkungan Hidup, terkait masalah analisis dampak lingkungan yang membuat satu wilayah banyak tergenang air. Dari situ kan bisa mengakibatkan mudah berkembang biaknya nyamuk. Oleh Hasanul Rizqa, ed: Ferry Kisihandi