JAKARTA -- Dua pasangan calon yang maju dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 diperkirakan akan bersaing ketat di tujuh provinsi daerah pemilihan. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyatakan, pemenang Pilpres 2014 adalah pasangan yang menguasai tujuh provinsi tersebut. alasannya, ketujuh provinsi itu merupakan daerah strategis yang menguasai sebagian besar suara pemilih. Ketujuh provinsi itu adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Utara.
Peneliti LSI Rully Akbar mengatakan, provinsi-provinsi strategis itu akan menjadi the real battle field bagi pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
“Polpulasi di tujuh provinsi tersebut mencapai 70 persen dari total pemilih nasional. Siapa pun yang menguasainya akan memenangkan Pilpres 2014,” kata Rully Akbar di Jakarta, Rabu (4/6).
Menurut Rully, dari hasil survei yang dilakukan LSI pada awal Mei 2014, pasangan Prabowo-Hatta unggul di dua wilayah strategis, yakni Banten dan DKI Jakarta. Adapun pasangan Jokowi-JK menguasai lima wilayah sisanya. “Jokowi-JK sementara unggul di Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, dan Sulawesi Selatan,” ujar Rully.
Berdasarkan hasil survei LSI, di Jawa Barat, pasangan Jokowi-JK memperoleh dukungan sebanyak 39,06 persen, sementara Prabowo-Hatta hanya memperoleh 29,96 persen. Di DKI Jakarta, pasangan Prabowo-Hatta unggul karena memperoleh dukungan 35 persen atau lebih besar dibandingkan Jokowi-JK yang mendapat 30,66 persen dukungan.
Survei dilakukan dengan metode mutistage random sampling dilengkapi dengan riset kualitatif melalui focus group discussion, in dept interview, dan media analisis. Survei juga dilakukan pada 2.400 responden dengan margin error dua persen dan metode wawancara tatap muka di 33 provinsi.
Ketua Populi Center Nico Harjanto menyatakan, berdasarkan survei Populi Center, mayoritas pemilih menjadikan iklan kampanye di media televisi sebagai bentuk iklan yang disukai. “Sebanyak 45,9 persen responden menjawab bahwa iklan di televisi merupakan bentuk promosi yang paling disukai,” kata Nico.
Mengacu pada survei tersebut, Nico melanjutkan, tim sukses pemenangan capres-cawapres membutuhkan kreativitas dan kepekaan serta kejelasan dalam menyusun iklan kampanye televisi. Semakin kreatif dan peka sebuah iklan, maka simpati publik bisa terdongkrak cukup signifikan.
Selain iklan, kata Nico, hal yang perlu dilakukan tim sukses adalah penguatan struktur tim pemenangan yang tidak berasal dari partai politik pengusung. Keterlibatan masyarakat nonparpol sangat efektif mempromosikan capres-cawapres secara langsung kepada para pemilih.
Nico menjelaskan, setelah iklan televisi, media kaos merupakan wahana iklan yang disukai responden, yaitu 24,3 persen. Selanjutnya, ada media spanduk (7,9 persen), kalender (5,7 persen), baliho (2,5 persen), dan stiker 1,6 persen.
“Gantungan kunci 1,5 persen, iklan di radio satu persen, iklan di surat kabar satu persen, brosur 0,3 persen, dan lainnya 1,4 persen,” ujar Nico. rep:c81/antara ed: eh ismail